Berita Video
Keren, Hasil Penelitian UI Sudah Diproduksi Massal, Kosmetik Berbahan Dasar Belimbing
UI telah mengikrarkan diri sebagai Entrepreneurial University (EU), universitas yang memiliki semangat kewirausahaan, mandiri, dan otonom.
Penulis: Hironimus Rama | Editor: Ahmad Sabran
WARTAKOTALIVE.COM, DEPOK - Wajah dokter Agustin Kusumayati berseri-seri sewaktu menjalani wawancara eksklusif bersama tim Tribun Depok (Warta Kota Network), Kamis (23/2) lalu. Sepanjang dua jam berbicara, Sekretaris Universitas Indonesia (UI) ini antusias menceritakan sumbangsih UI yang termasuk ke dalam 10 perguruan tinggi terbaik se-Asia Tenggara, di dunia pendidikan juga industri.
Capaian tersebut dipublikasi sistem pemeringkat universitas dunia "Webometrics" edisi Januari 2023. Agustin menjelaskan UI bertengger di posisi ke-577 dunia atau naik 26 peringkat ketimbang hasil pemeringkatan tahun sebelumnya. Hasil itu menjadi kado manis untuk kampus yang merayakan hari jadi ke-73 pada 2 Februari 2023 kemarin.
Pada kesempatan serupa, Agustin menyatakan UI telah mengikrarkan diri sebagai Entrepreneurial University (EU), universitas yang memiliki semangat kewirausahaan, mandiri, dan otonom. Ke depan, UI ingin berperan sebagai advokat dalam penyelesaian masalah dan tantangan nasional maupun global.
Prestasi lainnya di masa mendatang adalah bertengger di posisi lima besar perguruan tinggi terbaik se-Asia Tenggara.
Seperti apa perjuangan UI mewujudkan harapan tersebut? Berikut hasil wawancara yang berlangsung di Kampus UI Depok, Jawa Barat. Wawancara dibagi menjadi dua seri:
Apa saja yang telah diwujudkan UI sehingga menjelma sebagai EU?
Semangat untuk menjadi entrepreneurial university ini salah satunya dipicu situasi pandemi Covid-19. Saat itu keadaan serba susah, ekonomi dan masyarakat terpukul. Otomatis perhatian pemerintah tertuju kepada masyarakat sehingga alokasi anggaran untuk perguruan tinggi berkurang. Anggaran hanya diberikan hanya untuk pelayanan dasar agar bertahan hidup, tidak untuk hal-hal lain seperti inovasi. Sementara di sisi lain UI tetap harus berkembang dan menjaga reputasinya, bukan hanya di Indonesia tetapi di kalangan global. Di situlah kami melihat bahwa Universitas Indonesia harus lebih mandiri. Bagaimana caranya mandiri? Salah satu cara dengan menjadi entrepreneurial university. Apa maksudnya entrepreneurial university? Selain melakukan tugas utama Tri Dharma perguruan tinggi yaitu pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, UI mengarahkan kegiatan-kegiatan tersebut agar menghasilkan pendapatan untuk memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat, termasuk para mahasiswanya.
Pandemi Covid-19 juga mengajarkan bahwa kami masih kurang mandiri. Bikin masker saja tidak bisa, begitu pula ventilator. Vaksin juga tidak punya. Misalnya mau beli vaksin, yang punya barang tidak mau jual karena ingin memenuhi kebutuhan sendiri. Di situlah pelajaran besar bagi Indonesia bahwa kita harus mandiri. Situasi ini memicu UI untuk terjun langsung membantu masyarakat sekaligus memantapkan keinginan sebagai entrepreneurial university. UI lalu membuat ventilator, swab stick, dan peralatan lainnya. Untuk mengembangkan peralatan tersebut, UI tidak sendiri. Kami bekerja sama dengan berbagai pihak termasuk industri yang memiliki idealisme untuk meningkatkan keberdayaan dan kemandirian Indonesia.
Kalau ditanya, inovasi apa yang telah menghasilkan non BOP (biaya operasional pendidikan) paling banyak? Swab stick, itu yang paling banyak. Ventilator juga kami buat dan produksi pertamanya dihibahkan ke pemerintah untuk penanganan Covid-19. Saat ini produknya sudah tersedia di pasar. Untuk produksinya, kami kerja sama dengan industri karena UI tidak punya pabrik. Setelah itu, muncul produk-produk lainnya dari karya-karya penelitian yang sebelumnya memang sudah diarahkan untuk dihilirkan. Sekarang sudah banyak hasil penelitian UI yang dihilirisasi. Ada produk herbal dari Fakultas Farmasi bersama Fakultas Teknik. Ini sudah menjadi sebuah usaha yang multidisiplin.
Apa kunci sukses transformasi UI menuju entrepreneurial university?
Yang pertama harus bekerja dalam tim. Banyak hasil penelitian yang sesuai kebutuhan masyarakat dan bisa dihilirkan. Itu adalah kerja multidisiplin. Covent-20, ventilator buatan UI, diciptakan oleh Fakultas Teknik. Tetapi ketika diaplikasikan ke manusia, teman-teman dari Fakultas Kedokteran memberikan banyak peran. Kunci kedua adalah kolaborasi, terutama dengan mitra di luar seperti pihak industri. Itu sebuah keharusan atau keniscayaan. Tanpa bermitra dengan pihak industri, kesempatan untuk hilirisasi produk menjadi lebih kecil. UI kan tidak punya pabrik sehingga harus menggandengan teman-teman di luar yang punya sumber daya. Kalau tidak seperti itu hasil penelitian kami tidak laku karena tidak ada yang memproduksinya sehingga tidak bisa dinikmati masyarakat.
Dewasa ini pandemi Covid-19 tergolong mereda dan akan berubah menjadi endemi. Lantas produk apa yang akan diluncurkan UI dalam situasi tersebut?
Tentunya produk yang sesuai kebutuhan masyarakat dan bisa menghasilkan royalti bagi UI. Apa yang dibutuhkan masyarakat? Satu di antaranya isu perubahan iklim, bagaimana kita bisa tetap hidup sehat tanpa memberi beban berlebihan kepada bumi. Untuk itu, kami melakukan penelitian terkait konversi energi. Selain bus listrik, kami juga mengembangkan penelitian terkait kereta listrik. Kami mengusahakan produk yang lebih efisien dan efektif dan terjangkau untuk masyarakat. Produk lainnya adalah peralatan yang dibutuhkan masyarakat untuk hidup sehat seperti penjernih udara dan air.
Selama ini ada di Indonesia tetapi impor. Selama tidak ada masalah, kita bisa beli dari luar. Tetapi begitu ada masalah dan yang punya barang tidak mau jual, susah kita. Selain itu, produk-produk herbal juga sangat dibutuhkan untuk mendukung kesehatan masyarakat dan menciptakan kenikmatan hidup. Ada sabun, kosmetik dan losion tangan. Kami juga sudah buat dengan bahan dasar dari belimbing. Nama produknya "Belimbing Island" yang dihasilkan Fakultas Farmasi bekerja sama industri. Tantangannya adalah bagaimana memproduksi barang dengan kualitas bagus dan biaya produksi seefisien mungkin sehingga harga bersaing dengan produk dari luar negeri. Tantangan lainnya terkait marketing. Ini harus dilakukan bersama industri. Di sini pentingnya inovasi dilakukan.
Lalu bagaimana cara UI menanamkan jiwa entrepreneurship kepada para mahasiswa?
Kami memberikan mata kuliah terkait entrepreneurship di semua program studi. Kami berharap mereka bisa mengembangkan diri secara mandiri setelah lulus. Selain itu, kami berterima kasih kepada pemerintah dengan kebijakan "Kampus Merdeka" dan "Merdeka Belajar". Dengan program Merdeka Belajar, mahasiswa mendapat kesempatan magang di berbagai industri yang bisa mengasah jiwa entrepreneurship-nya. Magang bisa di perusahaan start up atau pun perusahaan besar di mana mereka bisa belajar bisnis. Jadi mahasiswa UI banyak yang belajar di sana. Sekarang mahasiswa UI senang magang di perusahaan karena kegiatannya dihitung sebagai kredit. Program studi dan tempat magang sudah punya kesepakatan mahasiswa harus belajar apa di sana dan nilainya masuk ke kampus sehingga mahasiswa tidak kehilangan waktu. (ron/eko-bersambung)
VIDEO Masih Buron, Ini Tampang Ketua PP Tangsel dalam Kasus Kekerasan di RSU |
![]() |
---|
VIDEO Zulhas Sampaikan Duka Cita Meninggalnya Ibrahim Suami Najwa Shihab |
![]() |
---|
VIDEO Sikap Romantis Ibrahim Sjarief yang Buat Najwa Shihab Bucin |
![]() |
---|
VIDEO Ibrahim Sjarief Assegaf, Sosok Pendamping Setia Najwa Shihab dalam Hidup dan Karier |
![]() |
---|
VIDEO Anies dan Ahok Melayat ke Rumah Duka Ibrahim Suami Najwa Shihab |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.