Satu Keluarga Tewas di Kalideres
Motif Satu Keluarga Tewas di Kalideres Karena Perampokan, Kecil Kemungkinan
Kombes Hengki Haryadi menilai sangat kecil kemungkinan satu keluarga tewas di Kalideres adalah korban perampokan atau pencurian dengan kekerasan.
Penulis: Ramadhan L Q | Editor: Budi Sam Law Malau
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA -- Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Kombes Hengki Haryadi menilai dari serangkaian penyelidikan yang dilakukan terkait satu keluarga tewas di Kalideres, menyimpulkan bahwa sangat kecil kemungkinan mereka adalah korban perampokan atau pencurian dengan kekerasan.
"Motif terjadinya pencurian dan perampokan, sementara ini sangat kecil kemungkinan," ujar Hengki, kepada wartawan di Mapolda Metro Jaya, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin (21/11/2022).
Ia mengatakan bahwa sejumlah barang di rumah yang hilang, ternyayta bukan dicuri, tetapi sudah dijual.
Seperti sejumlah alat rumah tangga hingga mobil Brio berplat nomor B 2601 BRK. Mobik dijual oleh salah satu korban bernama Budyanto Gunawan (69).
Hengki menuturkan pihaknya masih terus melakukan proses penyelidikan terkait kasus kematian satu keluarga ini.
"Oleh karenanya, sekali lagi ini belum merupakan suatu kesimpulan," kata dia.
Etno Forensik
Sebelumnya eks Kapolda Jabar, Irjen Pol (Purn) Anton Charliyan menilai kasus satu keluarga yang tewas mengering di dalam rumah di Perumahan Citra Garden, Kalideres, Jakarta Barat, merupakan kasus yang unik.
Sebab katanya baru pertama kali ditemukan mayat yang mengering dan juga satu keluarga.
Baca juga: Pakar Piskologi Forensik Duga Satu Keluarga Tewas di Kalideres Memilih Mati dengan Pikiran Jernih
"Ini merupakan kasus unik. Karena baru pertama ditemukan mayat mengering, kemudian meninggalnya tidak dalam waktu sama," ujar Anton di Kompas Petang di Kompas TV, Sabtu (19/11/2022).
Meski begitu, kata Anton, saat ini polisi sudah bisa menyimpulkan bahwa tewasnya 4 anggota keluarga di dalam rumah itu adalah sebuah kematian yang tidak wajar.
"Ketika olah TKP pertama juga masih sulit ditentukan apakah ada jalan keluar masuk atau mereka terkunci semua dari dalam atau dari luar," ujarnya.
Namun kata dia dengan temuan adanya perbedaan waktu kematian, menunjukkan bahwa saat sejumlah anggota keluarga meninggal, maka ada anggota keluarga yang hidup di dalam rumah.
"Sehingga di sIni saay sampaikan perlu diselidiki bagaimana habitus etnik itu sendiri atau kebiasaan etnis itu sendiri. Makanya kemarin saya mengusulkan agar tolong dibentuk juga tim yang merupakan tim Etno Forensik. Karena korban yang bersangkutan itu dari etnis Tionghoa," kata Anton.
Menurut Anton dengan ttnis Tionghoa ini, bisa dihubungkan dengan kemungkinan adanya kebiasaan kebiasaan.
Baca juga: Ungkap Motif Satu Keluarga Tewas di Kalideres, Polisi Diusulkan Bentuk Tim Etno Forensik
"Baik kebiasaan secara adat, tradisi, atau kepercayaan," ujarnya.
Ia menjelaskan di etnis Tionghoa sendiri, ada suku-suku yang biasanya memiliki dan menampilkan kebiasaan tersendiri.
"Yang mungkin etnis Tionghoa pun juga ada, yang terbiasa tertutup, ada yang biasa terbuka. Kalau yang terbuka seperti suku Suku Khek, suku Tiociu itu terbuka. Tapi ada suku yang tertutup," ujarnya.
Seperti diketahui suku-suku Tionghoa yang terbesar diantaranya adalah Hokkian, Khek/Hakka, Tiociu, Hainan, dan Kanton, yang daerah asalnya dari Tiongkok.
"Kenapa harus diselidiki soal etnis ini, karena kemungkinan saja kepercayaan-kepercayaan dari etnis tersebut ada dan bisa memberi petunjuk," katanya.
Anton menjelaskan dari hasil pemeriksaan awal polisi menyimpulkan bahwa pada 4 jenazah korban yang ditemukan terjadi mumifikasi.
"Karena apa, karena mayatnya mengering. Yang jadi kesulitan karena hasil daripada labfor dan medical forensik belum keluar," ujarnya.
Baca juga: Ibu dan Anak Anggota Satu Keluarga Tewas di Kalideres, Sering Titip Kue Kering di Pasar
"Padahal ketika mayat mengering biasanya ada unsur unsur formalin. Apakah di sini nanti di dalam DNA nya itu ada unsur formalin atau tidak, ini tidak bisa dengan mata telanjang tapi harus menunggu dengan laboratorium forensik," kata Anton.
Menurut Anton untuk suku di Indonesia yang terbiasa dengan mumifikasi atau mayat mengering adalah suku Toraja.
"Secara adat juga, yang bisa mengeringkan mayat saat ini, yang ada di Indonesia adalah masyarakat Toraja. Makanya kemarin saya minta tolong agar dibentuk Multi Center. Yakni ahli ahli yang berhubungan dengan masalah mumifikasi ini dikumpulkan," katanya.
"Bisa saja ahli dari Toraja, kenapa ini bisa begini. Karena kita ada keterbatasan keterbatasan ilmu pengetahuan," kata Anton.
Terkait cukup lamanya polisi menyelidiki kasus ini menurut Anton karena kasus ini dinilai berat maka sesuai buku kuning reserse atau juknis, maka polisi memiliki waktu 120 hari untuk mengungkapnya.
"Juga untuk olah TKP berkali-kali itu bisa saja dan wajar. Keuletan penyidik jadi kunci sukses. Karena memang ini kasus unik dan pertama kali terjadi di Indonesia," katanya.
Seperti diketahui empat mayat ditemukan dalam satu rumah di Perumahan Citra Garden Extension, Blok AC5, Nomor 7, di Kecamatan Kalideres, Jakarta Barat, Kamis (10/11/2022) sekira pukul 18.30 WIB.
Baca juga: Sempat Jadi Misteri Selama Sepekan, Motif Kematian Satu Keluarga Tewas di Kalideres Terungkap Polisi
Diketahui, keempat mayat tersebut merupakan satu keluarga. Yakni Renny Margaretha (68) dan suaminya Rudyanto Gunawan (71), anak mereka Dian Febbyana (42), dan Budyanto Gunawan (68) adik Rudyanto.
Polisi belum menyimpulkan apakah keempat mayat yang sudah mengering itu adalah korban pembunuhan atau tidak.
Sebab polisi tidak menemukan bercak darah di lokasi temuan 4 mayat tersebut di dalam rumah.
Selain itu, kondisi rumah juga masih rapi dan tidak berantakan saat 4 mayat ditemukan.
Kapolres Metro Jakarta Barat, Kombes Pol Pasma Royce mengatakan, 4 mayat yang ditemukan dalam sebuah rumah di Perumahan Citra Garden Extension Blok AC5 Nomor 7, Kecamatan Kalideres, Jakarta Barat, Kamis (10/11/2022), dipastikan tidak mengalami tindak kekerasan.
Hal tersebut disampaikannya di Mapolres Metro Jakarta Barat, di Jalan Daan Mogot, Kedoya Utara, Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Jumat (11/11/2022).
Pasma menyampaikan, hasil pemeriksaan yang dilakukan dokter forensik Rumah Sakit (RS) Polri Kramat Jati, mengungkap bahwa ke 4 mayat tersebut ternyata tidak makan dan minum dalam waktu yang cukup lama.
Sehingga, kata Pasma, otot-otot pada keempat mayat tersebut sudah mengecil.
Baca juga: Polisi Temukan Ada Tumpukan Sampah di Dalam Rumah Satu Keluarga Tewas di Kalideres
Hal tersebut mengindikasikan, jika keempatnya mengalami dehidrasi dan kurang nutrisi.
"Hasil pemeriksaan secara motoris pada otopsi yang dilakukan RS Polri Kramat Jati, terhadap empat mayat tersebut tidak ditemukan tanda kekerasan," ujar Pama saat ditemui.
"Bahwa dari lambung keempatnya, tidak ada makanan yang ditemukan. Jadi bisa diduga, dari pemeriksaan dokter laboratorium, mayat-mayat itu tidak ada makan dan minum cukup lama," lanjutnya.
Pasma menyampaikan keempat mayat tersebut sudah berubah menjadi mumi atau terjadi mumifikasi.
Baca juga: Polisi Temukan Belatung di Rumah Satu Keluarga Tewas di Kalideres, Jadi Petunjuk Waktu Kematian
Sementara itu, berdasarkan keterangan dokter forensik, kata Pasma kematian ke empat orang tersebut diperkirakan sudah sejak 3 minggu sebelum ditemukan.
"Dari bapak, ibu, anak, serta dari iparnya ini, meninggal di waktu yang berbeda. Sehingga pembusukannya masing-masing berbeda," jelas Pasma.
"RS Polri Kramat Jati akan melakukan pendalaman untuk memeriksa hati dan organ-organ yang lainnya, sehingga bisa lebih spesifik terhadap penyebab kematian keempatnya," jelas Pasma.
"Diduga pula kematian ke 4 mayat ini dalam waktu yang berbeda-beda," kata Pasma.(m31)
Baca berita Wartakotalive.com lainnya di Google News