Kajian Islam
Ustadz Firanda Andirja Soal Puasa yang Dikhususkan untuk Bulan Rajab, Hukummya Dhoif
Dalam tanggalan hijriah atau Islam, tanggal 23 Januari masuk Rajab 1444 Hijriah. Apa keistimewaannya?
Penulis: Dian Anditya Mutiara | Editor: Dian Anditya Mutiara
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Dalam tanggalan hijriah atau Islam, tanggal 23 Januari 2023 masuk 1 Rajab 1444 Hijriah. Apa keistimewaannya?
Bulan Rajab menjadi bagian dari bulan haram atau mulia, termasuk ada Muharram, Dzulqodah, Dzulhijjah.
Benarkah memperbanyak puasa sunnah di bulan Rajab ini akan mendapat pahala?
Dijelaskan Ustadz Firanda Andirja bahwa semua hal yang menyangkut Rajab diluar ketentuan yang disyariatkan dianggap bid'ah atau dhoif (hukumnya lemah).
Banyak yang mengatakan antara barang siapa yang melaksanakan shalat jumat di minggu pertama Rajab dianggap baik maka hukumnya dhoif.
Baca juga: Penjelasan Buya Yahya Soal Puasa Rajab Masih Ada yang Menganggap Bidah
"Itu hadistnya nggak ada. Tidak boleh kita bikin syariat shalat sendiri. Begitu juga dengan puasa khusus di bulan Rajab. semua hadistnya dhoif," ujar Ustadz Firanda.
Yang mengatakan ini adalah seorang ulama dari mazab Syafei.
Pengertian hadist dhoif artinya hadist yang dikarang-karang bukan berasal dari ajaran Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam.
"Silahkan saja puasa seperti Senin Kamis, puasa Ayyamul Bidh tapi tidak puasa berturut-turut dikhususkan pada bulan Rajab," pungkas Ustadz Firanda.
Lengkapnya ada di video ini:
Mengapa Bulan Rajab Istimewa?
Masyarakat Arab zaman dahulu memuliakan Rajab melebihi bulan lainnya. Rajab biasa juga disebut “Al-Ashabb” (الأصب) yang berarti “yang mengucur” atau “menetes”.
Dijuluki demikian karena derasnya tetesan kebaikan pada bulan ini. Bulan Rajab bisa juga dikenal dengan sebutan “Al-Ashamm” (الأصم) atau “yang tuli”, karena tidak terdengar gemerincing senjata pasukan perang pada bulan ini.
Julukan lain untuk bulan Rajab adalah “Rajam” (رجم) yang berarti melempar.
Dinamakan demikian karena musuh dan setan-setan pada bulan ini dikutuk dan dilempari sehingga mereka tidak jadi menyakiti para wali dan orang-orang shalih.
Allah memasukkan bulan Rajab sebagai salah satu bulan haram alias bulan yang dimuliakan.
إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ
Artinya: Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. (QS At-Taubah:36)
Bulan haram adalah empat bulan mulia di luar Ramadan, yakni Dzulqa'dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab.
Disebut “bulan haram” karena pada bulan-bulan tersebut umat Islam dilarang mengadakan peperangan.
Memang beberapa hadits dla’if, bahkan palsu, yang menjelaskan secara eksplisit tentang gambaran pahala amalan-amalan tertentu pada bulan Rajab.
Namun demikian, bukan berarti tidak ada keutamaan menjalankan ibadah, misalnya puasa, dalam bulan Rajab. Justru puasa menjadi istimewa karena dilakukan pada bulan istimewa.
Hanya saja, seberapa besar pahala yang akan didapat, Allahu a’lam, hanya Allah yang tahu.
Tugas hamba adalah menghamba kepada Allah dan seyogianya tak terikat dengan pamrih apa saja.
Dalam hadits riwayat Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Ahmad dikatakan:
صُمْ مِنَ الْحُرُمِ
Artinya: Berpuasalah pada bulan-bulan haram.
Imam Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumid-Din menyatakan bahwa kesunahan berpuasa menjadi kian bernilai bila dilakukan pada hari-hari utama (al-ayyam al-fadhilah).
Hari- hari utama ini dapat ditemukan pada tiap tahun, tiap bulan, dan tiap pekan.
Terkait siklus bulanan ini Al-Ghazali menyatakan bahwa Rajab masuk dalam kategori al-asyhur al-fadhilah di samping Dzulhijjah, Muharram dan Sya’ban.
Rajab juga terkategori al-asyhur al-hurum di samping Dzulqa’dah, Dzul Hijjah, dan Muharram.
Keitimewaan bulan Rajab juga terletak pada peristiwa ajaib Isra dan Miraj Rasulullah.
Peristiwa tersebut terjadi pada bulan Rajab tahun 10 kenabian (620 M).
Itulah momen perjalanan Rasulullah dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha lalu menuju ke sidratul muntaha yang ditempuh hanya semalam.
Dari peristiwa Isra’ dan Mi’raj ini, umat Islam menerima perintah shalat lima waktu.
Begitu agungnya peristiwa ini hingga ia diperingati tiap tahun oleh kaum muslimin di berbagai belahan dunia.
Saat memasuki bulan Rajab, Rasulullah memberi contoh untuk membaca:
اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ
Artinya: Ya Allah, berkahilah kami pada bulan Rajab dan bulan Sya’ban dan pertemukanlah kami dengan bulan Ramadlan.
Karenanya, kesempatan ini agar tidak disia-siakan karena berada di bulan agung. Dari berbagai keterangan yang disebutkan tadi, sangat jelas bahwa bulan Rajab memiliki keutamaan lebih di atas bulan-bulan pada umumnya.
Ia adalah momen untuk meningkatkan kualitas diri, baik tentang kedekatan kita kepada Allah (taqarrub ilallâh) maupun perbuatan baik ('amal shâlih) kita kepada sesama.
Belum tentu tahun berikutnya kita akan berjumpa dengan kesempatan merasakan kembali bulan Rajab.
Saatnya menyisihkan fokus kita kepada bulan mulia ini di tengah kesibukan duniawi kita yang melengahkan.
Baca berita Wartakotalive.com lainnya di Google News
Sumber: NUJatim
Niat Puasa Ayyamul Bidh 7, 8, 9 Agustus 2025 dan Keutamaannya |
![]() |
---|
Jadwal Puasa Ayyamul Bidh 13,14,15 Muharram 1447 Hijriah dan Keutamaannya |
![]() |
---|
Niat Puasa Asyura 10 Muharram dan Keutamaannya |
![]() |
---|
Niat Puasa Tasua dan Asyura 5-6 Juli 2025, Menghapuskan Dosa Setahun Lalu |
![]() |
---|
Bacaan Niat Puasa Tasua dan Asyura 1447 Hijriah, Dalam Arab dan Latin |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.