Sejarah Jakarta

Sejarah Jakarta: Pernah Jadi Kota Mendunia Hingga Luluh Lantak Diguncang Gempa

Sejarah Jakarta mencatat, Kota Jakarta yang saat itu bernama Batavia pernah mendunia hingga akhirnya jatuh porak poranda karena bencana gempa bumi.

Penulis: Desy Selviany | Editor: Desy Selviany
Bapedda DKI
Sejarah Jakarta di abad ke-17 pernah diguncang gempa bumi 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Sejarah Jakarta mencatat, Kota Jakarta yang saat itu bernama Batavia pernah mendunia hingga akhirnya jatuh porak poranda karena bencana gempa bumi.

Kisah Sejarah Jakarta diguncang gempa besar hingga porak poranda terangkum dalam buku Sejarah Singkat Kota Jakarta.

Disebutkan dalam Sejarah Jakarta, pada abad ke-17 pusat kota Batavia ada di kawasan utara kota.

Saat itu, kota yang dibangun Belanda itu populer hingga ke belahan dunia lain. Ketika itu Jakarta masih bernama Batavia dan dikuasi oleh VOC.

Bangunan-bangunan megah dan modern membuat kota ini menjadi salah satu kota maju di peradaban tersebut.

Apalagi, saat itu pemerintah Belanda mengelola perairan di Kota Batavia dengan sangat canggih hingga membuat kota ini bisa kokoh berdiri meski berada di tanah yang rendah.

Bangunan-bangunan bergaya eropa juga dibangun oleh Belanda sehingga membuat kawasan tersebut seperti Eropa di benua tropis.

Kecanggihan dan keelokan pembangunan Kota Batavia hingga dijuluki Ratu dari Timur oleh belahan dunia lain.

Baca juga: Sejarah Jakarta, Ternyata Etnis Tionghoa Punya Peran Penting Melawan Penjajah Belanda

Namun, kejayaan Batavia berakhir pada tahun 1699 karena guncangan gempa hebat.

Hikayat dari Jakarta mencatat bahwa pada malam 4 atau 5 Januari 1699, pusat kota Hindia Belanda itu diguncang gempa dahsyat.

Gempa tersebut menyebabkan kerusakan parah pada bangunan-bangunan mewah yang berdiri di utara kawasan Jakarta itu.

Bahkan gempa tersebut merusak persediaan air dan memporak porandakan sistem pengolahan air di seluruh wilayah Batavia.

Selain itu, gempa tersebut juga disertai letusan gunung api dan hujan abu yang tebal yang menyebabkan terusan-terusan pengairan dipenuhi lumpur.

Bahkan aliran Sungai Ciliwung yang menjadi mata air utama warga Batavia berubah dan membawa banyak endapan lumpur ke tempat di mana sungai itu mengalir ke laut.

Hal itu membuat kastil yang semula berbatasan dengan laut seakan-akan mundur minimal 1 kilometer (km) ke arah pedalaman.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved