Narkoba

Mendung Tak Berujung, 21 Tahun Karir Dody Prawiranegara di Kepolisian Sirna karena Teddy Minahasa

AKBP Dody Prawiranegara mengaku jadi pesakitan karena Irjen Teddy Minahasa hingga membuat 21 tahun kariernya di kepolisian sirna dan harinya mendung.

Warta Kota/Nuri Yatul Hikmah
AKBP Dody Prawiranegara saat membacakan pledoi saat sidang PN Jakarta Barat, Rabu (5/4/2023). AKBP Dody Prawiranegara mengaku jadi pesakitan karena Irjen Teddy Minahasa hingga membuat 21 tahun kariernya di kepolisian sirna dan harinya mendung. 

WARTAKOTALIVE.COM, PALMERAH - Mantan Kapolres Bukittinggi, AKBP Dody Prawiranegara mengaku berada dalam pesakitan Irjen Teddy Minahasa, selama sang jenderal bintang dua itu menekannya untuk melakukan penyelundupan narkotika jenis sabu seberat lebih dari lima kilogram. 

Dirinya menyesal sebab karena kuatnya tekanan tersebut, ia melangkah ke jalan yang salah.

Akibatnya, kata Dody, karier 21 tahun dan prestasinya hancur dalam sekejap. Ia terseret duduk ke kursi persidangan sebagai terdakwa kasus peredaran narkoba.

"Saya terbawa dalam pesakitan, dihadapkan dengan permasalahan rumit yang tidak pernah terlintas sekalipun dalam pikiran saya," ujar Dody kala membacakan nota pembelaannya di muka sidang Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Barat, Rabu (5/4/2023).

Baca juga: Bukan Hanya Dituntut 20 Tahun Penjara, AKBP Dody Prawiranegara juga Dijerat Denda Rp 2 miliar

Menurutnya, pusaran kasus tersebut membuatnya berada dalam masalah besar yang menghancurkan kehidupan dirinya dan keluarganya. 

Bahkan, ia menyebut bahwa hari-harinya kini selalu mendung, tak seperti kesehariannya dahulu yang memiliki siang dan malam. 

"Di kami biasanya saya bisa merasakan siang dan malam. Sekarang saya hanya bisa merasakan mendung yang tak berujung. Semua hanya karena perintah salah yang dilakukan berulang kali dari seorang jenderal yang sangat menekan batin dan pikiran saya pada saat itu," kata Dody dengan suara yang terisak.

"Sehingga saya pun dikutuk terjerumus ke dalam jurang hitam yang tak pernah saya harapkan sekalipun," imbuh dia. 

Teddy Minahasa dihadirkan JPU sebagai saksi mahkota di sidang peredaran narkoba, PN Jakarta Barat, Rabu (1/3/2023).
Teddy Minahasa dihadirkan JPU sebagai saksi mahkota di sidang peredaran narkoba, PN Jakarta Barat, Rabu (1/3/2023). (Warta Kota/Nuri Yatul Hikmah)

Dody mengatakan, dia tak pernah membayangkan berada di posisi sebagai pelaku kejahatan. Terlebih, ia sejak kecil dididik memiliki perilaku disiplin dan taat pada hukum. 

"Sebagai anggota kepolisian Indonesia, tidak pernah terbayangkan sekalipun saya berada dalam situasi sebagai pelaku kejahatan. Sangat jauh dari pemikiran saya selaku seorang yang sangat disiplin, taat pada hukum," jelas Dody.

"Kemudian saya loyal kepada orang yang salah, sehingga saya menjalankan perintah atasan yang salah dan membuat saya terseret masuk ke dalam masalah besar yang menghancurkan hidup saya dan keluarga saya," imbuh dia.

Dody menyebut, sepanjang perjalanannya menjadi polisi sejak 2001, dia selalu patuh pada negara dan pimpinan.

Baca juga: BREAKING NEWS: Dody Prawiranegara Menangis Bacakan Pledoi, Menyesal Ikut Perintah Teddy Minahasa

Bahkan, ia berhasil menorehkan banyak prestasi, termasuk penangkapan narkoba. 

"Sejak saya lulus Akpol 2001, saya selalu didoktrin untuk patuh dan taat kepada negara dan pimpinannya. Dalam pelaksaan tugas kepolisian apapun saya tidak pernah mengecewakan pimpinan. Selalu berhasil dalam tugas kepolisian juga penanganan berbagai perkara termasuk penangkapan narkoba," kata Dody.

Sehingga, bagi Dody, sangat tidak mudah menolak pimpinan atasan. Terlebih yang menjadi atasannya saat itu ialah sang mantan ajudan Wakil Presiden RI Jusuf Kala, Irjen Pol Teddy Minahasa.

"Perintah adalah perintah. Perintah atasan bukan sebuah alat penguji terhadap bawahannya. Perintah jelas bukan satire. Perintah harus dijalankan," tegas Dody, namun dengan suara yang getir.

"Tidak dijalankan akan menyulitkan karir saya dan kehidupan keluarga saya. Dijalankan juga menghancurkan seluruh kehidupan saya dan keluarga seperti yang saya hadapi saat ini," lanjut dia meratap.

Kendati begitu, kini nasi sudah menjadi bubur. Dody menyesali perbuatannya sebab karier dan prestasi yang telah dibangunnya sejak lama, sirna dalam sekejap.

Padahal, kata Dody, dengan pangkat AKBP yang dimilikinya, ia seharusnya berani menolak perintah yang jelas-jelas salah.

"Saya takut. Namun perasaan takut saya pada saya terlalu membawa saya terperosok ke dasar kehidupan paling rendah. Selama saya hidup, prestasi yang saya toreh, sejak saya lulus Akpol (Akademi Kepolisian) sekelibat sirna," tandasnya. (m40)

Baca berita Wartakotalive.com lainnya di Google News.

Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved