Film Horor Nasional Tidak Bisa Dipandang Remeh, Hantunya Banyak dan Bisa Dieksplor Ceritanya

Film horor bukan lagi karya yang bisa diremehkan karena capaian penontonnya hingga jutaan per judul, meraih piala Citra FFI dan festival film lainnya.

Istimewa
Diskusi industri film horor di perfilman nasional yang digagas Forum Wartawan Hiburan (FORWAN) di Sanggar Teater Populer, Jakarta Pusat, Sabtu (18/3/2023). Film bergenre horor bukan karya yang bisa diremehkan karena capaian penontonnya hingga jutaan per judul, meraih piala Citra FFI dan festival film lainnya. 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Film bergenre horor bukan lagi karya yang bisa diremehkan karena capaian penontonnya hingga jutaan per judul, serta meraih piala Citra FFI dan festival film lainnya.

Hal itu yang dibahas dalam diskusi industri film horor di perfilman nasional yang digagas Forum Wartawan Hiburan (FORWAN) di Sanggar Teater Populer, Jakarta Pusat, Sabtu (18/3/2023).

Diskusi menghadirkan sutradara Joko Anwar, produser film H. Firman Bintang, Ketua Organisasi Perbioskopan H. Djonny Syafruddin, serta aktor dan sutradara Slamet Rahardjo.

Sementara itu, untuk mendapat perlakuan setara para produser harus memperjuangkannya dengan pemilik bioskop, tidak bisa pasrah begitu saja. Menerima jadwal dan jumlah layar yang diberikan.

Joko Anwar menyatakan membuat film horor tidak mudah karena semua elemennya harus presisi. Sineas ditantang menyajikan berbeda sehingga penonton merasa mendapatkan hal yang baru.

Baca juga: Sara Wijayanto & Damian Aditya Luncurkan Aplikasi Konten Horor DMS+ Sebagai Pusat Informasi Misteri

Sementara budaya Nusantara yang dekat dengan dunia mistis memiliki beragam jenis mahluk halus dengan 42 jenis hantu yang nantinya cerita bisa dieksplorasi sebagai film.

“Bandingkan dengan Barat yang hanya hadirkan tiga jenis, drakula, monster dan zombie,“ katanya.

Produser Firman Bintang memetakan pasar film nasional adalah kelas menengah ke bawah. Maka dia menghadirkan film berfokus pada kelompok itu, meski tidak mudah mencari sutradara film horor.

“Dari 30 film yang saya produksi, 20 judul di antaranya film horor,“ ungkapnya.

Sementara selama ini ada ketidakadilan bagi produser film dan sineas Indonesia. Pengelola bioskop secara otomatis memberikan 300 layar sekali tayang untuk film impor berbanding hanya puluhan layar untuk film nasional.

Baca juga: Hanggini Tandai Film Horor Pertamanya Lewat Peran Dukun Teluh di Film Para Betina Pengikut Iblis

“Pernah film saya tayang bareng Iron Man, ya, hancurlah! Sehari tayang, langsung drop! Pernah juga film saya diadu dengan film nasional lain yang banyak bintangnya. Saya protes,” kenangnya.

Djonny Syafruddin mengeluhkan ada banyak pengusaha bioskop dihujat karena menurunkan film nasional. Tapi ketika mendapat puluhan miliar dari bioskop, tidak ada ungkapan terima kasih.

Ia pun meminta kepada produser untuk dialog dengan pengusaha bioskop. Bila film diproduksi dengan modal, maka bioskop selain dioperasikan dengan modal juga harus menggaji karyawan.

“Untuk satu layar bioskop, investasinya Rp 2,5 sampai Rp 5 miliar. Sekarang ini ada 2.000 layar bioskop di Indonesia, dan 1.600 layar di antaranya dikelola oleh jaringan,“ katanya.

Baca berita Wartakotalive.com lainnya di Google News.

Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved