Banjir Jakarta
28 RT di jakarta Tergenang Banjir dari 7 Kelurahan, Berikut ini Lokasinya
Banjir Jakarta kembali terjadi, sebanyak 28 Rukun Tetangga (RT) di DKI Jakarta total dari 30.470 RT tergenang banjir
Penulis: Yolanda Putri Dewanti | Editor: Dian Anditya Mutiara
WARTAKOTALIVE.COM GAMBIR -- Banjir Jakarta kembali terjadi, sebanyak 28 Rukun Tetangga (RT) di DKI Jakarta total dari 30.470 RT tergenang banjir akibat hujan deras yang mengguyur Ibu Kota sejak Rabu (16/2) malam.
Informasi tersebut berdasarkan data dari Pemerintah provinsi (Pemprov) DKI Jakarta yang dilansir dari aplikasi Jakarta Terkini (JAKI).
Tidak hanya akibat hujan deras yang mengguyur Jakarta, banjir juga diduga berasal dari kiriman air kota Bogor sehingga membuat Kali Ciliwung meluap.
Adapun rincian 28 RT yang terdampak banjir Jakarta, yakni :
1. Kelurahan Kampung Melayu, ketinggian 50 sampai 100 cm dengan jumlah 17 RT.
2. Kelurahan Cawang, ketinggian 50cm dengan jumlah 3 RT.
3. Kelurahan Cililitan, ketinggian 120 cm dengan jumlah 1 RT.
4. Kelurahan Bidara Cina, ketinggian 60 cm dengan jumlah 2 RT.
5. Kelurahan Cipulir, ketinggian 60 cm dengan jumlah 1 RT.
6. Kelurahan Pondok Pinang, ketinggian 65 cm dengan jumlah 1 RT.
7. Kelurahan Rawa Jati, ketinggian 70 cm dengan jumlah 3 RT.
Baca juga: Perumahan Pondok Gede Permai Terendam Banjir, Aktivitas Warga Terganggu
Baca juga: Kali Bekasi Meluap, Ada 11 Pemukiman Kebanjiran Sampai 70 Cm
Sebagai informasi, dipantau dari aplikasi JAKI, sampai Kamis (16/2) pagi lokasi tersebut masih terpantau banjir dan belum diketahui berapa jumlah warga yang mengungsi akibat banjir ini.
Kali Ciliwung meluap membuat permukiman warga Kebon Pala, di RW 04 dan 05 Kampung Melayu, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur, Kamis (17/2/2022) terendam banjir.
Seorang warga Ilham (26), mengatakan banjir yang merendam permukiman warga Kebon Pala tersebut mulai terjadi sekira pukul 03.00 WIB dan perlahan naik hingga mencapai satu meter.
"Sekira pukul 05.00 WIB itu ketinggian air sudah mulai naik 75 sentimeter, sampai sekarang terus naik sampai 100 sentimeter," ucap Ilham, Kamis (17/2/2022).
Menurutnya banjir yang merendam permukiman warga itu lantaran hujan deras yang mengguyur kawasan Bogor, Depok, dan Jakarta pada Rabu (16/2/2022) membuat Kali Ciliwung meluap.
Hal tersebut ditandai ketinggian air Bendungan Katulampa Bogor dan Pos Pantau Depok yang mencapai status siaga tiga semalam.
Baca juga: Banjir di Kampung Gaga 3 Bulan Tak Surut, Pemkab Tangerang Akan Buat Tandon Air tapi Lahan Swasta
Baca juga: Cara Atasi Banjir Kronis Seperti Minum Obat : Mengepung Kali Sunter
Sementara Pintu Air Manggarai status siaga tiga pagi hari.
"Karena di sini kalau hanya hujan lokal (di Jakarta saja) enggak banjir, kalau air kiriman baru banjir," sambung Ilham.
Sementara petugas PPSU Kelurahan Kampung Melayu, Gunawan mengatakan banjir akibat dari meluapnya Kali Ciliwung tidak membuat warga Kebon Pala mengungsi hingga pagi ini.
Meski begitu pihak Kelurahan Kampung Melayu sudah menyiapkan posko pengungsian di dua sekolah dekat permukiman warga apabila banjir semakin parah.
"Sekarang belum ada warga mengungsi, karena rumah sudah dibedah jadi rumah panggung. Jadi bisa bertahan di lantai dua rumah," ucapnya.
Langganan banjir
William Sarana, Anggota DPRD DKI Jakarta Fraksi PSI menyoroti keseriusan Anies Baswedan memenuhi janjinya dalam penanganan banjir lantaran selama 3 hari warga Kebon Pala, Kampung Melayu, Jakarta Timur menghadapi banjir yang tidak kunjung surut.
"Banjir ini seharusnya dapat diantisipasi, karena sudah terjadi dari tahun ke tahun dengan penyebab sama," ucap William pada keterangan tertulisnya, Rabu (3/11/21).
Lanjutnya, William menyampaikan kritiknya bahwa banjir ini terjadi akibat belum selesainya program pembangunan sodetan serta terhentinya pengadaan tanah yang kemudian akan digunakan dalam program naturalisasi dan normalisasi Sungai Ciliwung.
"Kami terus menagih janji dan keseriusan Gubernur Anies untuk menjalankan program penanganan banjir dari pembangunan sodetan hingga naturalisasi, yang termaktub dalam Instruksi Gubernur No. 49 Tahun 2021 yang seharusnya dilakukan sejak Oktober 2021," ucapnya.
"Seharusnya dari Oktober sudah dilakukan ternyata sekarang pengadaan tanah dan pembangunan sodetan masih terhambat sengketa lahan sampai makelar tanah, bahkan belum lagi Pemprov DKI Jakarta di akhir 2020 dapat complain dari Kementerian PUPR karena baru membebaskan lahan 16 hektar dari 40,67 hektar, jadi normalisasi belum bisa berjalan. Artinya, sudah satu tahun lebih Gubernur Anies terjegal masalah-masalah yang sama," ujarnya.
Dirinya meminta Anies harus serius menangani banjir khususnya disisa satu tahun terakhir jabatanya.
"Ini adalah musim hujan terakhir Anies, harusnya setelah 4 tahun menjabat, daerah rawan banjir seperti Kebon Pala ini dapat surut dengan lebih cepat. Kebon Pala banjir November 2017 lalu, masa banjir lagi sekarang. Jangan sampai masyarakat yang sudah menderita akibat pandemi terkena banjir yang seharusnya bisa diantisipasi," jelasnya.
"Kami meminta program-program penanganan banjir di hulu seperti normalisasi segera diselesaikan, dan program di hilir seperti sodetan diselesaikan pula," tutupnya. (m27/JHS)