Gus Yahya: Tidak Akan Ada Capres dan Cawapres Atas Nama NU, Nahdlatul Ulama Tak Boleh Diperalat

Ia mengatakan, sosok yang ingin maju dalam kontestasi politik sebaiknya tidak menggunakan identitas NU.

Editor: Yaspen Martinus
Instagram/@yahyacholilstaquf
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf menegaskan, NU tidak boleh dijadikan identitas untuk menggalang dukungan politik. 

WARTAKOTALIVE, JAKARTA - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf menegaskan, NU tidak boleh dijadikan identitas untuk menggalang dukungan politik.

Ia mengatakan, sosok yang ingin maju dalam kontestasi politik sebaiknya tidak menggunakan identitas NU.

"Siapapun yang hendak maju, yang hendak menawarkan diri sebagai calon apa pun, hendaknya didasarkan pada prestasinya, kredibilitasnya sendiri, track recordnya sendiri."

"Tidak didasarkan pada klaim-klaim identitas," ujar Gus Yahya di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, Rabu (1/2/2023).

Gus Yahya menegaskan, NU tidak akan mengusung calon presiden maupun wakil presiden. Menurut Gus Yahya, NU tidak boleh dijadikan alat politik oleh siapapun.

"Maka saya sampaikan, tidak akan ada calon presiden dan calon wakil presiden atas nama NU."

Baca juga: Dua Menteri Asal NasDem Absen Rapat Internal, Jokowi: Mungkin Pas ke Luar Kota

"Karena NU tidak boleh diperalat sebagai senjata politik untuk mengumpulkan dukungan."

"Tidak boleh ada orang berusaha menutupi kekurangannya hanya dengan mengklaim NU sebagai basisnya, semua harus berdasarkan pada kapasitas masing-masing," tegas Gus Yahya.

Dukungan yang diberikan kepada salah satu kandidat dalam kontestasi politik, kata Gus Yahya, tidak mengatasnamakan PBNU.

Baca juga: Diisukan Komplain Surya Paloh karena Capreskan Anies, Jokowi: Itu Urusan Partai, Dikit-dikit Istana

"Ya dukungan tapi tidak atas nama lembaga. NU sebagai organisasi sebagai institusi tidak boleh digunakan untuk dukung mendukung dan kegiatan politik apa pun," papar Gus Yahya.

Penentuan pemilihan seorang kandidat, menurut Gus Yahya, harus dilihat dari rekam jejak dan kemampuannya. (Fahdi Fahlevi)

Sumber: Tribunnews
  • Berita Populer
    Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved