Hari Raya Idul Fitri
Mahfud MD Pastikan Muhammadiyah Bisa Pakai Lapangan untuk Salat Idul Fitri 1444 H
Menkopolhukam Mahfud MD memastikan umat muslim Muhammadiyah bisa pakai lapangan Kota atau Kabupaten untuk salat Idul Fitri 1444 H berjamaah.
Penulis: Desy Selviany | Editor: Desy Selviany
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Menkopolhukam Mahfud MD memastikan umat muslim Muhammadiyah bisa pakai lapangan Kota atau Kabupaten untuk salat Idul Fitri 1444 H berjamaah.
Tokoh Nahdlatul Ulama (NU) itu juga mengimbau kepada semua Pemda agar membuka dan mengizinkan fasilitas publik untuk menjadi tempat salat Idul Fitri dari Ormas Islam manapun.
Bahkan Pemda harus mengakomodasi ibadah Salat Idul Fitri 1444 H meskipun tanggalnya berbeda dari yang ditetapkan pemerintah dalam sidang Isbat.
Mahfud MD mengingatkan Pemda agar membangun kerukunan meski waktu hari raya Idul Fitri 1444 H nantinya jatuh pada hari yang berbeda-beda.
“Pemerintah menghimbau, fasilitas publik seperti lapangan yang dikelola Pemda agar dibuka dan diizinkan untuk tempat salat idul fitri jika ada ormas atau kelompok masyarakat yang ingin menggunakannya. Pemda diminta untuk mengakomodasi. Kita harus membangun kerukunan meski berbeda waktu hari raya,” jeasnya di akun instagramnya Selasa (19/4/2023).
Mahfud MD juga mengingatkan bahwa perbedaan waktu hari raya sama-sama berdasar Hadits Nabi.
Yakni yang isinya “Berpuasalah kamu jika melihat hilal (bulan) dan berhari rayalah jika melihat hilal" (Shuumuu biru'yatihi wa afthiruu birukyatihi)”
Kata Mahfud MD, maksudnya setelah melihat hilal yakni tanggal 1 bulan Hijriyah. Di mana melihat hilal bisa dengan rukyat ataupun bisa dengan hisab.
Baca juga: Aming Mudik ke Bandung untuk Rayakan Idul Fitri, Titip Pesan Pemudik Berhati-hati Saat Berkendara
Rukyat adalah melihat dengan mata atau teropong seperti praktik zaman Nabi sementara hisab adalah melihat dengan hitungan ilmu astronomi.
Kata Mahfud, rukyat tentu didahului dengan hisab juga untuk kemudian dicek secara fisik.
Mahfud memastikan NU dan Muhammadiyah sama-sama berhari raya pada tanggal 1 Syawal. Namun bedanya hanya dalam melihat derajat ketinggian hilal.
Sehingga cara memahami secara sederhananya yakni NU dan Muhammadiyah sama-sama berhari raya tanggal 1 Syawal, hanya beda pilihan ukuran ufuk.
Sama juga, misalnya, umat Islam sama-sama melaksanakan salat dzuhur saat matahari lengser ke arah barat sekitar jam 12.00 tetapi yang satu salat jam 12.00, dan yang satu salat jam 13.00.
Mahfud pun mengimbau agar warga muslim Indonesia tidak perlu ribut lagi terkait perbedaan waktu lebaran tersebut.
“Sama benarnya, tak perlu ribut,” bebernya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.