Satu Keluarga Tewas di Kalideres
Pakar Piskologi Forensik Duga Satu Keluarga Tewas di Kalideres Memilih Mati dengan Pikiran Jernih
Satu keluarga yang tewas di Kalideres diduga ingin mati dengan tenang tanpa buat keributan.
Penulis: Desy Selviany | Editor: Desy Selviany
"Kabar bahwa posisi jenazah yang maaf tidak bergelimpangan di sana sini, tetapi berada di titik-titik tertentu. Seolah-olah mengindikasikan mereka sengaja berada di titik tersebut," jelas Reza.
Jika para korban benar sengaja menyongsong kematian secara damai, lanjut Reza, maka kasus ini sekaligus membantah teori klasik bahwa bunuh diri terjadi lantaran keputusasaan.
"Kalau ini yang menjadi situasi atau penjelasannya, maka terbantahkan sesungguhnya teori-teori klasik yang mengatakan bunuh diri adalah puncak dari keputusasaan, kondisi dari tekanan batin nyata yang tak tertahankan, kondisi yang di luar kelaziman yang tidak mungkin dilakukan manusia yang punya akal sehat.
Maka, pandangan sedemikain rupa nampaknya terpatahkan," jelas Reza.
Di sisi lain, ketenangan yang diduga dipilih oleh korban ini bukan berarti tidak menunjukkan adanya keputusasaan.
"Tidak bisa kemudian kita pukul rata sebagai cerminan adanya kegunjangan jiwa atau keputusasaan mendalam, tidak.
Reza juga menduga, para korban berpikir secara jernih saat memutuskan untuk meninggal dunia di dalam rumahnya.
“Mereka punya perencanaan yang cukup matang untuk mengatakan pada tanggal sekian dan jam sekian saya ingin mengakhiri hidup dengan tenang dengan menggunakan cara yang saya pilih sendiri," pungkas Reza.
"Kalau ternyata empat orang ini wafat dengan latar belakang situasi tersebut, maka kita perlu memberikan penghormatan kepada mereka yang sudah memilih mengakhiri hidup mereka dengan cara yang setenang mungkin, sedamai mungkin, menurut mereka," tutup dia.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Analisis Psikolog Forensik: Penuh Persiapan, Keluarga di Kalideres Seolah Ingin Mati dengan Tenang...",