Berita Video

VIDEO Diterbangkan Hercules dari Medan, Ini Kisah Nakes Wisma Atlet Pertama Kali Tangani Pasien

Terbang memakai Boeing Hercules milik Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Udara (AU), pakaian dinas Mega berganti menjadi satu set APD

Penulis: Nuri Yatul Hikmah | Editor: Ahmad Sabran

WARTAKOTALIVE.COM, KEMAYORAN –Tersiarnya kabar pandemi Covid-19 di Indonesia, mengetuk hati seorang Mega Regina Tambunan (26) untuk melepas seragam dinasnya sebagai perawat di Intensive Care Unit (ICU) salah satu rumah sakit swasta di Medan. 


Gadis yang baru lulus profesi Ners pada 2019 lalu dari Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam itu, memutuskan bertandang ke Ibu Kota untuk mengabdikan diri sebagai tenaga kesehatan (Nakes) di sebuah rusun megah yang disulap jadi Rumah Sakit Darurat Covid (RSDC) Kemayoran, Jakarta Pusat. 


Terbang memakai Boeing Hercules milik Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Udara (AU), pakaian dinas Mega berganti menjadi satu set Alat Perlindungan Diri (APD).


Dalam delapan sampai sembilan jam tanpa makan, minum, dan buang hajat, Mega harus memakai masker berlapis, sarung tangan, cover all, gaun, pelindung mata, pelindung muka, pelindung kepala, pelindung kaki, dan sepatu boots anti air, untuk bisa merawat penyintas Covid-19.


Meski sempat khawatir akan segala hal buruk, Mega teguh memegang misi mulianya itu. 


"Pertama kali dengar Covid-19 masuk ke Indonesia pasti khawatir dan sedih. Apalagi kami sebagai tenaga kesehatan, yang merupakan garda terdepan," ujar Mega saat ditemui di Tower 3, Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta Pusat, Selasa (27/12/2022).


"Hanya saja, pada saat itu mungkin ada sedikit panggilan dari hati saya, mau berkecimpung di dunia Covid-19, di Wisma Atlet. Akhirnya, saya daftar dari beberapa link yang diberikan teman saya," sambungnya. 

Baca juga: VIDEO Belum Menikah Lagi Usai Alami KDRT, Vinessa Inez Trauma?


Mega berujar, Instalasi Gawat Darurat (IGD) menjadi tempat penugasan Mega pertama kali. Sementara pasien pertamanya adalah para Anak Buah Kapal (ABK) dari luar negeri yang baru saja dipulangkan ke Indonesia.


"Saya bertugas di IGD pertama kali. Pada saat itu, masih banyak ABK dari luar negeri yang dipulangkan," tuturnya. 


Di awal-awal menjadi Nakes Wisma Atlet, Mega mengaku sempat dilema tatkala menyaksikan pemandangan tersebut. 


Pasalnya sebagai pandemi baru di Indonesia, salah satu yang menjadi tantangan terbesarnya adalah cara penanganan pasien Covid-19. 


Menurutnya, virus tersebut tak hanya menyerang tubuh pasien, tetapi juga psikisnya.


"Itu merupakan suatu dilema bagi saya, karena saya bukan hanya untuk menenangkan pasien, tapi saya juga harus menenangkan psikis saya. Karena tingkat stress Nakes sebenarnya jauh lebih tinggi," tutur Mega.


Tak hanya Mega, Nakes lain yang juga merasakan hal tersebut adalah Bayu Prima Faoita Larosa (26). 


Putra Nias yang lulus dari Institut Kesehatan Delihusada itu mengaku, sempat khawatir saat pertama kali menginjakkan kaki di RSDC Wisma Atlet Kemayoran menjadi relawan.


"Pertama kali melihat Wisma Atlet, saya deg-degan karena belum paham apa dan bagaimana virus Covid-19 itu, karena kan pertama kali di Indonesia," sambungnya. 


Beruntung, semua itu bisa terlewati dengan baik tatkala dia bertemu dengan para mentor yang sedia membantu, mengarahkan, dan memfasilitasi kebutuhan semua Nakes.


Kepada Wartakotalive.com, Bayu menceritakan pemandangan RSDC Wisma Atlet Kemayoran saat pertama kali ia datang, Mei 2020.


Saat itu, sang tulang punggung penanganan Covid-19 belum dipenuhi oleh suara sirine dan pasien.


Namun, lanjut Bayu, usai dua bulan ia bertugas, kondisi RSDC Wisma Atlet Kemayoran berangsur-angsur alami peningkatan, hingga jumlahnya membludak.


"Sekitar bulan Mei 2020, saat saya pertama kali datang, bisa dibilang, pasien itu sudah mulai banyak, sekitar 400 orang, tapi setelah sebulan saya bertugas, pasien makin bertambah dan terus bertambah," jelasnya.


Salah satu yang menjadi pasien pertamanya adalah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dan Tenaga Kerja Wanita (TKW).


Menurut Bayu, mereka harus diisolasi terlebih dahulu lantaran baru kembali dari luar negeri.


"Pasien terus bertambah, saat TKI dan TKW dari luar negeri datang dan diisolasi di Wisma Atlet," katanya.


Saat itu, ia cukup banyak menyaksikan pemandangan memilukan dan potret yang menyayat hati.


Suara sirine ambulans datang silih berganti, pasien mengantre hanya untuk dapat satu tempat tidur, bahkan ada banyak pasien yang meninggal tanpa sempat ditangani.


"Pada unit-unit khusus tempat saya bertugas, khusus setelah varian Delta merebak, hampir setiap jam saya menyaksikan di depan saya orang sudah menghadapi sakaratul maut. Tentu itu memilukan buat saya," ujar Bayu. (m40)

 

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved