Berita Jakarta

Harga Daging Meroket, Pedagang Akan Mogok Jualan, Ikuti Langkah Produsen Tahu dan Tempe

Menurut Reynaldi, hal ini menjadi sebuah bentuk perhatian, lantaran sebelumnya juga minyak goreng dan kedelai naik secara signifikan.

Warta Kota/ Junianto Hamonangan
ILUSTRASI: Pedagang daging babi di Pasar Koja Baru, Jakarta Utara, Selasa (21/12/2021). 

Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag) Oke Nurwan memperkirakan, pada tahun lalu pihaknya memperkirakan produksi kedelai di Argentina dan Brasil akan meningkat.

Namun, proyeksi itu diperkirakan akan meleset.

"Nah begitu reformasi peternakan babi dibikin, SOP yang bagus maka butuh kedelai banyak untuk pakan babi. Sehingga, China ini memborong kedelainya," kata Oke Nurwan, Minggu (20/2/2022).

"China beralih ke Amerika diborong. Kedelai kita itu untuk tahu tempe biasanya dari Amerika. Karena diborong harga melonjak, ditambah pandemi," ujarnya.

Produksi kedelai Argentina dan Brasil yang turun, membuat China beralih memasok dari Amerika Serikat (AS).

Sementara, kebutuhan kedelai perajin tahu tempe biasanya dipasok dari AS.

Dia menuturkan, pandemi telah mengerek biaya logistik yang berkontribusi juga pada kenaikan harga kedelai.

 "Pandemi itu biaya logistik naik empat kalilipat. Sehingga harga kedelai naik, dan jatuhnya kedelai di kita naik," terangnya.

Sebagai informasi, harga kedelai dunia mengalami lonjakan. Situasi ini tentu akan berdampak besar bagi industri tempe dan tahu domestik yang didominasi skala rumah tangga.

Merujuk pada situs tradingeconomics, harga kedelai berfluktuasi di rentang US$ 15 per bushel (sekitar 27,21 kg) setelah sempat menyentuh level tertinggi sejak Mei 2021.

Sumber: Warta Kota
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved