Berita Jakarta

Anggota Dewan Kritisi Jebloknya Pendapatan Pariwisata di Ibu Kota, Disparbud DKI Alasan Pandemi

Anggota Dewan Kritisi Jebloknya Pendapatan Pariwisata di Ibu Kota, Disparbud DKI Alasan Pandemi

Penulis: Fitriyandi Al Fajri | Editor: Dwi Rizki
Warta Kota/Leonardus Wical Zelena Arga
Perpustakaan Jakarta dan PDS HB Jassin, di kawasan Taman Ismail Marzuki (TIM), Menteng, Jakarta Pusat. 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Komisi C DPRD Provinsi DKI Jakarta mengkritisi jebloknya pendapatan daerah dari sektor pariwisata.

Dinas Kebudayaan, serta Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Parekraf) diminta melakukan perbaikan layanan untuk menggenjot pendapatan retribusi.

Retribusi jasa usaha di Dinas Kebudayaan hanya terealisasi Rp 3,7 miliar atau 44,84 persen dari target Rp 8,2 miliar.

Sedangkan Dinas Parekraf hanya terealisasi Rp 2,9 miliar atau 20,99 persen dari target Rp 14,1 miliar.

Ketua Komisi C DPRD DKI Jakarta Habib Muhammad bin Salim Alatas menyampaikan, alasan terdampak pandemi Covid-19 sudah tidak relevan digunakan dua organisasi perangkat daerah (OPD) tersebut pada tahun ini.

Meski diketahui berdasarkan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) penggunaan APBD tahun 2022 pendapatan retribusi dari sektor pariwisata jauh dari target pencapaian.

“Evaluasi lagi Dinas Kebudayaan, masalah pertunjukan dan gedung, kesulitan mengejar targetnya. Tolong dievaluasi, kalau tidak, ini tidak akan mencapai target,” ujar Habib pada Minggu (9/4/2023).

Baca juga: Hadiri Wisuda Eril, Emil Tulis Pesan Haru: Bahagiakan yang Kita Cinta Ketika Waktu & Usia Masih Ada

Baca juga: Jual Sabu Buat Beli Baju Lebaran, Pasutri di Sumbar Ditangkap-Jadi Gagal Pamer Baju Baru Pas Lebaran

Habib juga mengimbau Dinas Kebudayaan serta Dinas Parekraf agar melakukan terobosan untuk menarik minat wisatawan dalam ataupun luar negeri demi menggenjot pendapatan retribusi tahun ini.

Terutama pada tempat-tempat wisata yang baru direvitalisasi.

“TIM (Taman Ismail Marzuki) itu strategis di Jakarta Pusat, apalagi sudah direnovasi, jadi wisatawan asing bisa mengenal budaya lewat merchandise, souvenir, makanan betawi. Bisa juga maskot Monas, di bawahnya bikin kerajinan, dan pusat oleh-oleh seperti di Bali,” kata Habib dari Fraksi PAN.

Hal senada juga diungkap Wakil Ketua Komisi C Rasyidi.

Ia menekankan bahwa tempat-tempat wisata yang telah direvitalisasi harus dioptimalkan sehingga bisa menghasilkan pendapatan.

“TIM sudah dibangun baik, seyogyanya setelah revitalisasi juga harus dapat keuntungan. Keuntungan secara moril ataupun materil, jangan kita membuat sesuatu tidak ada manfaatnya,” ujar Rasyidi dari Fraksi PDI Perjuangan.

Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan DKI Jakarta, Iwan Henry Wardhana mengaku rendahnya realisasi retribusi yang disetorkan karena masih dalam masa transisi pandemi.

Karena itu, sebagian besar kegiatan yang ada di aset tersebut memang tidak banyak dikunjungi oleh pengunjung.

“Transisi pandemi jelas membuat kami agak kesulitan untuk mengejar target. Kami juga pada tahun 2022 mengadakan revitalisasi pada gedung-gedung pertunjukan karena tidak ada pengunjung,” ujar Iwan.

Seddangkan Kepala Dinas Parekraf DKI Andhika Permata menjelaskan rendahnya perolehan retribusi dari pariwisata karena pada 2022 Monumen Nasional (Monas) sempat tutup hinga bulan Juni.

“Karena wisata kawasan Monas ditutup berdasarkan Seruan Gubernur nomor 3 tahun 2020 tentang Peningkatan Kewaspadaan Terhadap Risiko Penyebaran Covid-19 bagi Masyarakat. Penutupan dilaksanakan mulai tangal 20 Maret 2019 sampai 15 juni 2022, dan 1 Juli 2022 untuk wisata cawan Monas,” ungkapnya.

Andhika mengaku akan melakukan sejumlah upaya untuk mendongkrak pendapatan retribusi di tahun 2023. Salah satu caranya dengan mengusulkan pemberlakuan kembali kunjungan Monas pada malam hari, khusus pada hari Sabtu dan Minggu sampai pukul 22.00 WIB dan mengusulkan penyesuaian tarif. (faf)

Baca Berita Wartakotalive.com lainnya di Google News

Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved