Sejarah Jakarta

Sejarah Jakarta: Titik di Jakarta Ini Ternyata Tempat Tengkorak Manusia Terpajang Selama 2 Abad

Ternyata ada satu titik di kawasan Jakarta yang menjadi tempat untuk memajang kepala tengkorak manusia. Hal itu tertulis dalam sejarah Jakarta

Penulis: Desy Selviany | Editor: Desy Selviany
nationalgeographic
Monumen memorial kematian Pieter Erberveld di Batavia 

Namun, sepeninggal ayahnya, Pieter Erberveld pernah berselisih dengan Dewan Heemraden perihal tanah. 

Di tahun 1708, tanah yang diwariskan ayah Pieter Erberveld dirampas oleh Belanda. Hal inilah yang disebut Pieter Erbervelt tidak menyukai kompeni. 

Atas dasar hal inilah yang membuat kompeni curiga dengan Pieter Erbervelt

Dalam penangkapan para orang-orang yang disebut Makar itu, Hindia Belanda melakukan sejumlah kekerasan keji untuk mengintrogasi keduanya agar mengaku tengah merencanakan Makar. 

Hingga akhirnya, salah seorang di antaranya karena tidak kuat menahan siksasaan mengakui telah merencanakan Makar seperti yang dituduhkan Hindia Belanda

Tahanan tersebut juga menyebut bahwa kepala dari pemberontakan tersebut ialah Pieter Erbervelt yang ingin menjadi Gubernur Hindia Belanda

Penyikasaan terus dilakukan kepada Erberveld dan Kartadriya hingga keduanya mengaku salah. Erbervelt mengaku telah dibujuk oleh Kartadriya dan seorang Raja Bali untuk melakukan Makar. 

Dari pengusutan tersebut, Hindia Belanda menghukum mati 19 orang. Bukan sekedar hukuman mati biasa, penyiksaan dilakukan kepada para terdakwa tersebut baik saat masih hidup ataupun sudah mati. 

Disebutkan Pieter Erbervelt disiksa dengan punggung diikat pada sebuah salib, tangan kanan dibacok sampai putus, lengan dijepit, daging kaki dan dada dicungkil keluar. 

Bahkan tubuh Pieter Erbervelt dibelah dari bawah ke atas. Jantungnya juga dikeluarkan dan dilemparkan ke wajah mereka. 

Kemudian kepala para terdakwa dipotong dan ditancapkan pada sebuah tonggak di sebuah tempat di luar kota. 

Dikabarkan, tengkorak Pieter Erberveld dipajang di Jalan Pangeran Jayakarta atau bernama Jacatraweg di zaman Hindia Belanda

Di atas sebuah dinding di jalan itu terpancang sebuah tengkorak batu yang ditusuk tombak. Sebagai bentuk ancaman kepada masyarakat yang hendak melakukan Makar, di tengkorak itu juga disematkan sebuah pesan berbahasa Belanda dan Jawa. 

Yang artinya dalam pesan tersebut ialah larangan selama-lamanya untuk mendirikan bangunan dan atau menanam tumbuh-tumbuhan di tempat itu.

Momen itu sebagai bentuk ancaman Hindia Belanda bagi siapa saja yang melakukan pengkhianatan.

Kisah Pieter Erbervelt hidup selama dua abad lamanya di kalangan penduduk Jakarta sampai berakhirnya kekuasaan Belanda di bumi pertiwi. 

Kemudian tempat batu tengkorak itu terpajang dinamakan Pecah Kulit.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved