Berita Jakarta

Cak Kandar: Profesi Pelukis Dapat Membuahkan Hasil Asalkan Dilakoni Konsisten dan Komitmen

Asalkan dilakoni konsisten dan komitmen, maka profesi sebagai pelukis dapat membuahkan hasil.

Warta Kota/Leonardus Wical Zelena Arga
Cak Kandar, salah seorang pelukis ternama Indonesia. 

Gaji Pelukis Kecil? Cak Kandar: Lukisan Saya Bisa di Angka 500 Juta

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA – Bagi sebagian orang mungkin menganggap remeh profesi seorang seniman lukis.

Cak Kandar, salah seorang  pelukis ternama Indonesia tak menampik adanya anggapan semacam itu. 

Akan tetapi, menurut pria yang menekuni dunia lukis sejak tahun 1965 ini, kini dengan melukis dapat menjadi sebuah profesi yang bisa ditekuni secara serius.

Hal itu, asalkan dilakoni konsisten dan komitmen, maka profesi sebagai pelukis dapat membuahkan hasil.

“Lukisan saya pernah dibeli seharga Rp 500 juta. Saya tidak bisa menginformasikan siapa pembelinya, yang pasti waktu itu ketika saya pameran di salah satu hotel berbintang di Jakarta," kata Cak Kandar kepada Wartakotalive.com saat ditemui di jumpa pers  Indonesia Content Creator Conference 2022 di Menara Batavia,  Jakarta Pusat, Selasa (24/5/2022) lalu. 

Baca juga: INI Tips Bagi Content Creator Pemula dari YouTuber Olivina Maskan

Baca juga: Indonesia Content Creator Conference 2022: Jadi Wadah Anak Muda untuk Kembangkan Potensi Diri

Lalu bagaimana pria yang rambut dan jenggotnya telah memutih itu bisa menjual karya lukisannya dengan harga tinggi?

Menurut Cak Kandar yang penting adalah bagaimana kita menjual diri kita kepada orang-orang.

"Tidak perlu kita memaksa orang untuk suka dengan kita atau hasil karya kita. Hal terpenting adalah bagaimana usaha kita supaya mereka setidaknya melirik kita,"ujarnya. 

Bagi pria asal Surabaya, Jawa Timur tersebut, hal itulah yang mahal.

Proses membangun diri supaya dikenal orang adalah sesuatu yang memang harus dilalui.

Cak Kandar, salah seorang pelukis ternama Indonesia.
Cak Kandar, salah seorang pelukis ternama Indonesia. (Warta Kota/Leonardus Wical Zelena Arga)

“Buktinya saya sekarang sudah bisa bangun rumah dan studio pribadi di Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Lalu bisa menyekolahkan anak hingga sarjana. Bisa beli ini, beli itu. Semua ya itu tadi, proses,” ungkap pria dengan aliran lukisan naturalis itu.

Cak Kandar mengatakan, walaupun lukisannya sekarang sudah bisa dibilang mahal, namun ia tetap melihat kondisi dan situasi sekitar.

Apabila tujuan pembelian lukisan berkaitan dengan sosial, ia memasang harga lukisan di bawah Rp 50 juta.

“Paling kalau untuk kepentingan sosial, saya ambil 10 atau maksimal 20 persen, sisanya biar untuk donasi,” ujar pria berusia 72 tahun itu.

Cak Kandar merupakan seorang pelukis yang memutuskan untuk hijrah ke Jakarta pada tahun 1971, untuk lebih serius menekuni profesinya di bidang seni lukis.

“Saya langsung memutuskan untuk hijrah ke Jakarta, karena memang saat itu saya sudah stop kuliah ya. Lalu di samping itu, saya melihat ternyata di Surabaya agak lambat untuk berkembang menjadi seorang pelukis,” kenangnya.

Cak Kandar menceritakan, saat itu ia tinggal dan diangkat anak oleh seorang perintis kemerdekaan bernama S Hasanusi.

“Saya memanggil beliau opa, karena sudah anggap menjadi anak angkat. Opa ini masih ada keturunan Sultan ke-10 Palembang. Dulu bapaknya dibuang ke Ambon, lalu menikah dengan orang Ambon," katanya. 

"Terus sejarahnya, opa ini dulu dibuang sama Belanda dari Palembang ke Jakarta,” tambah Cak Kandar

Walaupun tinggal bersama dengan opa, tapi Cak Kandar harus putar otak bagaimana memulai semuanya.

Hingga akhirnya, ia mendengar bunyi lonceng dari Gereja Katolik Santa Theresia, Menteng Jakarta Pusat.

Saat mendengar lonceng tersebut, ia mendapatkan ide untuk melukis wajah Yesus dan menjualnya di Gereja tersebut.

“Waktu saya jual di depan pintu masuk, ternyata banyak umat Gereja yang tertarik untuk melihat sehingga terjadi kemacetan," kata Cak Kandar.

"Lalu seorang pastor Gereja datang menghampiri saya, menyuruh saya untuk masuk, dan berpindah lokasi di dekat para penjual souvenir lainnya,” sambungnya. 

Cak Kandar mengatakan, alasan pastor tersebut supaya umat Gereja dapat lebih leluasa melihat lukisan yang dibuat olehnya.

Ia bercerita, kebetulan ada orang Tionghoa yang memberikan kartu nama beserta alamatnya.

Sore hari, Cak Kandar datang ke rumah orang tersebut, dan betapa terkejutnya ketika lukisan yang ia bawa dihargai Rp 15.000 untuk satu lukisan.

“Saya terkejut, besar sekali nominalnya. Tahun segitu kan nominal Rp 15.000 udah besar bagi pelukis yang baru merintis seperti saya,” ungkapnya. 

Setelah kejadian tersebut, Cak Kandar mengatakan, S Hasanusi yang sudah mengangkat dirinya sebagai anak, mengenalkan dirinya dengan tokoh-tokoh ternama di Indonesia.

Dari situlah perlahan namun pasti, Cak Kandar mulai mengikuti pameran dari yang lokal, nasional, hingga internasional, dan menjadi salah satu pelukis ternama di Indonesia. (m36)

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved