Vaksinasi Covid19
Hampir Semua Vaksin Hibah Punya Masa Kedaluwarsa Pendek, Maksimal Cuma Tiga Bulan
Vaksin hibah tersebut memiliki masa berlaku yang pendek, karena merupakan vaksin stok lama di negara asal.
WARTAKOTALIVE, JAKARTA - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan, banyak vaksin Covid-19 hibah dari negara lain, kedaluwarsa.
Vaksin hibah tersebut memiliki masa berlaku yang pendek, karena merupakan vaksin stok lama di negara asal.
“Jadi negara-negara maju pada saat vaksin tersedia, dia kan beli duluan, dia ijon dulu, karena mereka memiliki akses dan uang untuk ke sana."
Baca juga: Stok Vaksin Covid-19 di Indonesia Kedaluwarsa di Gudang Penyimpanan, Mayoritas Berasal dari Hibah
"Dia simpan itu, jadi stoknya banyak.
"Begitu dia suntikkan, kan enggak semuanya habis, mereka sadar, waduh, ini stok saya masih banyak, sebentar lagi kedaluwarsa, sehingga inilah yang didonasikan.
"Jadi hampir semua vaksin donasi itu expired date-nya pendek,” kata ungkap Budi, Selasa (31/5/2022).
Baca juga: Vaksin Covid-19 Kedaluwarsa Bakal Dimusnahkan, Didampingi Aparat Hukum
Indonesia, kata Budi, banyak mendapatkan vaksin hibah, karena laju vaksinasinya cepat bila dibandingkan negara lain. Vaksinasi di Indonesia sempat menyentuh 2,5 juta per hari.
Sebelumnya, sasaran penerima hibah adalah negara-negara Afrika. Namun, kata Budi, laju vaksinasinya lambat, sehingga banyak vaksin yang tidak terpakai.
Budi menjelaskan, laju, vaksinasi sangat penting, karena vaksin hibah memiliki masa berlaku satu hingga tiga bulan.
Baca juga: Habiskan Stok Vaksin Covid-19 Agar Tak Banyak yang Kedaluwarsa, Pemerintah Genjot Vaksinasi Booster
“Itulah penyebabnya kenapa expired, karena jangka waktu expiry date-nya sudah tinggal satu sampai tiga bulan, terutama vaksin donasi,” jelasnya.
Faktor lain yang menyebabkan banyak vaksin kedaluwarsa, kata Budi, laju vaksinasi di Indonesia yang melambat.
Pemerintah sempat memprediksi vaksinasi lengkap akan mencapai 90 persen dari target dan 80 persen vaksin booster, namun ternyata prediksi tersebut meleset.
Baca juga: Mahasiswa di Malang yang Diciduk Densus 88 Galang Dana untuk ISIS Lewat Grup Medsos Sejak 2019
Hal tersebut juga terjadi di negara-negara maju, di mana bila angka vaksinasi sudah menyentuh 70 persen, maka laju vaksinasi akan cenderung stagnan.
“Jadi tadi kami juga berdiskusi dengan Bapak Presiden yang lebih realistis, target yang awal itu tidak terlalu realistis."
"Yang lebih realistis adalah 70 persen dari populasi itu yang dapat dosis lengkap dan boosternya 50 persen."
"Dengan adanya penurunan ini kan jadi kebutuhan vaksinnya jadi lebih sedikit,” terangnya. (Taufik Ismail)