Berita Jakarta
Perjalanan Karir Kompol Ardhie Demastyo, Raih Peringkat 1 PTIK Membuatnya Dikirim ke Papua
sosok Kompol Ardhie punya prestasi luar biasa di masa masih mengikuti pendidikan di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian
Penulis: Miftahul Munir | Editor: Dian Anditya Mutiara
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Kapolsek Cengkareng, Kompol Ardhie Demastyo pernah menjadi pengawal Presiden ke 6 Susilo Bambang Yudhoyono.
Sebelum sampai ke jenjang saat ini, sosok Kompol Ardhie punya prestasi luar biasa di masa masih mengikuti pendidikan di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK)
Kompol Ardhie pernah ranking 1 di PTIK
Setelah selesai menyelesaikan pendidikannya di PTIK pada tahun 2016 Kompol Ardhie, lalu pada 2017 langsung dinas lagi.
Melalui program Kapolri, setiap peringkat satu dan dua kelulusan PTIK akan dikirim berdinas ke daerah konflik.
Kebetulan Ardhie dikirim ke Papua dan peringkatnya Kompol Eko Barmula berdinas di Nusa Tenggara Timur (NTT).
Baca juga: Profil Kompol Ardhie Demastyo, Kapolsek Cengkareng Pernah Jadi Pengawal Presiden SBY
Ia harus belajar lagi karena dinas di luar Pulau Jawa baru pertama kali dan ternyata di sana berkomunikasi dengan warga asal Timur sangat keras.
Sehingga, ia pun tidak bisa lembek seperti menghadapi warga di wilayah Jawa Tengah saat ia berdinas lima tahun di sana.
"Awal mulanya saya befikir waduh saya gimana di sana, karena saya tidak punya saudara di sana, kedua mau tak mau keluarga saya harus dibawa ke sana, ketiga saya mau jadi apa nih di Polda Papua," tuturnya.
Perjalanan ke Papua membutuhkan waktu lima jam lebih dan mengakui saat itu takut naik pesawat karena cukup lama di dalam kabin.
Tapi demi menjalankan tugas negara maka ia menjalankan dengan ikhlas dan penempatan pertama mengurus SDM Polda Papua.
Setelah itu, pria yang tinggal di Jakarta Barat ini diarahkan langsung ke Rorena Polda Papua sebagai kasie Proglar atau bagian keuangan.
Tiga bulan berdinas, Ardhie dipercaya sebagai Kapolsek Biak Kota di mana saat itu Polseknya baru dibangun dua lantai.
Ia masih berpangkat AKP, tapi sudah diberikan jabatan untuk polisi berpangkat Kompol dan ia merasa bersyukur berdinas di sana.
"Polseknya baru, jadi menempatkan Polsek baru dibangun, baru jadi lantai dua jadi saya datang akhirnya kita benahi dan mengisi lelan-pelan," jelasnya.
Menjadi Kapolsek, ia mendapat pengalaman baru bagaimana mengenali karakter orang Timur, kebiasaannya apa saja dan memperlakukan anggota yang berdinas di Papua.
Pastinya ada perbedaan dengan dengan anggota yang ada di Jawa dan selama enam bulan di sana.
Karena itu dirinya mendapat kepercayaan lagi lagi jadi Kasat Lantas Polres Jaya Wijaya atau Wamena.
Polresnya berada di pegunungan, tempat yang dinilai menakutkan bagi pendatang dan Ardhie harus naik pesawat untuk sampai ke sana.
Wilayah tempat tugasnya itu ada kelompok kriminal bersenjata (KKB) dan tak jarang melakukan penembakan dan pembantaian kepada warga.
"Kalau kita di Papua, rasanya belum lengkap kalau belum pernah ngerasain dinas di pesisir dan pegunungan, jadi saya sudah lengkap pernah di dua-duanya," terang Ardhie.
Tugas di Polda Metro Jaya Keluar dari Zona Nyaman
Setelah bertugas di Papua dengan beragam pengalaman, Ardhie akhirnya bisa bernafas lega ketika melihat namanya keluar untuk rotasi di dalam telegram rahasia Kapolri.
Kini ia mengawali karirnya berdinas di Polda Metro Jaya pada tahun 2019 dan langsung ditempatkan di Direktorat Reserse Narkoba Polda Metro Jaya sebagai Kanit III.
Kebetulan Direkturnya saat itu adalah Brigjen Pol Heriman, Ardhie langsung disuruh bekerja mencari pengungkapan kasus narkoba.
Basic sebagai reserse khususnya di narkoba sangat minim dimiliki oleh Ardhie, tapi ia tak malu untuk belajar dengan anggotanya yang sudah berpengalaman.
Ia ingin membuktikan ke Heriman, dirinya mampu menjadi anggota dengan pengungkapan besar.
Dua bulan menjalani tugasnya, akhirnya ia berhasil mengungkap narkoba jenis Kokain dengan berat 5,5 kilogram.
Kebetulan, narkoba jenis itu keberadaannya sudah langka dan jumlah ungkapannya dinilai cukup besar dengan pelaku satu orang.
Karena pada saat itu melakukan perlawanan, akhirnya pengedar kokain diberikan tindakan tegas dan terukur di kawasan Mangga Dua, Jakarta Utara.
"Jaringannya ini Pakistan dan kita kembangkan lagi ke Palembang, jalurnya ini Pakistan juga," tuturnya.
Enam bulan berjalan, ia diberi kesempatan menjadi Kanit III Narkoba Polres Metro Jakarta Selatan.
Selama satu tahun ia menjadi Kanit III Narkoba, banyak pengalaman dan pengungkapan besar seperti sabu sekira 131 kilogram dan ratusan kilogram ganja.
Kemudian, tahun 2021 lalu ia harus mencari jabatan job Kompol karena Januari 2022 sudah harus mengganti pangkat AKP nya.
Akhirnya Ardhie diberikan jabatan sebagai Wakasat Narkoba Polres Metro Jakarta Selatan dan ketika satu bulan kenaikan pangkat ia dipercaya sebagai Kapolsek Cengkareng.
Ungkapan Selama Jadi Kapolsek Cengkareng dan Sering Acak-acak Kampung Ambon
Mantan Kasat Lantas Polres Banjar ini sempat tak menyangka ketika pertama kali mengetahui menjadi Kapolsek Cengkareng.
Daerah yang dikenal olehnya sebagai zona hitam karena ada kampung Ambon sarangnya peredaran narkoba.
Tapi Ardhie lagi-lagi menilai hal ini sebagai tantangan besar untuk menunjukan kemampuannya sebagai polisi yang serba bisa.
Apalagi Kapolda menitipkan pesan agar bersihkan narkoba di Kampung Ambon demi kenyamanan masyarakat dan menyelamatkan generasi bangsa.
Ardhie juga sudah berulang kali mengacak-ngacak Kampung Permata tersebut dan menangkap beberapa pengedar narkona jenis sabu bersama barang bukti.
Mereka pun diproses secara hukum demi memberikan efek jera kepada para pelaku agar tak mengedarkan dan menggunakan sabu.
"Alhamdulillah, satu Minggu saya masuk, tujuh kasus bisa saya ungkap, dua itu kasus pembuangan bayi, satu pembobolan ruko, pencurian rumah kosong, terus ART anaiaya anak majikan dan beberapa kasus lainnya," tuturnya.
Ada juga kasus yang sempat menghebohkan yaitu pembunuhan Dini Nurdiani yang sempat dilaporkan hilang oleh anggota keluarganya.
Setelah diselidiki, Dini ditemukan sudah menjadi mayat dan jenazahnya berada di RS Polri Kramat Jari, Jakarta Timur.
Selama 10 hari penyelidikan, Polsek Cengkareng menangkap pelaku pembunuhnya bernama Neneng Umaya di kawasan Lubang Buaya, Jakarta Timur.
Pembunuhan ini bermotif cemburu karena suaminya ingin menceraikan Neneng demi bisa menikahi Dini.
Selain itu, ia melakukan pembenahan kepada anggotanya agar tetap memiliki semangat melayani masyarakat.
Karena ia mengakui, anggota Polsek Cengkareng sudah banyak yang tua dan perlu adanya pendekatan komunikatif secara berkesinambungan.
"Saya juga dapat informasi anggotanya begini dan begitu, maka saya harus punya strategi pendakatan dan alhamdulillah saat ini sudah lebih baik dan akan terus memperbaiki mekurangan," jelas Ardhie menyudahi.(m26)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/wartakota/foto/bank/originals/kapolsek-cengkareng-kompol-ardhie-demsatyo.jpg)