Berita Video

VIDEO Ketua Bawaslu Banten Ali Faisal, Sekolah Tanpa Bangku di Pesisir Bojonegara

Ia teringat bagaimana rasanya sekolah di sebuah desa yang tertinggal di Banten.

Penulis: Desy Selviany | Editor: Ahmad Sabran

WARTAKOTALIVE.COM, BANTEN - Ali Faisal S.H., M.H., M.E adalah pria keliharan Bojonegara, Kabupaten Serang, Banten pada 2 September 1979 lalu.

Meski sekarang duduk di kursi tertinggi Bawaslu Banten, Ali Faisal dibesarkan dari keluarga sederhana di sebuah Kampung Teluk Bako, Desa Mangkunegara, Bojonegara, Kabupaten Serang.

Ia teringat bagaimana rasanya sekolah di sebuah desa yang tertinggal di Banten.

Saat itu Ali Faisal menempuh pendidikan dasar di SD Negeri Sempu.

Di sana Ali Faisal teringat betul sekolah di gedung sederhana.

Ketika itu, Ali Faisal belajar tanpa bangku. Bahkan, sekolah tersebut ketika itu tidak punya daun pintu.

"Saya masih teringat betul SD Sempu tidak punya bangku dan pintu, alhamdulilah kita dididik benar di sana," tuturnya ditemui di Gedung Bawaslu Banten, Serang, Banten Rabu (15/2/2023).

Menurut Ali Faisal, dari sekolah itulah ia ditempa menjadi orang yang lebih baik.

Seorang guru bernama Tofmuji membuat Ali Faisal memiliki tekad bisa menjadi orang yang lebih berguna saat dewasa.

Bukan hanya dididik hal duniawi, di sekolah itu Ali Faisal juga dididik agar lebih dekat ke Tuhan.

Guru Tofmuji membimbing para siswanya untuk rajin salat dan mengaji.

Pendidikan agama di dapat sejak dini, belajar baca tulis Al Qur'an dari Nyai Nyodah, kemudian sekolah madrasah ibtidaiyah Al Jauharatinnaqiyah, malamnya belajar mengaji ke Ustad Sinwan dan Ustad Hilman.

Lulus SD, Ali Faisal melanjutkan SMP di SMP Negeri Bojonegara.

Sekolah menengah pertama itu berada persis di sisi laut.

Tidak ada SMA Negeri di kampungnya, Ali Faisal kemudian melanjutkan pendidikan di SMA Negeri Kramatwatu.

Setiap harinya, Ali Faisal harus menempuh jarak lebih dari 20 km untuk ke sekolah.


Meniti Karir

Tidak seperti kebanyakan pejabat Banten yang lahir dari keluarga pejabat atau elit Politik, Ali Faisal bukan berasal dari keluarga kalangan elit Politik.

Anak dari pasangan H Ahmad Marjuki dan Zaenab itu memulai karir politiknya sedari kuliah di Universitas Pasundan Bandung Fakultas Hukum.

Di kampus tersebut, Ali Faisal banyak berkecimpung di organisasi mahasiswa baik intra maupun ekstra.

Tercatat dari Tahun 1998 hingga Tahun 2002 Ali Faisal pernah masuk berbagai organisasi mahasiswa.

Bahkan ia pernah menjabat sebagai Ketua Umum Keluarga Mahasiswa Tirtayasa
(Kamayasa) di Bandung.

Organisasi itu berisi orang-orang Serang dan Banten yang kuliah di sana.

Ia juga tercatat pernah aktif di BEM, senat mahasiswa, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan pernah masuk Ikatan Senat Mahasiswa Seluruh Indonesia.

"Banyak kegiatan kami terlibat intens di sana," kata Ali Faisal.

Lulus dari Fakultas Hukum Universitas Pasundan Bandung kemudian Ali Faisal pulang mengabdi ke Banten.

Saat itu Banten baru jadi provinsi. Di Provinsi pecahan Jawa Barat itu, Ali Faisal kekemudian berjibaku dengan para aktivis Banten untuk mengadvokasi masyarakat.

Di Banten ia juga pernah bekerja menjadi dosen di beberapa universitas.

Bahkan, Ali Faisal juga pernah menjadi abdi negara sebagai birokrat sampai menduduki jabatan eselon IV di salah satu Pemda.

Namun di tahun 2013, Ali Faisal terpanggil untuk terlibat langsung dalam pemilu Banten.

Ia pun akhirnya memutuskan jadi anggota KPU Kota Serang sejak tahun 2013.

"Karena saya terpanggil jiwa aktivis ingin kiprah lebih," ungkapnya.

Lalu 2017 Ali Faisal mendaftar di Bawaslu Provinsi Banten.

Hingga tahun 2022, Ali Faisal terpilih kembali menjadi komisioner Bawaslu untuk periode kedua dan terpilih menjadi ketua untuk periode 2022-2027.

Selain di Universitas Pasundan Bandung, Ali Faisal mengambil kuliah pascasarjana di Universitas Muhammadiyah Jakarta jurusan Hukum.

Ia juga pernah kuliah di di UIN Banten dengan konsentrasi ekonomi syariah. Jurusan berbeda diambilnya lantaran ia tertarik dengan kajian green economy yang selaras dengan nilai yang diusung ekonomi syariah.

Saat ini, Ali Faisal masih berproses mengambil gelar doktor ilmu hukum di Universitas Lampung (Unila).

Ali Faisal sendiri memiliki segudang pengalaman di kepemiluan Banten.

Satu hal absurd yang diingatnya ialah saat menjadi anggota KPU kota Serang.

Kala itu ia dituduh berkerjasama dengan tukang fotocopy lantaran membuat peraturan calon PPK memakai map snelhekter berwarna abu-abu.

Ketika itu Ali Faisal ditunjuk sebagai Ketua Pojka Rekurtmen PPK KPU. Ali pun membuat syarat calon peserta harus memakai map snelhekter berwarna abu-abu.

Namun, karena hal tersebut ia malah dituduh bekerjasama dengan tukang fotocopy.

Padahal kata Ali, map abu menandakan netralitas penyelenggara dalam Pemilu.

Sebagai Ketua Bawaslu Banten, Ali Faisal masih memiliki segudang cita-cita dalam kepemiluan Banten.

Ia berharap Pemilu 2024 nantinya akan berlangsung baik, jujur, dan adil.

"Karena kita sedang menuju ke sana harapannya Pemilu 2024 ini bisa berjalan dengan baik, tegakan prosedur hukum yang baik dan jaga value demokrasi pemilu," kata Ali Faisal.

Ia mengingatkan bahwa Pemilu itu bukan semata-mata siklus 5 tahunan, tidak sekadar alat untuk mengkonversi jumlah suara menjadi kursi-kursi kekuasaan baik level eksekutif maupun legislatif, tetapi pemilu harus menjamin hak asasi manusia, penegakkan keadilan, keadaban berbangsa yang konstitusional. Semoga pemilu selanjutnya pemilu kita berkualitas secara prosedural sekaligus berkualitas secara substansial.

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved