Gempa Bumi Cianjur
Korban Jiwa Gempa Bumi Cianjur Bertambah Dua Orang, Identitas Pria Dewasa Berikut HP di Kantong
Gempa bumi di Cianjur memakan korban jiwa sangat banyak dan terus bertambah, hal ini sungguh menyedihkan.
WARTAKOTALIVE.COM, CIANJUR - Jumlah korban jiwa akibat gempa bumi di Cianjur, Jawa Barat, terus bertambah.
Berdasarkan pencarian Tim SAR gabungan ada dua korban tertimbun longsor yang baru ditemukan di Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Sabtu (26/11/2022).
Korban ditemukan dalam kondisi sudah tidak bernyawa. Dua jenazah yang ditemukan merupakan laki-laki dewasa.
Keduanya ditemukan terpisah di dekat warung sate Shinta dan di dekat longsoran truk.
"Iya udah dua jenazah yang ditemukan di dekat aliran sungai longsoran truk dan warung sate Shinta. Dua-duanya laki-laki dewasa," kata Anggota Tim SAR gabungan, Supriyanta, Sabtu (26/11/2022).
Supriyanta menuturkan, pihaknya juga menemukan dua ponsel yang melekat di kantong celana kedua korban.
Adapun dua ponsel itu dimasukkan ke dalam kantong jenazah korban.
"Ada HP yang terbawa. HP kita masukkan ke dalam kantong," jelas Supriyanta.
Baca juga: Sinergi dengan Kostrad, Dana Kemanusiaan Kompas Salurkan Bantuan untuk Korban Gempa Bumi di Cianjur
Ia menuturkan bahwa kedua korban kini telah dibawa ke RSUD Sayang, Cianjur, Jawa Barat.
Nantinya, tim forensik yang bakal mendalami identitas dari kedua korban.
"Sudah dibawa ke RSUD Sayang. Kalau identitas nanti biar tim dokter yang mengungkap," jelas Supriyanta.
Sebagai informasi, dalam laporan BNPB terbaru per Jumat sore, sebanyak 310 warga meninggal dunia dalam bencana gempa berkekuatan 5,6 magnitudo ini.
Baca juga: Gempa Cianjur, Peneliti BRIN Temukan Pergerakan Sesar Cimandiri 100 Km dari Sukabumi ke Cianjur
Sementara itu, 32 orang masih dalam pencarian, serta ribuan rumah dan bangunan rusak dan lebih dari 60.000 warga mengungsi.
Kini, tak ada lagi warga yang bertani dan berdagang. Anak-anak juga tidak lagi sekolah.
Aktivitas perekonomian praktis terhenti. Seorang warga yang memiliki usaha warung, Dedeh (40) mengungkapkan, bangunannya hancur akibat bumi yang berguncang.
Dedeh bersama suami dan dua anaknya harus mengungsi di tenda pengungsian bersama ratusan korban lainnya.

Bahkan, di saat anaknya yang masih berusia tiga tahun ingin cemilan, ia bingung harus berbuat apa.
Di satu sisi warungnya hancur, di sisi lain tak ada harta yang terselamatkan saat gempa terjadi.
Ia harus mengorek-ngorek puing reruntuhan, tak ada yang bisa diberikan olehnya karena warungnya sudah hancur.
"Semuanya warung juga hancur, sekarang kalau pengin ngambilin makanan sampai harus dikerukin dulu, sampai tangan sakit," katanya.
Selain itu, di wilayah tersebut sangat sulit mencari rumah makan.
Para pengungsi hanya bisa menunggu pasokan makanan dari bantuan logistik yang datang atau menunggu dapur umum selesai menyiapkan makanan.

Jika ingin membeli makanan atau mencari kebutuhan di warung, maka warga harus menempuh perjalanan kurang lebih delapan kilometer.
Namun, jika kondisi normal delapan kilometer itu maka akan terasa dekat, tetapi di tengah kondisi darurat saat ini, untuk menempuh jarak tersebut bisa membutuhkan waktu hingga satu jam perjalanan.
Hal tersebut disebabkan banyaknya kendaraan yang berlalu lalang di jalur yang hanya cukup untuk satu kendaraan roda empat.
Sedangkan saat ini, kendaraan roda empat ataupun roda dua begitu membludak melintasi jalur tersebut, dikarenakan dalam kondisi seperti ini banyak kendaraan yang membawa bantuan logistik dan juga kendaraan untuk keperluan evakuasi.
Baca berita Wartakotalive.com lainnya di Google News