Breaking News

Berita Nasional

Malam 1 Suro Dianggap Sakral, Momen Membuang Sial hingga Memandikan Benda Pusaka

Malam 1 Suro di Indonesia atau tepat pada malam pergantian tahun baru Islam 1 Muharram khususnya bagi masyarakat Jawa adalah malam yang begitu sakral.

Editor: Feryanto Hadi
Tribunnews.com
ILUSTRASI: Prosesi menandikan koleksi keris di Taman Mini Indonesia Indonesia (TMII) 

WARTAKOTALIVE.COM-- Sabtu 30 Juli 2022, bertepatan dengan 1 Suro 2021 atau 1 Muharram 1444 hijrah.

Malam 1 Suro bagi sebagian masyarakat menyimpan misteri.

Bahkan ada beberapa kegiatan yang dilarang. 

Malam 1 Suro di Indonesia atau tepat pada malam pergantian tahun baru Islam 1 Muharram khususnya bagi masyarakat Jawa adalah malam yang begitu sakral.

Banyak kisah-kisah sejarah yang melatarbelakangi dan terus dilakoni hingga sekarang dengan pelaksanaan sejumlah ritual-ritual.

Anggapan mistis pun sangat lekat dalam pelaksanaan ritual tersebut.

Ada sebuah mitos yang menyatakan, malam 1 Suro menjadi malam buruk dalam satu tahun.

Bahkan kerap dikaitkan dengan penampakan dan gangguan makhluk halus.

Pada zaman dahulu, masyarakat Kejawen meyakini musibah dan bencana terjadi pada malam 1 Suro.

Malam 1 Suro juga dikenal sebagai tradisi ruwatan untuk membuang sial.

Padahal sebenarnya malam 1 Suro adalah malam penuh kemuliaan bagi umat Islam.

Sehingga malam 1 suro atau pergantian tahun baru hijjriah ini begitu berarti bagi masyarakat di Indonesia.

Sejarah Malam 1 Suro dalam pandangan sebagian masyarakat Jawa dianggap punya makna mistis dibanding hari-hari biasa.

Bagi penganut Kejawen (kepercayaan tradisional masyarakat jawa) malam 1 Suro dijadikan sebagai moment untuk menyucikan diri serta benda-benda yang diyakini sebagai pusaka.

Sejumlah kraton dari Kasunanan Surakarta, Kesultanan Yogyakarta, hingga Kasepuhan Cirebon bahkan punya tradisi masing-masing untuk merayakan Malam 1 Suro.

Kraton Surakarta misalnya.

Pada malam 1 Suro biasanya akan menjamas (memandikan) pusaka-pusaka kraton termasuk mengirab kerbau bule, Kiai Slamet.

Nama lain malam 1 Suro adalah malam 1 Muharam dalam penanggalan Hijriyah atau Islam.

Ihwal ini tak terlepas soal penanggalan Jawa dan kalender Hijriah yang memiliki korelasi dekat.

Khususnya sejak zaman Mataram Islam di bawah Sultan Agung Adi Prabu Hanyakrakusuma (1613-1645).

Penanggalan Hijriyah memang di awali bulan Muharam.

Oleh Sultan Agung kemudian dinamai bulan suro.

Kala itu Sultan Agung berinisiatif mengubah sistem kalender Saka yang merupakan kalender perpaduan Jawa asli dengan Hindu.

Sultan terbesar Mataram tersebut lantas memadupadankan kalender Saka dengan penanggalan Hijriyah.

Hal ini memang sangat unik mengingat kalender Saka berbasis sistem lunar atau Matahari sementara Hijriyah pergerakan Bulan.

Kalender Hijriyah banyak dipakai oleh masyarakat pesisir yang pengaruh Islamnya kuat, kalender Saka banyak digunakan oleh masyarakat Jawa pedalaman.

Rupanya Sultan Agung ingin mempersatukan masyarakat Jawa yang pada waktu itu agak terpecah antara kaum Abangan (Kejawen) dan Putihan (Islam).

Dalam kepecayaan Kejawen, bulan suro memang dianggap istimewa.

Muhammad Sholikhin dalam buku Misteri Bulan Suro Perspektif Islam Jawa menjelaskan, penganut  Kejawen percaya bulan tersebut merupakan bulan kedatangan Aji Saka ke Pulau Jawa.

Aji Saka kemudian membebaskan rakyat Jawa dari cengkeraman mahluk gaib raksasa.

Selain itu bulan ini juga dipercayai sebagai bulan kelahiran huruf Jawa.

Kepercayaan tersebut ternyata terus turun menurun hingga saat ini.

Bahkan sebagian kalangan menganggap bulan suro, terutama Malam 1 Suro punya nilai mistis tersendiri atau cenderung dianggap angker.

Pantangan Malam 1 Suro

Malam 1 suro juga dianggap membawa sial bagi mereka yang melanggar pantangan menurut kepercayaan setempat.

Malam ini diyakini sebagai malam yang sangat sakral dan berkaitan dengan hal-hal mistis dan penuh misteri.

Berikut beberapa hal misteri yang dipercaya pada Malam 1 Suro.

1. Mengadakan pesta pernikahan

Budaya Jawa sangat memantang jika orang tua menikahkan anaknya pada bulan suro.

Kepercayaan mereka mengatakan jika tetap dilakukan, keluarga akan mendapat kesialan.

Beberapa mengatakan ini hanyalah mitos belaka.

Alasanya, jika masyarakat mengadakan pesta pada Malam 1 Suro, ini dianggap akan menyaingi ritual keraton yang akan dirasa sepi.

Selain pesta pernikahan, pesta-pesta lainnya seperti sunatan dan lainnya juga dilarang.

Sampai sekarang, mitos ini masih dipercaya oleh masyarakat Jawa.

2. Tak boleh keluar rumah

Saat Malam 1 suro, masyarakat Jawa percaya lebih baik berdiam diri di rumah.

Karena jika pergi keluar, kesialan dan hal buruk bisa saja menimpa.

3. Melakukan pindah rumah

Menurut Primbon orang Jawa, ada yang disebut hari baik dan ada pula hari buruk.

Sebagian orang percaya untuk tidak melakukan pindahan rumah saat Malam 1 Suro karena dianggap bukan hari baik.

Sedangkan menurut agama Islam, semua hari adalah baik.

4. Tak boleh berbicara

Beberapa orang memilih untuk melakukan ritual masing-masing saat Malam 1 Suro.

Beberapa orang di antaranya adalah tapa bisu.

Saat mengikuti ritual tapa bisu, yakni mengelilingi benteng Keraton Yogyakarta sangat dipantang untuk berbicara satu kata pun.

Makan, minum serta merokok juga sangat dilarang untuk dilakukan saat ritual tersebut.

Artikel ini telah tayang di Tribunjambi.com dengan judul Sejarah Malam 1 Suro, Dianggap Penuh Hal Mistis dan Misterius, Jangan Lakukan 4 Pantangan Ini.

Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved