Pencabulan

Polisi tak Mau Tergesa-gesa Tetapkan Tersangka pada Kasus Pencabulan di Ponpes Riyadhul Jannah Depok

Polisi belum menetapkan status tersangka pada kasus pencabulan yang dialami santriwati di Ponpes Riyadhul Jannah, Depok. Karena menunggu laporan.

Penulis: Miftahul Munir | Editor: Valentino Verry
Warta Kota/Desy Selviany
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol E Zulpan mengatakan pihaknya belum menetapkan tersangka pada kasus pencabulan santriwati di Ponpes Riyadhul Jannah Depok karena masih menunggu laporan korban. 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Subdit Renakta Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya masih masih mendalami kasus pencabulan belasan santriwati di Pondok Pesantren Istana Yatim Piatu Riyadul Jannah, Beji Timur, Depok.

Sejumlah saksi dan korban sudah dimintai keterangan oleh penyidik guna mengungkap dan menangkap para predator anak.

Baca juga: Erick Carlina Ungkap Gaya Hidup Hedonisme Anak Jakarta Selatan, Biayanya Mahal Sekali untuk Kencan

Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Endra Zulpan mengatakan, pihaknya sudah membuat ke PPA UPTD Depok untuk memberikan pendampingan psikologi ke korban.

"Kami berkoordinasi juga dengan ke Central Handayani di Depok untuk pembuatan laporan sosial anak korban," ujarnya Jumat (1/7/2022).

Mantan Kapolres Gresik ini mengaku, penyidik sudah mendatangi lokasi kejadian untuk meminta keterangan para pengurus.

Namun demikian, Polda Metro Jaya belum menentukan tersangka dan masih terus melengkapi berkas seperti keterangan saksi dan alat bukti.

"Apabila sudah terpenuhi unsur pidana akan dilakukan penegakan hukum terhadap pelaku," ucap Zulpan.

Mantan Kabid Humas Polda Sulawesi Selatan meminta para korban agar segera membuat laporan polisi jika merasa jadi korban pelecehan.

Mengingat dari belasan bocah yang dicabuli, baru ada tiga orang yang membuat laporan ke Polda Metro Jaya.

"Dengan kejadian ini kita berharap para korban untuk berani melaporkan karena tanpa adanya laporan dari korban terhadap kejahatan seperti ini tentu kita juga memiliki kesulitan untuk mengungkapnya," terang alumni Akpol 1995.

Sebelumnya, Pondok Pesantren Istana Yatim Riyadul Jannah di Jalan Dedet RT4/02, Kelurahan Beji Timur, Kecamatan Beji, Depok, Jawa Barat sudah 11 tahun berdiri.

Tanah yang ditempatinya merupakan wakaf dari warga Kutilang, Depok, Jawa Barat dengan luas kurang lebih 3.000 meter.

Baca juga: Anies Baswedan Berharap Adanya Gapura Glodok akan Menghidupkan Kawasan Kota Tua

Kemudian pada tahun 2011 lalu, pihak Yayasan mendirikan bangunan Ponpes tersebut demi menyantuni kaum duafa dan anak yatim piatu di sekitar lokasi.

Sebelum dibangun, penerima wakaf tanah ini sempat meminta pendapat kepada warga sekitar terkait tanah wakaf itu.

"Jadi awalnya mau buat musala, tapi di sini sudah banyak, masjid juga sudah ada yang besar di dekat lapangan," kata Arab Kamis (30/6/2022).

Ia mengaku, setelah jadi warga semua menyambut baik karena duafa dan yatim piatu sering diberi santunan oleh Yayasan tersebut.

Peletakkan batu pertama pembangunan masjid Riyadhul Jannah. Meski tak ada di planning awal, pembangunan masjid 4 lantai ini dianggap mendesak karena masjid yang ada sudah tak memadai.
Peletakkan batu pertama pembangunan masjid Riyadhul Jannah. Meski tak ada di planning awal, pembangunan masjid 4 lantai ini dianggap mendesak karena masjid yang ada sudah tak memadai. (istimewa)

Bahkan, lelaki sekitar 52 tahun itu sempat meminta kepada remaja di sana mencari dana untuk operasional Yayasan sampai ke Jakarta.

Lelaki pemilik warung ini juga meminta kepada anaknya yang saat itu masih kecil untuk mengajak teman-temannya mengaji.

Namun, setelah berjalan beberapa tahun, justru para pengurus Yayasan ini berulah dan tak pernah lagi mengayomi kaum duafah serta yatim piatu di sana.

"Terus juga saya sudah empat tahun enggak pernah tegur sapa sama mereka," jelasnya.

Alasannya, tak menegur karena pihak Yayasan sudah tak lagi menaruh rasa simpati kepada yatim piatu dan kaum duafah.

Pondok Pesantren Istana Yatim Riyadul Jannah di Jalan Dedet RT 04/12, Kelurahan Beji Timur, Kecamatan Beji, Depok, Jawa Barat, diterpa isu tak sedap yakni dugaan pencabulan yang dialami santriwati yang masih bocah.
Pondok Pesantren Istana Yatim Riyadul Jannah di Jalan Dedet RT 04/12, Kelurahan Beji Timur, Kecamatan Beji, Depok, Jawa Barat, diterpa isu tak sedap yakni dugaan pencabulan yang dialami santriwati yang masih bocah. (warta kota/miftahulmunir)

Kemudian anak lelakinya dan sejumlah bocah lain sempat disumpahi menjadi yatim piatu.

Sumpah itu dilayangkan pengurus Yayasan karena ketika mengaji sering bercanda dan berisik di dalam Ponpes.

"Anak saya dan teman-temannya disuruh jangan salat Magrib berjamaah di sana, kalau sampai datang disumpahin," tegasnya.

Banyak Warga yang Tak suka dengan Ponpes Istana Yatim Riyadul Jannah

Paska adanya penyumpahan dari pihak Ponpes Riyadul Jannah, sejumlah orangtua menggeruduk pengurus.

Hal itu karena para orangtua tak terima anaknya disumpahi menjadi yatim piatu sama seperti bocah yang diasuh Yayasan tersebut.

"Warga sini enggak ada yang suka, gara-gara itu," jelasnya.

Arab melanjutkan dirinya menjadi orang pertana yang sempat melabrak pengurus yang menyumpahi anaknya.

Menurutnya, mereka adalah para pendatang, apalagi mengerti ilmu agama yang seharusnya tak mengeluarkan sumpah serapah.

"Di sini mana pernah dia dipakai buat jadi kotib Jumatan, karena warga tak ada yang suka," ungkapnya.

Sebelumnya, Polsek Beji telah selesai berkomunikasi dengan pihak Pondok Pesantren Istana Yatim Riyadul Jannah di Jalan Dedet RT 04/12, Kelurahan Beji Timur, Kecamatan Beji, Depok, Jawa Barat pada Kamis (30/6/2022) pagi.

Kapolsek Beji Kompol Cahyo terlihat keluar dari Pondok Pesantren tersebut sekira pukul 10.00 WIB didampingi anggotanya.

Namun saat ditanya oleh awak media, ia enggan memberikan penjelasan terkait dengan kedatangannya ke Ponpes tempat pebcabulan tersebut.

"Bukan kita yang tangani, Polda yang tangani," katanya sembari berjalan.

"Nanti kesalahan lagi (kalau komentar)," sambungnya meninggalkan lokasi.

Dari pantauan lokasi, kondisi di sekitar lokasi sepi dari aktivitas belajar mengajar ilmu agama dari santri ataupun santriwati.

Sebab, saat ini para pelajar sedang diliburkan selama dua Minggu dan justru hal ini membuat para santtiwati berbicara kasus pencabulan.

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved