Polisi Tembak Polisi
Bripka RR Tak Tahu Ada Pelecehan Putri Candrawathi di Magelang, Justru Brigadir J Marah ke Kuwat
Bripka RR memastikan tidak mengetahui ada indikasi pelecehan dilakukan Brigadir J ke Putri Candrawathi. Yang ada Brigadir J marah ke Kuwat Maruf
Penulis: Budi Sam Law Malau | Editor: Budi Sam Law Malau
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA -- Bripka Ricky Rizal atau Bripka RR mengungkapkan ternyata dirinya sama sekali tidak tahu dan tidak melihat adanya indikasi pelecehan seksual yang dilakukan Brigadir Yosua Hutabarat atau Brigadir J, terhadap istri Ferdy Sambo, Putri Candrawathi di Magelang, Jawa Tengah.
Bahkan Bripka RR memastikan justru Brigadir J sempat kesal dan marah terhadap Kuwat Maruf, sopir sekaligus ART keluarga Ferdy Sambo.
Hal itu dikatakan Bripka RR kepada pengacaranya Erman Umar yang menjelaskan soal kesaksian kliennya saat berada di Magelang, Jawa Tengah, bersama Brigadir J, Kuwat Maruf, Putri Candrawathi, Bharada E dan Susi, ART keluarga Ferdy Sambo.
"Jadi menurut RR, kejadian di Magelang tidak seperti yang dibayangkan. Dia tidak melihat dan tidak tahu adanya pelecehan ke Ibu," kata Erman Umar di acara Kompas Petang yang ditayangkan di akun Kompas TV, Rabu (7/9/2022).
Menurut Erman, yang terjadi Bripka RR justru melihat Brigadir J sangat kesal dan marah terhadap Kuwat Maruf.
Kemarahan Brigadir J kepada Kuat Maruf itu kata Erman, menurut Bripka RR terjadi pada 7 Juli 2022 di Magelang. Sebelumnya Brigadir J dan Kuat Maruf sempat bersitegang di sana.
Baca juga: Putri Candrawathi Fasih Peragakan Adegan Peristiwa di Magelang dengan Kuwat dan Bripka RR
Saat ketegangan terjadi antara Brigadir J dan Kuat Maruf , menurut Bripka RR, Putri Candrawathi berbaring di dalam kamar dan sempat menanyakan keberadaan Brigadir J kepadanya.
"Jadi waktu itu Bripka RR dan Bharada E mengantar makanan ke anak Ferdy Sambo yang sekolah di Taruna Nusantara. Saat mengantarkan PC menelepon Bharada E dan meminta Bripka RR segera kembali ke rumah di Magelang," kata Erman.
Saat mereka sampai ke rumah, menurut Erman, mereka tidak melihat ada siapapun di lantai 1 rumah. "Di lantai 1 gak ada orang," katanya.
Ternyata kata Erman, semua yang ada di rumah itu yakni Putri Candrawathi, Kuat Maruf, Susi (ART keluarga Ferdy Sambo), dan Brigadir J ada di lantai dua rumah.
Baca juga: Adegan 61 C, Bripka RR Jemput Brigadir J dari Pekarangan Rumah ke Ladang Pembantaian
"Bripka RR naik ke atas bertemu Kuat, dan RR langsung melongok ke kamar PC. Karena RR kan dipanggil PC, tadi lewat telepon Bharada E," katanya.
Saat itu kata Erman, menurut Bripka RR, Putri Candrawathi berbaring di dalam kamar.
"Bripka RR kemudian tanya kepada Ibu PC. 'Ada apa Bu?'. Tapi Ibu tidak langsung menjawab, namun malahan bertanya, 'Joshua dimana', begitu," kata Erman.
Menurut Erman saat ini Putri Candrawathi berbaring dengan satu bantal.
"Karena Bripka RR hanya melongok lewat pintu dan tidak melihat jelas PC menangis atau tidak, yang jelas seperti sakit," kata Erman.
Baca juga: Bripka RR Sebut Brigadir J Sempat Marah, Dituduh Kuat Maruf Berbuat Tak Pantas ke Putri Candrawathi
"Tapi pasti terbawalah oleh omongan Susi dan Kuat, bahwa PC menangis," katanya.
Karenanya kata Erman, saat itu Bripka RR tidak bertanya ke PC.
"RR kemudian melihat Yosua mau masuk lagi ke kamar ibu, tapi dihalangi oleh Kuat. Itu dilihat oleh RR. Jadi Kuat menghalangi itu, gak tahu penafsiran dari Kuat kenapa," kata Erman.
"Karena Kuat dan Josua sudah bertengkar, sehingga RR menjaga," kata Erman.
Akhirnya kata Erman, Brigadir J mengalah dan turun ke lantai 1.
Erman mengatakan Bripka RR kemudian menanyakan ke Kuat Maruf kenapa bersitegang dengan Brigadir J.
Baca juga: Hasil Uji Kebohongan atas Bharada E, Bripka RR, dan Kuwat Maruf adalah No Deception Indicated
"Kuat menjawab, 'Nah itu tadi. Karena Josua naik ke tangga, kemudian lari, saya bingung'. Begitu jawaban Kuat ke Bripka RR," kata Erman.
Kemudian menurut Erman, Bripka RR juga menanyakan ke Brigadir J, apa penyebab bersitegang dengan Kuat Maruf.
"Bripaka RR tanya ke Josua, ada apa dan kenapa bersitegang dengan Kuat. Josua menjawab agak marah, 'Iya bang, saya gak ngerti itu kenapa Om Kuat, marah-marah ke saya'. begitu jawaban Josua," kata Erman.
Kemudian kata Erman, Bripka RR memberitahu Brigadir J, bahwa dirinya dicari dan dipanggil oleh Putri Candrawathi.
"Karena tadi kan Ibu tanya Josua dimana, maka Bripka RR berinisiatif memanggil Brigadir J. 'Kamu tadi ditanyain, Ibu' begitu kata Bripka RR ke Josua," kata Erman.
Kemudian Bripka RR dan Brigadir ke lantai atas. "Josua masuk ke kamar dan duduk di bawah, sementara Ibu PC tetap berbaring di kasur. RR tidak ikut masuk ke kamar," katanya.
Bripka RR, kata Erman menunggu di pintu dan agak berjarak. "Sehingga Bripka RR tidak mendengar pembicaraan Brigadir J dengan Putri Candrawathi," katanya.
Baca juga: Kapolri Mengaku Sempat Bertemu Ferdy Sambo Usai Kasus Brigadir J Mencuat
Tak lama kata dia kemudian Brigadir J keluar kamar, dan bersama Bripka RR kembali turun ke lantai 1.
"Pada saat mereka turun, Bripka RR ikuti Josua, karena khawatir supaya jangan ada pertengkaran lagi dengan Kuat Maruf. Bripka RR antar sampai ke bawah. Dia sempat tanya Josua juga, ada apa lagi. Yang kedua ini jawaban Josua melunak, 'Udah bang, gak ada apa-apa bang'. Ini berbeda dengan pertama sebelum Josua bertemu Ibu," katanya.
Dari keterangan Bripka RR, kata Erman, kliennya sama sekali tidak melihat adanya dugaan pelecehan atau kekerasan seksual kepada Putri Candrawathi yang diduga menjadi motif pembunuhan berencana terhadap Brigadir J.
Seperti diketahui dalam kasus ini polisi sudah menetapkan lima tersangka. Yakni Ferdy Sambo dan istrinya Putri Candrawati, dua ajudannya Bripka RR dan Bharada E serta Kuat Maruf, sopir sekaligus ART keluarga Ferdy Sambo.
Mereka dijerat Pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana, subsider Pasal 338 KUHP tentang pembunuhan biasa, junto Pasal 55 dan 56 KUHP tentang permufakatan jahat. Dengan ancaman hukuman, pidana mati, penjara seumur hidup atau selama-lamanya 20 tahun.(bum)