Lifestyle
Pandemi Sudah Menurun, Telemedicine Tetap Jadi Layanan Kesehatan yang Diminati, ini Alasannya
ada dua keuntungan besar menggunakan telemedicine, yaitu waktu tunggu pasien yang lebih singkat dan biaya yang lebih murah.
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA -- Kebijakan Pemerintah Indonesia yang mulai melonggarkan pembatasan sosial membawa dampak semakin banyak kantor yang memberlakukan kembali kerja di kantor atau work from office (WFO).
Seperti diketahui saat pandemi, sebagian besar karyawan melakukan kerja dari rumah atau work from home (WFH).
Namun, pandemi belum benar-benar usai, sehingga setiap karyawan diimbau untuk tetap mematuhi protokol kesehatan seperti penggunaan masker di ruang publik dan tempat keramaian untuk menjaga kesehatan mereka.
Walaupun sudah menerapkan protokol kesehatan (prokes), pastinya tidak luput dari risiko terkena penyakit.
Baca juga: Pemanfaatan Telemedicine pada Penyandang Diabetes Melitus membuat Gula Darah lebih Terkontrol
Danu Wicaksana, Managing Director PT Good Doctor Technology Indonesia mengatakan sepanjang tahun 2020–2021 menunjukkan 8 gejala paling umum yang dialami oleh karyawan yang melakukan sesi telemedicine (konsultasi kesehatan online).
Dari 8 gejala itu, yang paling umum adalah nasofaringitis akut, faringitis akut, dan laringofaringitis akut.
Ia mengatakan, telemedicine di masa pandemi mengalami kenaikan yang signifikan.
Ketika ada pembatasan sosial tidak bisa ke mana-mana termasuk ke rumah sakit, layanan telemedicine menjadi solusi.
Baca juga: Pemprov DKI Siapkan Obat untuk Warganya yang Jalani Isoman melalui Telemedicine, Ini Daftarnya
Di masa normal seperti saat inipun, layanan telemedicine tetap bisa menjadi solusi. Banyak keuntungan yang didapat.
"Di Indonesia, semakin banyak perusahaan yang ingin memasukkan telemedicine dan layanan kesehatan digital lainnya sebagai bagian dari paket tunjangan kesehatan bagi karyawan," kata Danu, Selasa (21/6/2022).
Ia mengatakan, ada dua keuntungan besar menggunakan telemedicine, yaitu waktu tunggu pasien yang lebih singkat dan biaya yang lebih murah.
"Berobat di rumah sakit offline membutuhkan waktu 4–5 jam dengan risiko tinggi terpapar Covid-19, menguras energi, dan membutuhkan usaha tinggi," papar Danu.
Baca juga: Resmi Diluncurkan, Aplikasi Good Doctor Jadi Mitra Kementerian Kesehatan Berbasis Telemedicine
Sedangkan dengan layanan telemedicine hanya membutuhkan waktu 40–45 menit karena konsultasi 24/7 (24 jam nonstop 7 hari seminggu, Red) di mana pun dan kapan pun.
"Ketika kita perlu berkonsultasi dengan dokter, kemacetan saat perjalanan ke rumah sakit, bepergian tengah malam ke rumah sakit, atau menggunakan transportasi umum untuk ke rumah sakit yang tentu saja semakin membuat tidak nyaman, tidak akan kita alami lagi," imbuhnya.
Konsultasi secara daring mampu melindungi dokter dan pasien dari terpapar virus Corona atau virus dan penyakit menular lainnya, pengiriman obat secara instan (pasien hanya menunggu di rumah), transaksi dilakukan secara nontunai, dan rata-rata lima kali lebih murah sehingga menghemat limit rawat jalan.
Tanpa layanan telemedicine mereka akan mengunjungi dokter secara offline dan menghabiskan manfaat rawat jalan mereka.
Baca juga: Memaksimalkan Layanan Telemedicine di Era Pandemi Covid-19 Pada Pasien Kanker Anak
Jika mereka berkunjung ke rumah sakit offline akan mengeluarkan biaya untuk dokter dan obat-obatan sekitar Rp404.805.
Sedangkan jika mereka menggunakan jasa Good Doctor hanya mengeluarkan biaya Rp109.936.
Diasumsikan manfaat rawat jalan mereka sekitar Rp2,5 juta per tahun maka mereka hanya bisa berobat ke rumah sakit offline sebanyak 6 kali dalam setahun, sedangkan dengan menggunakan layanan Good Doctor, mereka dapat melakukannya sebanyak 23 kali dalam setahun.
Sebuah survei yang dilakukan oleh perusahaan konsultan sumber daya manusia dan jasa keuangan global, Mercer, terhadap lebih dari 14.000 karyawan di seluruh dunia menunjukkan bahwa salah satu tren kesehatan yang diinginkan karyawan adalah akses ke layanan kesehatan digital.
Baca juga: Saat Pandemi Virus Corona Disarankan Lakukan Telemedicine Kecuali Kondisi Darurat
Karyawan tidak perlu mengambil cuti dari pekerjaan untuk mengunjungi dokter mereka, tetapi tetap mendapatkan perawatan yang mereka butuhkan.
Tanpa perawatan preventif, karyawan lebih rentan terhadap kondisi kronis yang memerlukan perawatan bedah dan/atau khusus yang lebih canggih dan mahal.
"Salah satu layanan telemedicine, yaitu telekonsultasi dapat dimanfaatkan untuk berkonsultasi masalah kesehatan hingga mengobati penyakit ringan atau sedang," papar Danu.
Dengan layanan ini, karyawan dapat menerapkan gaya hidup sehat hingga mencegah mereka mengalami penyakit berat.