Sebanyak 20 Seniman Muda Indonesia Hadiri Ajang Temu Seni Performans

Temu Seni dihelat sebagai Pra-Event menuju Festival Indonesia Bertutur 2022 di pertemuan Menteri-Menteri Kebudayaan G20 di Magelang September 2022.

Editor: Ichwan Chasani
Dok. Kemendikbud Ristek
Sebanyak 20 seniman muda Indonesia hadir di Makassar untuk mengikuti ajang Temu Seni Performans. 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA — Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) melalui Direktorat Perfilman, Musik, dan Media, Direktorat Jenderal Kebudayaan menggelar Temu Seni dengan tema Seni Performans yang berlangsung di kota Makassar, Maros dan Pangkep, Sulawesi selatan pada 1-8 Agustus 2022. 

Sebanyak 20 seniman muda yang memiliki beragam latar genre dan berasal dari berbagai tempat di Indonesia hadir di Makassar untuk turut serta dalam Temu Seni Performans.

Temu Seni Performans merupakan sebuah ajang silaturahmi, apresiasi, kolaborasi dan jejaring seni performans sekaligus memperkenalkan dan menambah gaung Indonesia Bertutur 2022 di daerah cagar budaya di Indonesia.

Kegiatan Temu Seni ini merupakan salah satu rangkaian dari Festival Mega Event Indonesia Bertutur 2022 sebagai bagian dari perhelatan akbar Pertemuan Menteri-Menteri Kebudayaan G20 (G20 Ministerial Meeting on Culture) yang akan dilaksanakan di Kawasan Borobudur, Magelang, Jawa Tengah pada bulan September mendatang.

Program ini diadakan  sebagai sarana penguatan ekosistem seniman-seniman muda, untuk memelihara keberlangsungan hidup kesenian nusantara sebagai peninggalan budaya Indonesia.

Baca juga: Terkait Bidding Piala Asia, Tim AFC Kunjungi Indonesia pada 1-4 September untuk Inspeksi Stadion

Baca juga: Asli Atau Palsu? Rasa Makanan di 3 Kedai Kecil Jakarta Ini Mirip Restoran Ternama

Direktur Perfilman, Musik dan Media, Kemendikbudristek RI, Ahmad Mahendra menyampaikan bahwa kegiatan Temu Seni ini dihelat tidak hanya untuk mewujud menjadi wadah pertemuan para praktisi seni kontemporer dari berbagai wilayah di Indonesia.

Menurutnya, kegiatan ini juga dapat menjadi sarana berbagi, diskusi, kolaborasi dan ajang bertukar pikiran antara seniman-seniman muda Indonesia, khususnya dalam kesempatan ini adalah para seniman performans.

“Kami harapkan juga akan terbangun jejaring baru diantara mereka yang nantinya akan muncul dukungan terhadap satu sama lain serta menjadi salah satu jalan pembuka terciptanya pengembangan karya–karya baru,” ungkap Ahmad Mahendra dalam pernyataan resminya, Senin (2/8/2022).

Kegiatan ini juga diharapkan dapat menambah wawasan dan khasanah para seniman untuk dapat mengenal warisan budaya dan sejarah yang dapat mereka manfaatkan dan diterjemahkan dalam rangka pengembangan karya seni.

Sementara itu, Direktur Artistik Indonesia Bertutur 2022, Melati Suryodarmo menjelaskan bahwa ajang Temu Seni menuju festival mega event Indonesia Bertutur 2022 mengutamakan peristiwa pertemuan, pertukaran, dan jejaring.

Baca juga: UPDATE Penimbunan Bansos di Depok, Polisi: Ada 3.675 Kg Beras Bantuan Jokowi untuk KPM Dikubur

Baca juga: Ada Renovasi Jembatan Antara Pasar Rebo dengan Ciracas, Masyarakat Diimbau Cari Jalan Alternatif

Seluruh peserta dipilih berdasarkan antuasiame mereka untuk bertemu dan berbagi pengalaman dan metode praktik mereka untuk menguatkan ekosistem seni yang mandiri dan jejaring. 

Di program ini, 20 seniman performans muda akan berpartisipasi dalam sejumlah agenda berupa Laboratorium Seni, Sarasehan dan Diskusi, Kunjungan Budaya dan Situs serta Pementasan. 

Beberapa agenda penting antara lain kunjungan peserta ke situs prasejarah Leang-Leang di Maros, kunjungan budaya ke komunitas Bissu dan sesi laboratorium seni dan diskusi di Benteng Ujungpandang/Fort Rotterdam.

Lebih jauh, Melati memaparkan bahwa Makassar, Sulawesi Selatan merupakan kota terakhir pelaksanaan rangkaian program Temu Seni, dimana tiga kota sebelumnya program dihelat di Tenggarong, Kalimantan Timur dan Sentani, Papua serta Ubud, Bali.

Seni performans adalah suatu pertunjukan yang disuguhkan pada penontonnya, biasanya cabang seni ini  bersifat interdisipliner atau melibatkan 2 atau lebih disiplin seni, akademik, maupun ilmiah.

Baca juga: Minim Sosialisasi, Warga Keluhkan Pembangunan Jembatan Antara Pasar Rebo dengan Ciracas

Baca juga: Jelang Hadapi Singapura, Bima Sakti Minta Timnas U-16 Mewaspadai Striker Muhammad Qaisy Bin Noranzor

Temu Seni dengan tema Perfomans yang dilaksanakan di Makassar melibatkan 20 peserta dari berbagai provinsi, 2 fasilitator; yaitu seniman performans, perupa dan pegiat seni budaya, Marintan Sirait dan sastrawan dan penulis, Afrizal Malna, 

Selain kedunya, masih ada 5 narasumber lain yaitu Arkeolog, Drs. Muhammad Ramli; Kepala BPNB Sulsel, Andi Syamsu Rijal, SS., M.Hum.; Puang Matoa Bissu, Bissu Nani; Astronom, Dra. Premana W. Permadi, Ph.D.; serta sutradara dan akademisi, Dr. Asia Ramli, M.Pd.

Ajang Temu Seni Performans di Makassar ini terwujud bekerja sama dengan komunitas Teater Kala yang berperan penting dalam merancang program dan pelaksanaan acara. 

Kala Teater didirikan di Makassar pada Februari 2006. Perkumpulan ini berupaya mencapai visinya, yakni mengasah kepekaan antar-manusia melalui program penciptaan seni pertunjukan, kolaborasi lintas disiplin seni, pelatihan, residensi, diskusi, dan penelitian budaya.

Sebanyak 20 seniman performans muda Indonesia yang turut serta dalam Temu Seni antara lain adalah; Abdi Karya, Anak Agung Putu Santiasa Putra, Arsita Iswardhani, Dimas Dapeng Mahendra, Dimas Eka Prasinggih, Fajar Susanto, Laila Putri Wartawati, Linda Tagie, Monica Hapsari, Prashasti Wilujeng Putri, Rachmat Hidayat Mustamin, Ragil Dwi Putra, Ratu Rizkitasari Saraswati, Ridwan Rau Rau, Rizal Sofyan, Rizky, Wahyu Fathin, Sasqia Ardelianca, Syskaliana, Taufiqurrahman dan Theo Nugraha.

Baca juga: Thalita Latief Putus Komunikasi dengan Dennis LYLA, Sebut Mantan Suaminya Tidak Pernah Nafkahi Anak

Baca juga: Desy Ratnasari Blak-blakan soal Hubungannya dengan Irwan Mussry Suami Maia Estianty, Pernah Dilamar

Program Temu Perfomans ini dihelat sejalan dengan program Direktorat Jenderal Kebudayaan untuk lebih mengaktifkan cagar budaya, karena kegiatan ini mengangkat kesenian tradisional yang ada di sekitar cagar budaya salah satunya di Makassar, Maros dan Pangkep, Sulawesi Selatan. 

Program ini juga dirancang dengan mengutamakan peristiwa pertemuan, pertukaran, dan jejaring.

Dengan menerapkan konsep Laboratorium Seni yang terbuka, kegiatan ini mengangkat topik sesuai dengan kesepakatan bersama antarseniman yang terlibat melalui diskusi-diskusi terpumpun sesuai konteks ekosistem dan perkembangan kolektif masing-masing bidang.

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved