Ketua Umum PPP Bakal Segera Temui Ulama dan Kiai Usai Pidatonya Soal Amplop Dianggap Menyinggung

Bagi PPP, kata Amel, penghormatan kepada ulama adalah salah satu cara PPP mengingat jati dirinya.

wartakotalive.com, Leonardus Wical Zelena Arga
Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Suharso Monoarfa bakal segera menemui ulama dan kiai, untuk berbincang dan meminta masukan secara langsung. 

WARTAKOTALIVE, JAKARTA - Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Suharso Monoarfa bakal segera menemui ulama dan kiai, untuk berbincang dan meminta masukan secara langsung.

Hal itu terkait pernyataan Suharso soal amplop untuk kiai, dalam acara pembekalan antikorupsi politik cerdas berintegrasi di Gedung Komisi Pemberantas Korupsi (KPK).

Ketua DPP PPP Syarifah Amelia, narasi yang diduga mengandung unsur hinaan terhadap kiai dan pesantren itu, merupakan kesalahan penafsiran.

Kata Amel, para pengurus harian DPP PPP yang menjadi peserta acara pendidikan politik antikorupsi tersebut, menjadi saksi jika disimak secara utuh tanpa dipotong serta disesuaikan dengan konteks diskusi, Suharso tidak berniat sama sekali menyinggung perasaan para kiai.

"Bagi PPP, pesantren adalah salah satu garda terdepan pendidikan umat, sehingga dalam pendidikan antikorupsi, kita harapkan dapat dimulai dengan memahami betul perbedaan pemberian hadiah/bisyarah yang penuh kasih."

"Serta, infak/shodaqoh yang berlandaskan keikhlasan dengan praktik yang mengarah pada gratifikasi di lingkungan pesantren," ujar Amel kepada wartawan, Sabtu (20/8/2022).

Baca juga: Senin Pekan Depan PDFI Bakal Beberkan Hasil Autopsi Ulang Jenazah Brigadir Yosua

Dia mengatakan, Suharso menyampaikan pernyataan tersebut tak lain untuk menanggapi permintaan Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron, agar PPP mampu memberikan warna politik yang berbeda.

"Bukan membenarkan yang biasa, tapi membiasakan yang benar."

"PPP harus mampu menjadi partai yang mewujudkan politik berketuhanan yang maha esa, bukan berkeuangan yang maha kuasa," beber Amel menirukan narasi Ghufron.

Baca juga: Jaksa Butuh 14 Hari Teliti Berkas Perkara Empat Tersangka Pembunuh Brigadir Yosua

Dia menambahkan, pada akhir acara pembekalan, Suharso menandatangani komitmen untuk membangun integritas internal parpol, agar menolak politik uang dan praktik korupsi lainnnya.

Bagi PPP, kata Amel, penghormatan kepada ulama adalah salah satu cara PPP mengingat jati dirinya.

Amel juga meyakini Suharso akan berupaya semaksimal mungkin memperbaiki kesalahpahaman ini.

Baca juga: LPSK: Kalau Putri Candrawathi Mau Lawan Suaminya, Silakan Ajukan Diri Jadi Justice Collaborator

"PPP dibentuk ulama, diawasi ulama, memperjuangkan ulama. Hal ini yang selalu ditanamkan oleh para petinggi partai, termasuk Pak Suharso."

“Beliau sekali lagi menyampaikan tidak sedikit pun bermaksud untuk menyinggung kiai dan ulama, serta menyesalkan video pidato beliau yang dipenggal seadanya."

"Namun beliau mengakui beliau sangat terpukul jika sampai ada ulama/kiai yang terluka karena hal ini,” bebernya.

Sebelumnya, dalam kegiatan pembekalan antikorupsi kepada para pengurus PPP, Suharso Monoarfa menceritakan pengalaman pribadinya saat berkunjung ke pondok pesantren besar, guna meminta doa dari beberapa kiai yang menurutnya juga kiai besar.

Baca juga: Densus 88 Ciduk Lima Tersangka Teroris JI dan Anshor Daulah di Jakarta, Sumsel, dan Jambi

"Waktu saya Plt. Ini demi Allah dan Rasul-Nya terjadi. Saya datang ke kiai itu dengan beberapa kawan, lalu saya pergi begitu saja."

"Ya, saya minta didoain kemudian saya jalan. Tak lama kemudian saya dapat pesan di WhatsApp, 'Pak Plt, tadi ninggalin apa enggak untuk kiai?" Cerita Suharso.

Suharso yang merasa tidak meninggalkan sesuatu di sana, sempat menduga ada barang cucunya yang tertinggal di pesantren tersebut.

Baca juga: AKP Edi Nurdin Massa Diduga Terlibat Jaringan Pengedar Narkoba, Bareskrim Masih Dalami

Kata orang yang mengirim pesan ke dia, bukan barang yang tertinggal. Setelah dijelaskan harus ada pemberian untuk kiai dan pesantren, ujar Suharso, dia bahkan sempat menyebutkan tidak membawa sarung, peci, Alquran, atau lainnya.

“Kayak enggak ngerti aja Pak Harso ini, gitu Pak Guru. I've provided one, every week.""

"Dan bahkan sampai saat ini, kalau kami ketemu di sana, itu kalau salamannya enggak ada amplopnya, Pak, itu pulangnya itu, sesuatu yang hambar," bebernya. (Reza Deni)

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved