Peristiwa

Kapolda Jambi Tolak Dievakuasi Pertama, Sebut Nyawa Anak Buah Tanggung Jawabnya

Kapolda Jambi Irjen Rusdi Hartono menjadi korban kelima yang evakuasi dalam kecelakaan helikopter di Bukit Tamiai, Kerinci, Jambi.

Penulis: Desy Selviany | Editor: Desy Selviany
tribunjambi
Helikopter yang ditumpangi oleh Kapolda Jambi, Irjen Pol Rusdi Hartino, dikabarkan mendarat darurat di sebuah Bukit Tamia, Muara Emat, Kerinci. Minggu (19/2/2023). 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Kapolda Jambi Irjen Rusdi Hartono menjadi korban kelima yang evakuasi dalam kecelakaan helikopter di Bukit Tamiai, Kerinci, Jambi.

Awalnya Polri menyebut bahwa Rusdi akan menjadi korban pertama yang dievakuasi dari titik kecelakaan pada Selasa (21/2/2023).

Hal itu lantaran Rusdi salah satu korban terparah dalam kecelakaan. Tangannya disebut alami patah tulang akibat helikopter mendarat darurat.

Namun, pada prakteknya, Rusdi menjadi korban kelima yang dievakuasi. Ia dievakuasi setelah, empat anak buah lainnya lebih dulu dievakuasi yakni Dirreskrimum Polda Jambi Kombes Pol Andri Ananta Yudhistira, Dirpolair Polda Jambi Kombes Pol Michael Mumbunan, Copilot AKP Amos Freddy Sitompul, dan ADC Briptu Muhardi Aditya.

Ternyata diubahnya urutan evakuasi merupakan permintaan langsung dari Kapolda Jambi tersebut.

Rusdi disebut menolak dievakuasi pertama. Hal itu diketahui dari unggahan instagram resmi Polda Jambi pada Selasa (18/2/2023) usai berhasil mengevakuasi tandu Kapolda Jambi.

Baca juga: TNI Jagoan Curi Perhatian Dalam Evakuasi Kapolda Jambi, Kuat Bergelantung di Tandu

Dalam unggahan tersebut disematkan foto Rusdi juga kutipannya saat proses evakuasi. Pada keterangannya, Rusdi meminta tim evakuasi untuk menyelamatkan terlebih dahulu nyawa anak buahnya.

Hal itu karena kata Rusdi nyawa anak buahnya ialah tanggung jawabnya.

“Evakuasi anggota duluan, pastikan mereka baik-baik saja. Mereka tanggung jawab saya,” tuturnya.

Sebelumnya Polda Jambi pun menyebut bahwa evakuasi para korban kecelakaan helikopter di Bukit Tamiai, Kerinci, Jambi menggunakan tandu yang diangkat menggunakan Helikopter.

Hal itu dilakukan lantaran melihat medan yang terjal sehingga evakuasi darat tidak memungkinkan. Apalagi kondisi para korban dalam keadaan terluka dan cidera akibat kecelakaan.

Kendala pada evakuasi ini ialah harus memastikan cuaca benar-benar cerah. Sebab, keseimbangan helikopter evakuasi diperlukan untuk melakukan manuver saat mengangkut korban.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved