Pendidikan
Diluar Ekspektasi, Tahun Ini Hampir 150 Ribu Sekolah Daftar untuk Terapkan Kurikulum Merdeka
Kepala BSKAP Kemendikbudristek pada tahun ini sudah hampir 150 ribu sekolah yang secara sukarela mendaftar untuk menerapkan Kurikulum Merdeka.
Penulis: Mochammad Dipa | Editor: Mochamad Dipa Anggara
WARTAKOTALIVE.COM - Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, bersama Kementerian Agama, Bappenas dan program Inovasi menyelenggarakan acara Temu Inovasi yang ke-13 untuk berbagi praktik inspiratif upaya pemulihan pembelajaran di berbagai daerah dan persiapan Tahun Ajaran 2022/2023, termasuk persiapan implementasi Kurikulum Merdeka.
Dalam kegiatan tersebut, Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kemendikbudristek, Anindito Aditomo mengungkapkan, penerapan Kurikulum Merdeka merupakan pilihan yang bisa diambil oleh sekolah.
"Kami tawarkan secara sukarela kepada sekolah dan madrasah yang melihat kurikulum baru ini untuk meningkatkan kualitas pembelajaran," seperti dilansir dari YouTube BSKAP Kemendikbudristek, Rabu (8/6/2022).
Ia menyebutkan, pada tahun ini sudah hampir 150 ribu sekolah yang secara sukarela mendaftar untuk menerapkan Kurikulum Merdeka. Jumlah sekolah tersebut dikatakannya di luar dari ekspektasi.
"Ini angka yang fantastis, apalagi tanpa kami wajibkan," tuturnya.
Anindito menambahkan, bahwa sistem pendidikan di Indonesia harus berfokus pada kesempatan belajar anak. Jadi tidak perlu lagi menambah materi-materi pelajaran.
"Kita tidak lagi perlu sibuk menambah materi pelajaran di kurikulum. Semakin sedikit materi, pembelajaran akan diserap lebih baik dan banyak oleh siswa,” ujarnya.
Menurut Anindito, tujuan Kurikulum Merdeka adalah menyederhanakan materi pembelajaran. Orientasi menambah beban materi kurikulum bukan sesuatu yang baik.
"Semakin banyak materi yang diwajibkan, semakin sedikit kesempatan guru untuk melakukan kontekstualisasi dan memperhatikan kebutuhan belajar anak-anak," tuturnya.
Dirinya menilai semakin banyak materi, guru juga semakin terdistraksi. Akibatnya, guru juga kesulitan memperhatikan anak.
"Jadi, kesulitan memperhatikan proses belajar anak-anak, memperhatikan kebutuhan belajar anak-anak," tutur dia.
Anindito kembali mengatakan, Kurikulum Merdeka diharapkan bisa mempersempit jurang ketimpangan yang belum tuntas selama 20 tahun terakhir. Hal itu berdasarkan skor PISA yang juga belum berhasil ditingkatkan.
Begitu juga dengan ketimpangan antara wilayah dan kelompok sosial ekonomi dalam konteks pendidikan.
Datanya pandemi selama dua tahun terakhir telah memperparah ketimpangan tersebut.
"Tahun ini dan tahun-tahun ke depan adalah masa penting dalam melakukan pemulihan belajaran, meningkatkan kualitas pendidikan, dan keluar dari krisis yang sudah kita alami," ungkapnya.
Kurikulum Merdeka persempit kesenjangan pembelajaran
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/wartakota/foto/bank/originals/Kepala-BSKAP-Kemendikbudristek-Anindito-Aditomo.jpg)