Perampokan
Sungguh Disesali Pemkot Tangerang Lamban, tak Dampingi Bocah Perempuan yang Jadi Korban Perampokan
Sangat disayangkan Pemkot Tangerang yang cuek, yakni tak memberikan pendampingan pada bocah perempuan yang menjadi korban perampokan.
Penulis: Gilbert Sem Sandro | Editor: Valentino Verry
WARTAKOTALIVE.COM, TANGERANG - Dua orang bocah perempuan berinisial R (13) dan F (2) mengalami trauma akibat kejadian perampokan yang menimpanya, Rabu (15/6/2022).
Menurut Nita Emilia, orang tua R dan F, tidak memiliki biaya yang cukup untuk membawa dua putrinya itu menjalani pengobatan ke psikolog.
Oleh karena itu, dirinya pun mengobati peristiwa yang dialami keluarganya itu hanya dengan caranya sendiri.
Baca juga: Jelang Iduladha, Aden Bingung Stok Hewan Kurban, Minta Pemerintah Bantu Peternak akibat PMK
Menanggapi hal tersebut, Dinas Pemberdayaan Perempuan, Pelindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kota Tangerang, pun belum memberi pendampingan konsultasi psikologis terhadap dua gadis kecil itu.
Hal ini disampaikan Kepala Bidang Perlindungan Perempuan dan Anak, DP3AP2KB Kota Tangerang, Nina Yuliana.
Nina mengatakan, alasan pihaknya belum memberi pendampingan kepada keluarga korban perampokan itu, lantaran belum adanya laporan permintaan dari orangtua korban.
"Kita juga baru tahu kalau ada anak di bawah umur yang jadi korban, karena belum ada orangtua korban yang melapor," ujar Nina Yuliana saat diwawancarai Wartakotalive.com, Senin (20/6/2022).
Menurutnya, tidak semua orangtua dari anak di bawah umur yang setuju apabila anaknya menjalani pendampingan konsultasi psikologis.
"Karena ada orangtua yang enggak menerima anaknya dikonseling oleh kita, dan kita juga tidak mungkin memaksakan hal itu kan," katanya.
Baca juga: KSAL Minta Izin, Megawati Mau Resmikan Kapal Korvet TNI AL dengan Nama KRI Bung Karno-369
"Makanya harus kesadaran orangtua untuk melapor kepada kami, makanya kami baru tau soal ini," imbuhnya.
Kendati demikian Nina memastikan, pihaknya akan melakukan sistem jemput bola dengan mendatangi kediaman Nita Emilia, untuk menyampaikan sosialisasi pendampingan konseling kepada dua putrinya itu.
Nantinya, Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak yang ada di wilayah Kecamatan Ciledug, yang akan mendatangi kediaman Nita Emilia.
Kedua bisa lewat satgas P2TP2 ada di masing" kecamatan di Kota Tangerang, klw laporannya masuk ke mreka nanti kita asseesment dulu, nanti keliatannya klw anaknya seperti ini pasti mereka mendapatkan konseling.
Baca juga: Lokasi 26 Ganjil Genap Jakarta, Selasa 21 Juni Termasuk di 28 Ruas Jalan Dekat Gerbang Tol
"Nanti Satgas P2TP2 wilayah Ciledug akan datang ke lokasi rumah korban dan nanti kita edukasi orang tua dari R dan F," tuturnya.
"Mereka menawarkan, kalau konseling bagi R dan F, dengan syarat ibunya (korban) harus lapor dan menandatangani bahwa bersedia anaknya dikonseling, kemudian nanti akan diberi pengarahan," terang Nina Yuliana.
Seperti diketahui, R (13) dan F (2) dua putri kecil Nita Emilia, mengalami trauma akibat kejadian yang dialaminya, saat kediamannya disatroni perampok bersenjata tajam, Rabu (15/6/2022).

Nita mengatakan, dua buah hatinya itu kini merasa takut apabila beraktivitas seorang diri dan juga saat mendengar suara manusia yang cukup kencang.
"Semenjak kejadian waktu itu puteri saya jadi trauma kalau ditinggal sendiri sama denger suara ngomong yang kencang," ujarnya.
"Anak saya pertama itu jadi takut kalau kemana-mana sendiri, nah yang paling kecil ini nangis terus kalau denger suara teriak atau ngebentak," terangnya.
Nita mengaku, tidak memiliki biaya yang cukup untuk membawa dua malaikat kecilnya itu menjalani pengobatan ke dokter psikolog.
Oleh karena itu, dirinya pun mengaku mengobati peristiwa yang dialami keluarganya itu dengan caranya sendiri.
Mulai dari mengajak puterinya apabila sedang bepergian, mengajak bermain, hingga menurunkan nada bicara kepada puterinya itu.
"Ya mengatasi anak saya yang trauma ini saya pakai cara sendiri saja, kaya ajak bercanda, kalau pergi pasti ikut saya, ngomongnya harus pelan-pelan, jangan sampai teriak," kata dia.
"Karena penyebab trauma itu saat kejadian, si perampok ngebentak dan kenceng ngomongnya ke anak saya," terangnya.
Akibat kejadian naas itu, F puterinya yang berusia 2 tahun 11 bulan, kerap mengalami mimpi buruk dan menangis saat tertidur.
Menurutnya, kejadian yang dialaminya dan dua anaknya beberapa waktu lalu, sangat mengerikan, hingga terus terbayang oleh gadis di bawah umur itu.
"Setelah kejadian itu, anak saya juga suka mimpi buru atau mengigau, terus setelah itu nangis," ungkapnya.
"Jadinya ya saya hanya bisa menenangkannya saja, dan memastikan diri selalu di sisi anak saya ini setiap saat," terangnya.
Diketahui sebelumnya, aksi perampokan dengan menggunakan senjata tajam terjadi di Paninggilan Utara, Ciledug, Kota Tangerang, pada Rabu dinihari pukul 01.15 WIB.
Aksi perampokan itu mendapat perlawanan dari Nita Emilia, ibu rumah tangga yang menjadi korban perampokan.
Nita menjelaskan, aksinya nekat melawan salah seorang perampok lantaran tidak terima melihat dua buah hatinya yang berusia di bawah umur dan balita mendapat perlakukan kekerasan dari perampok.
Pasalnya, kepala puteri sulungnya F (13), sempat diinjak oleh salah seorang perampok saat beraksi mencari tas dan dompet milik Nita.
"Anak saya semuanya perempuan, anak pertama saya kepalanya diinjak sama perampok itu waktu mau mencari uang di tas dan dompet saya," ujar Nita.
"Perampok itu injak kepala anak saya waktu maksa minta dompet saya, tapi anak saja enggak jawab dan nangis karena sudah ketakutan," imbuhnya.
Sementara puteri bungsunya, F yang masih berusia dua tahun 11 bulan, dikalungkan senjata tajam dan dibentak oleh pelaku perampokan tersebut.
Hal itu dilakukan oleh perampok, lantaran memaksa putri bungsunya itu untuk diam, lantaran terus mengeluarkan tangisan kencang.
"Abis itu, anak saya yang masih balita ditodong sajam ke lehernya itu, hanya karena nyuruh diam, dia masih kecil pasti nangis karena ketakutan," kata Nita sambil mengusap air matanya.
"Perampok itu kan ambil dua telepon seluler punya saya, tapi salah satunya sempat dikasih ke anak saya yang kecil ini, supaya diem. Terus dia malah marah, karena dikira anak saya mau foto, gimana mau ngerti foto anak kecil begitu," jelasnya.
Ia menilai, hal tersebut diluar peri kemanusiaan, lantaran berbuat tindakan kejam kepada seorang anak perempuan dan seorang balita.
Menurutnya, hal tersebut tidak sepantasnya dilakukan kepada anak-anak, terlebih seluruh penghuni rumah saat itu hanyalah perempuan.
"Makanya perampok itu, ya Allah sama sekali enggak ada otaknya, anak perempuan dikasarin, anak bayi dibentak dikalungkan sajam," tuturnya dengan raut wajah sedih.
"Saat kejadian itu suami saya lagi kerja malam, jadi di rumah hanya saya dan dua putri saya doang," jelas Nita Emilia.