Formula E

Manajemen PT Jakpro Bela Ajang Formula E, Balapan Masa Depan yang Memikirkan Kebersihan Lingkungan

Manajemen PT Jakpro minta masyarakat tak anggap remeh Formula E, sebab ke depannya semua olahraga akan seperti ini, yang ramah lingkungan.

Sam Bloxham/LAT/Formula E
Ilustrasi - Balap mobil Formula E adalah balapan masa depan yang ramah lingkungan, tak seperti balapan pada umumnya yang memboroskoan energi. 

WARTAKOTALIVE.COM< JAKARTA - Vice President of Infrastructure and General Affairs Formula E PT Jakarta Propertindo (Jakpro), Irawan Sucahyono menyebut ajang mobil listrik bertaraf internasional ini mengombinasikan tiga hal yaitu performance, efficiency, dan sustanability.

"Ketiga hal ini terlihat jelas mengingat ajang ini mengandalkan tenaga listrik sehingga lebih bersih, efisien, serta pengelolaan acaranya pun lebih sustainable," ucap Irawan, Rabu (11/5/2022).

Baca juga: Politisi PSI tak Rela Lihat Anies Tugas ke Eropa, Ungkit Soal Janji sebelum Pensiun

Irawan melanjutkan, ajang ini berbeda dengan balapan konvensional yang hanya sekadar adu kecepatan atau mengedepankan performance, yang cenderung membuang-buang energi mesin dengan percuma.

"Formula E ini adalah future dari motorsport. Ini green motorsports,” ujarnya.

“Jadi, mungkin nanti dunia balapnya akan berubah semua menjadi seperti ini,” imbuhnya.

“Nah, Indonesia sebagai salah satu tuan rumah Formula E memang sangat beruntung karena future ini datang di Indonesia," jelasnya.

Ia juga mencontohkan bahwa kesadaran soal sustainability itu juga bisa disebarkan oleh Formula E melalui hal-hal kecil.

"Contohnya, kami (pengelola) tak lagi menjual makanan dengan pembungkus seperti styrofoam dan mengimbau soal penggunaan botol air," ungkapnya.

Baca juga: The Jakmania Beri Dukungan Penuh pada Persija Esports saat Mengikuti VCT Indonesia Stage 2

Irawan juga menambahkan bahwa upaya menebarkan kesadaran itu tak terlepas dari konsep zero emission atau sustainability yang diangkat Formula E.

Konsep ini secara otomatis memengaruhi seluruh desain acara. Misalnya perihal pembangunan sirkuit, penyelenggara tak menebang pohon yang menghalangi pembangunan, tetapi memindahkannya.

Diketahui, hadirnya gelaran dunia balap bergengsi formula E di Jakarta bulan depan menjadi sebuah standar baru bagaimana perlehatan sportainment dapat digelar secara berkelanjutan di Indonesia.

Hal ini terungkap dalam webinar series Net Zero Sport Emission Race 'Worlds First : Season 8 - Jakarta E-Prix : Sustainability Perspective' pada Senin (9/5/2022) lalu.

Baca juga: PB Perserosi Minta Jalur Sepeda untuk Latihan, Buntut dari Aksi Pesepatu Roda Latihan di Jalan Raya

Senior Sustainability Manager FIA Formula E London, Iona Neilson mengatakan
bahwa sejak hadir 2014, Formula E merupakan ajang balap otomotif pertama di dunia yang berprinsip bebas emisi atau zero emission.

Di ajang ini, alih-alih menggunakan kendaraan yang menghasilkan emisi, para pembalap akan balapan menggunakan mobil listrik.

"Formula E bisa menjadi platform yang sangat baik untuk meningkatkan kesadaran soal sustainability dan energi terbarukan kepada para penonton dan para penggemar," jelas Iona.

Sirkuit Formula E tampak sudah teraspal mulus di kawasan Ancol, Jakarta Utara.
Sirkuit Formula E tampak sudah teraspal mulus di kawasan Ancol, Jakarta Utara. (Biro Pers Setpres)

"Kami ingin meningkatkan kesadaran bahwa kendaraan listrik bisa mengurangi emisi yang turut membantu meningkatkan kualitas udara," ucap dia.

Terpisah, Direktur Eksekutif Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB) Ahmad Safrudin juga mengakui bahwa Formula E di Ancol, Jakarta atau Jakarta EPrix menjadi momentum untuk meningkatkan kesadaran tentang sustainability, mengingat ini merupakan ajang balapan mobil
listrik kendaraan yang bisa mengontrol gas buang emisi.

Kendaraan listrik merupakan langkah konkret untuk mengurangi beban emisi, kendaraan bermotor merupakan salah satu penyumbang kontribusi terbesar untuk emisi gas buang yang tidak ramah lingkungan di kota-kota besar.

Kemudian dampak lainnya kendaraan bermotor ini juga turut menyerap energi bahan bakar fosil yang sangat besar, dampaknya neraca perdagangan pemerintah pun akan terbebani.

Baca juga: Della Dartyan Akting Bareng Lagi dengan Adipati Dolken di Film Kambodja, Sulit atau Lebih Mudah?

Karena angka importasi minyak bumi yang tinggi yakni sekitar 68 juta kiloliter per tahunnya. Jika tidak melakukan transformasi yang yang konkret salah satunya dengan peralihan menuju kendaraan listrik, angka ini angka terus membesar.

Sehingga diprediksi pada 2030 Indonesia membutuhkan minimal 100 juta kiloliter bahan bakar fosil per tahunnya.

Selain menghemat keuangan negara, penggunaan mobil listrik bisa mencegah kenaikan emisi karbon yang diprediksi mencapai 470
juta ton C02 pada tahun 2030.

Pada 2019 emisi karbonnya telah mencapai 255 juta ton CO2 yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor.

Baca juga: Mobil Honda HRV Terbakar Saat Melintas di Tol Dalam Kota Arah Kuningan Jakarta Selatan

Oleh karena itu, kehadiran kendaraan listrik bisa menjadi moementum untuk kita melakukan langkah-langkah percepatan untuk pencegahan kenaikan emisi karbon yang telah mengkhawatirkan.

"Selain itu, EPrix ke-8 di Jakarta ini sebaiknya digunakan sebagai momentum untuk merebut pasar agar green technology dan green economic betul-betul bisa masuk dan diadopsi, sehingga pertumbuhannya tak lagi terhambat sekaligus lebih aman bagi lingkungan," ungkap dia.

Selain itu ajang ini juga menjadi moementum pemerintah untuk mereformasi regulasi terkait insentif fiskal bagi kendaraan bermotor yang rendah karbon.

Sehingga daya saing industri kendaraan bermotor berbasis listrik akan meningkat dan menarik.

Presiden Joko Widodo dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan meninjau perkembangan pembangunan Sirkuit Formula E di Ancol, Jakarta Utara, Senin (25/4/2022).
Presiden Joko Widodo dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan meninjau perkembangan pembangunan Sirkuit Formula E di Ancol, Jakarta Utara, Senin (25/4/2022). (Instagram @AniesBaswedan)

Lebih lanjut, Safrudin mengatakan bahwa jika konsisten menerapkan low carbon emission vehicle seperti kendaraan listrik, maka di 2030 bisa me-reduce Gas Rumah Kaca (GRK) gas dari road transportation sampai dengan 59 persen.

"Juga bisa menghemat sekitar 59 juta kilo liter bensin dan 56 juta kilo liter solar. Atau sekitar Rp 677 triliun rupiah. Low emission ini ending-nya tetap economic," tambahnya.

Ia melanjutkan bahwa penggunaan kendaraan listrik juga kan amembawa tiga keuntungan bagi Indonesia.

Pertama, diproyeksikan pada 2030 akan mendapat keuntungan ekonomi hingga Rp 9.603 triliun sebagai konsekuensi dari penghematan energi fosil atau bahan bakar minyak (BBM).

Kedua, penurunan emisi pencemaran udara kota dan Gas Rumah Kaca (GRK) hingga 100 persen pada 2030.

Ketiga, merupakan trigger pertumbuhan ekonomi hijau dari sektor otomotif.

Sebagai informasi, siapa pun yang ingin menonton Jakarta EPrix secara langsung, silakan membeli tiket di website jakartaeprixofficial.comdan jakartaeprix.goersapp.com. Pembelian tiket sudah bisa dilakukan sejak 1 Mei lalu.

Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved