Pemilu 2024

Survei SMRC Ungkap 85 Persen Warganet Tolak Pemilu 2024 Ditunda, Klaim Big Data Luhut Terpatahkan

Direktur Riset SMRC Deni Irvani mengatakan, klaim yang disampaikan Luhut terbantahkan dari hasil survei pihaknya.

Istimewa
Hasil survei nasional Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) mematahkan big data 110 juta netizen mendukung Pemilu 2024 ditunda, seperti yang diklaim Luhut Binsar Pandjaitan. 

WARTAKOTALIVE, JAKARTA - Hasil survei nasional Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) mematahkan big data 110 juta netizen mendukung Pemilu 2024 ditunda, seperti yang diklaim Luhut Binsar Pandjaitan.

Hasil survei yang digelar pada Maret 2022, menunjukkan lebih dari 85 persen publik di media sosial tetap ingin pemilu dilaksanakan pada 14 Februari 2024.

Direktur Riset SMRC Deni Irvani mengatakan, klaim yang disampaikan Luhut terbantahkan dari hasil survei pihaknya.

Baca juga: Zona Merah Covid-19 di Indonesia Masih Nihil, Kuning 458, Oranye 53

Hal itu disampaikan Deni saat rilis survei yang disiarkan kanal Youtube SMRC TV, Jumat (1/4/2022).

"Kita punya bukti di sini, 85 persen dari pengguna media sosial justru ingin pemilu tetap diadakan pada 2024 dengan alasan Covid-19," kata Deni.

Sementara, hasil survei menunjukan publik di media sosial yang ingin pemilu diundur menjadi tahun 2027 hanya sebesar 10 persen.

Baca juga: DAFTAR Terbaru Zona Hijau Covid-19 di Indonesia: Cuma Ada Tiga di Maluku dan Papua Barat

Sedangkan publik di media sosial yang menyatakan tidak tahu atau tidak menjawab sebesar 5 persen.

Sedangkan survei SMRC juga mendapati 70 persen publik yang tidak menggunakan media sosial ingin pemilu tetap digelar pada 2024.

Lalu, hanya 15 persen publik yang tidak menggunakan media sosial ingin pemilu diundur pada 2027. Ada 14 persen publik tidak menjawab atau tidak tahu.

Baca juga: Menko PMK: IDI Bertanggung Jawab Tegakkan Kode Etik, Terawan Punya Panggilan Jiwa Lakukan Inovasi

"Yang pengguna medsos memiliki sikap seperti itu, yang tidak menggunakan medsos kurang lebih sama."

"Sama-sama menolak gagasan penundana pemilu," paparnya.

Sebelumnya, Luhut mengaku memiliki big data dari rakyat Indonesia yang menginginkan Pemilu 2024 ditunda.

“Kita kan punya big data, dari big data itu, 110 juta itu macam-macam, dari Facebook dan segala macam, karena orang main Twitter kira-kira 110 juta,” ucap Luhut saat wawancara di kanal YouTube Deddy Corbuzier.

Baca juga: KRONOLOGI Dua Marinir Gugur Diserang KST Papua Pakai Granat dan Pelontar Hasil Rampasan

Dari big data tersebut, kata Luhut, masyarakat kelas menengah ke bawah tak ingin ada kegaduhan politik di Indonesia akibat Pemilu 2024.

"Kalau di bawah, (masyarakat) menengah bawah ini itu pokoknya ingin tenang, bicaranya ekonomi."

"Tidak mau lagi seperti kemarin, karena tidak mau lagi kita sakit gigi dengar ‘kampret’, ‘kecebong’, ‘kadrun’ lah, itu kan menimbulkan tidak bagus,” bebernya.

Baca juga: Munarman Dituntut Hukuman Delapan Tahun Bui, Status Tulang Punggung Keluarga Jadi Hal Meringankan

Luhut juga mengklaim masyarakat menyoroti besarnya anggaran pemilu dan pilkada serentak 2024 yang mencapai Rp110 triliun, di kala situasi ekonomi yang sulit akibat pandemi Covid-19.

“Sekarang kita coba tangkap dari publik, itu bilang kita mau habisin Rp110 triliun lebih untuk memilih ini keadaan begini, ngapain sih?"

"Rp110 triliun untuk pilpres dengan pilkada, kan serentak. Nah, itu yang rakyat ngomong,” cetus Luhut. (Fransiskus Adhiyuda)

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved