Hari Raya Waisak
Yongan Bangga Menjadi Samaneri, tak Sedih Melepas Masa Remaja demi Mengikuti Ajaran Sang Buddha
Jika remaja pada umumnya suka nongkrong di mall, lain halnya dengan Yongan. Dia justru memilih jadi pertapa kecil atau Samaneri.
Penulis: M. Rifqi Ibnumasy | Editor: Valentino Verry
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Yongan (21) memutuskan hidup dalam Vihara Lalitavistara, Cilincing, Jakarta Utara, sebagai seorang samaneri sejak usia 19 tahun.
Yongan menghabiskan waktu hidupnya di dalam vihara untuk mengabdikan diri pada Sang Buddha dan para Dewa.
Baca juga: Polsek Teluknaga Tangkap Pembobol Gudang yang Hendak Mencuri Besi Alumunium
Menjadi samaneri bagi Yongan sebagai jalan untuk memperbaiki diri dan cara membahagiakan orang tuanya.
"Karena saya dulu sering mengecewakan orang tua, kalau di kampung itu sudah menjadi omongan orang yang tidak-tidak," ungkapnya saat menyiapkan perayaan Hari Raya Waisak, Senin (16/5/2022).
Menurut Yongan, samanera dan samaneri merupakan calon penerus bhikkhu dan bhikkhuni Buddha yang sedang menempuh pendidikan di vihara.
Para samanera dan samaneri memfokuskan hidup untuk sembahyang dan mengurusi berbagai kebutuhan ritual untuk Sang Buddha dan para Dewa.
Baca juga: Ariza Dukung Kerjasama Pordasi dan IPB Meneliti Gen Kuda Asli Indonesia untuk Olahraga Berkuda
"Kami sembahyang itu pukul 05.00 WIB pagi, pukul 11.00 - 12.00 WIB siang dan sore hari," ungkapnya.
Pada Hari Raya Waisak ini, Yongan menilai perayaan ini sangat penting dan istimewa bagi umat Buddha.
Waisak menurut Yongan sebagai peringatan tiga hal penting dalam Buddha, yakni lahirnya Pangeran Siddharta, lalu Ia menjadi Pangeran Agung Buddha dan memperingati hari wafatnya.
Dengan menjadi sosok pertapa kecil, Yongan berharap dapat menjadi murid Buddha Gautama dan mengikuti ajarannya.

"Ini salah satu cara ingin menjadi murid Sang Buddha, ya dengan seperti ini," ucapnya dengan nada rendah dan halus.