Virus Corona

Mitos dan Fakta Seputar Varian Omicron Dijelaskan dr Reisa yang Sering Disepelekan

Masih ada anggapan salah tentang covid varian omicron, berikut ini penjelasan dokter Reisa seputar mitos dan faktanya.

Dok BNPB
Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 dr Reisa Brotoasmoro memberikan keterangan pers perkembangan penanganan Covid-19 di Kantor Presiden, Senin (19/10/2020). 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Banyak informasi hoax terkait Omicron berseliweran di masyarakat yang bisa jadi membuat kita kurang waspada dan abai protokol kesehatan.

Berikut ini Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 dokter Reisa Broto Asmoro membagikan fakta-fakta seputar varian Omicron.

Dikutip dari akun instagramnya, dr Reisa berpesan bahwa apapun varian Covid-nya, tetap terapkan 6M ya, memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, mengurangi mobilitas, menghindari makan bersama.

Berikut ini mitos fakta omicron

1. Mitos: Varian omicron ringan 

Fakta: Varian omicron tidak ringan tapi memang gejalanya lebih ringan dibandingkan varian delta. 

Gejala yang dirasakan akibat infeksi varian omicron akan bervariasi, tergantung kondisi daya tahan tubuh serta jumlah virus yang masuk ke dalam tubuh.

Baca juga: Kemenkes Perkirakan Peningkatan Omicron di Tanah Air akan Mulai Terjadi Beberapa Pekan ke Depan

2. Mitos: Omicron gejalanya itu saja, seperti flu bias atau masuk angin

Fakta: Orang yang terinfeksi varian omicron juga beresiko mengalami gejala berat, membutuhkan perawatan intensif bahkan mengakibatkan kefatalan.

Tetap waspada karena varian omicron ini pun juga berpotensi mengkibatkan gejala long ovid atju post covid sindrom

3. Mitos: Omicron itu pintu gerbang menuju akhir pandemi

Fakta : varian Omicron 4 kali lebih cepat menular dibandingkan delta.

Kalau kita membiarkan varian omicron menyebar tidak menutup kemungkinan munculnya varian lainnya yang belum tentu Hanya akan menyebabkan gajala yang lebih ringan. 

Upaya terabit yang dapat kita lakukan adalat denga tilak memberikan kesempatan bagi virus SARS Cov 2, apapun variaanya menyebar dan menginfeksi kita.

Baca juga: Inilah Makanan yang Cepat Menyembuhkan Pasien Covid-19 Saat Isolasi Mandiri

4. Mitos: Nggak perlu divaksin karana gak mempan lawan omicron

Fakta: Vaktin yang tersedia saat ini masih memberikan perlindungan terhadap virus penyebab Covid-19 termasuk omicron. 

Vaksin ini dapat mengurangi kemungkinan orang yang terinfeksi mengalami gejala penyakit yang berat dan keratin. Jadi jangan ragu untuk vaksinasi dosis lengkap seria booster setelah 6 bulan.

Kontak erat dengan pasien covid

Dokter Reisa Broto Asmoro mengemukakan definisi kontak erat di antaranya melakukan tatap muka atau berdekatan dengan orang yang sudah terkonfirmasi COVID-19 dalam radius satu meter selama 15 menit atau lebih.

"Kemenkes telah mengeluarkan panduan terkait pemeriksaan pelacakan karantina dan isolasi dalam rangka percepatan pencegahan dan pengendalian COVID-19. Dalam panduan tersebut termasuk diatur kontak erat," kata dia saat menyampaikan siaran pers yang diikuti dari YouTube RRI Net Official di Jakarta, Senin 14 Februari 2022.

Ia mengatakan definisi lain kontak erat adalah melakukan sentuhan fisik langsung dengan pasien yang sudah terkonfirmasi, seperti salaman, pegangan tangan, dan pelukan.

Baca juga: Dinkes Tangsel Sebut 7 Orang Meninggal Karena Omicron

"Orang yang memberikan perawatan langsung terhadap kasus konfirmasi tanpa menggunakan alat perlindungan diri yang sesuai standar juga termasuk kasus konfirmasi erat," katanya.

Situasi lainnya yang mengindikasikan adanya kontak erat, kata dia, didasari atas penilaian risiko lokal yang ditetapkan oleh penyelidikan epidemiologi setempat.

Reisa yang juga Duta Perubahan Perilaku itu, mengatakan terdapat periode kontak pada kasus probable atau konfirmasi yang bergejala.

Periode itu dihitung sejak dua hari sebelum gejala timbul hingga 14 hari setelah gejala timbul atau hingga pasien melakukan isolasi.

 "Ada periode kontak pada kasus konfirmasi yang tidak bergejala ini juga dihitung dua hari sebelum pengambilan 'swab' (tes usap) dengan hasil yang positif sampai dengan 14 hari setelahnya atau hingga orang ini melakukan isolasi," katanya.

Ia mencontohkan jika terjadi papasan dan di kemudian hari orang itu ternyata terkonfirmasi positif, tetapi saat papasan jaga jarak dan memakai masker dengan baik dan benar, tidak saling ngobrol atau interaksi dalam waktu yang panjang, hal itu tidak termasuk kontak erat. (Antara)

 
 

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved