Kekurangan Gizi Jadi Penyebab Awal Stunting, Penting Asupan Protein Hewani dengan Porsi yang Tepat
Masalah stunting pada anak akan mempengaruhi tingkat kecerdasan. Guna mencegahnya, pentingnya asupan protein hewani.
Penulis: Mochammad Dipa | Editor: Mochamad Dipa Anggara
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Masalah kesehatan di Indonesia yang sampai saat ini masih terus di tekan oleh pemerintah adalah stunting pada anak.
Perlu diketahui, stunting merupakan masalah serius karena kondisi kekurangan gizi kronik akan memengaruhi kecerdasan anak dan kualitas sumber daya manusia (SDM) di masa depan.
"Stunting ini yang akan menjadi masalah, memengaruhi kualitas SDM kita nanti," ungkap Prof.dr. Damayanti Rusli Sjarif, Ph.D,Sp.A(K) yang juga merupakan dokter spesialis anak konsultan nutrisi dan penyakit metabolik dalam webinar "Peranan Protein Hewani dalam Mencegah Stunting di Indonesia", Selasa (24/1/2023).
Damayanti menyebutkan, bahwa kekurangan gizi dapat menjadi pertanda atau penyebab awal anak mengalami stunting hingga menurunnya tingkat kecerdasan.

"Dari kekurangan gizi ini, mulanya yang akan terjadi, anaknya kenaikan berat badannya tidak cukup atau weight faltering. Kalau tidak segera cari penyebabnya, lama-lama dia akan mengalami under weight. Kalau sudah under weight, daya tahan tubuhnya bisa menurun, akhirnya terjadilah gizi buruk," ungkapnya.
Menurut penelitian Emond (2007), kekurangan gizi terutama energi dan protein dalam jangka pendek saja akan menyebabkan kenaikan berat badan tidak sesuai usia (weight faltering) pada 2 bulan pertama.
Anak yang mengalami berat badan tidak cukup selama dua bulan pertama, setelah berusia delapan tahun akan mengalami jumlah IQ yang berbeda tiga sampai empat poin dengan anak yang tidak pernah mengalaminya.
"Menurut penelitian, anak yang pernah mengalami gizi kurang, gizi buruk di usia satu tahun pertama kehidupannya, 65 persen itu IQ-nya di bawah 90. Artinya dia hanya mampu sekolah sampai SMP," ujar Damayanti.
Jika sampai terjadi stunting, Damayanti menyebutkan bahwa IQ anak dapat menurun hingga 15 sampai 20 poin.
Kendati demikian, hal ini masih bisa diatasi dengan memberikan asupan makanan yang baik dan memberikan stimulasi yang tepat pada anak.
"Kalau jangka panjangnya sampai terjadi stunting, ternyata IQ-nya bisa turun sampai 15 hingga 20 poin. Masih bisa balik enggak? Masih ada harapan kalau kita berikan asupan makanan dan stimulasi," ujar Damayanti.
Asupan Protein hewani
Damayanti mengatakan, bahwa pentingnya mengonsumsi protein hewani untuk mencegah stunting.
“Stunting itu sebenarnya bisa terjadi pada saat anak lahir. Itu 20 persen pada bayi-bayi yang lahir prematur dan berat badan lahir rendah. Kemudian 20 persen lagi bisa terjadi pada saat pemberian ASI. Kemudian 50 persen karena MPASI (makanan pendamping ASI), di mana (bayi) tidak mendapat protein hewani yang cukup," kata Damayanti.
Ia menyebutkan, setiap batita pun perlu mendapat asupan protein dari ayam, telur, daging cincang, ikan, hingga susu sapi UHT.
Pemberian porsinya pun harus tepat agar kebutuhan protein harian anak tercukupi dengan baik.
Umur 6 sampai 8 bulan itu 70 persen sumber energi itu masih dari ASI. Jadi dari MPASI hanya 30 persen yaitu 200 kkal. Kebutuhan protein harian untuk usia ini 15 gram atau 30 persen protein hewani minimal yang harus terpenuhi.
“Jadi kasih 1 butir telur ayam masih bisa nih di usia 6 sampai 8 bulan dalam sehari," jelas Damayanti.
Sedangkan, pada anak usia 9 sampai 11 bulan, maka diperlukan 15 gram protein per hari.
Jadi 1 butir telur ayam sama 1/2 hati ayam. Atau dalam 12 sampai 24 bulan, dia ASI-nya cuma tinggal 30 persen, sisanya harus dilengkapi dari MPASI, termasuk proteinnya 20 gram per hari jadi 1 butir telur ayam dengan 30 gr ikan kembung, tambah 1 susu UHT," sebut Damayanti.
Sementara itu, untuk anak berusia 24 hingga 60 bulan, kebutuhan energi MPASI-nya sebesar 1400 kkal atau 25 gram protein per hari.
Sehingga, orang tua dapat memberikan 2 butir telur, 1 hati ayam atau 30 gram daging merah, 2 susu UHT atau 30 gram teri nasi.
Untuk contoh aturan makan balita berusia 12 hingga 24 bulan, Damayanti mengatakan, bisa dengan memulai memberikan ASI pada jam 6 pagi.
Setelah itu, bisa dilanjutkan dengan makan pagi berprotein seperti ikan, ayam, daging atau telur.
Minimal protein hewani hariannya bisa dipenuhi dengan 1 butir telur ayam, 30 gram ikan kembung dan satu susu UHT Full Cream 125 ml.
Pukul 10 pagi, ibu bisa memberikan snack dengan satu susu UHT 125 ml. Pada jam makan siang, ibu bisa memberikan kembali protein hewani melalui ikan, ayam, daging atau telur. Selanjutnya di jam 2 siang, ibu bisa kembali memberikan ASI.
“Memasuki sore hari pukul 16.00, ibu bisa kembali memberikan snack yang lalu dilanjutkan dengan makan malam yang mengandung protein hewani. Saat menjelang jam tidur pukul 8 malam, ibu bisa memberikan ASI kepada anak,” pungkas Damayanti.
Luncurkan Program Pendampingan Gizi Demi Atasi Stunting, Bupati Pasuruan Harap Swasta Makin Berperan |
![]() |
---|
Stunting Naik Akibat Pencemaran Air dan Sanitasi Buruk, PSI Minta Pemprov DKI Jakarta Cari Solusi |
![]() |
---|
Raih Peringkat 1 Percepatan Penurunan Stunting, Uus Kuswanto: Motivasi Kami Jaga dan Pertahankan |
![]() |
---|
Miris, Sekitar 500 Balita di Tapos Depok Menderita Stunting |
![]() |
---|
Atasi Stunting di Bekasi, Alfamart Hadirkan Program Satu Hari Satu Telur |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.