Virus Corona

Epidemiolog Prediksi Lonjakan Kasus Akibat Omicron Tinggal 25 Hari Lagi, Setelah Itu Menurun

Melihat jumlah kasus saat ini, Windhu menyebut Varian Omicron bisa empat kali lipat dari sebelumnya.

Twitter@KemenkesRI
Covid-19 Varian Omicron berkarakter sangat cepat menular, yang mengakibatkan transmisi meningkat tinggi. 

WARTAKOTALIVE, JAKARTA - Covid-19 Varian Omicron berkarakter sangat cepat menular, yang mengakibatkan transmisi meningkat tinggi.

Bahkan pada puncaknya nanti, jumlha kasus diprediksi bisa melebihi varian Delta.

Hal ini diungkapkan oleh epidemiolog dari Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Windhu Purnomo.

Baca juga: Korupsi Proyek Satelit di Kemenhan, Kejagung Periksa Bekas Menkominfo Rudiantara

Lonjakan gelombang kedua oleh varian Delta terjadi pada pertengahan 2021.

Melihat jumlah kasus saat ini, Windhu menyebut Varian Omicron bisa empat kali lipat dari sebelumnya.

Namun menurut Windhu, lonjakan kasus ini tidak akan berlangsung lama, paling lama adalah 65 hari, jika melihat dari beberapa negara yang juga sedang menghadapi varian Omicron.

Baca juga: JHT Baru Bisa Dicairkan di Usia 56 Tahun, Said Iqbal: Pemerintah Tak Bosan Tindas Kaum Buruh

"Tapi maksimum 65 hari. Jadi di Amerika sekitar 65 hari, tidak sampai."

"Tapi di India sekitar 30 hari. Kemudian Inggris itu 37 hari, Afrika Selatan 42 hari."

"Kisaran 30 hari, mulai naik sampai mencapai puncak total, 65 hari lah," ungkap Windhu pada webinar virtual, Sabtu (12/2/2022).

Baca juga: Tolak Permenaker 2/2022, KPBI: Bu Menteri Banyak Buat Aturan yang Membuat Buruh Terluka

Sedangkan untuk Indonesia, terhitung hingga kini, menurut Windhu sudah 41-42 hari untuk gelombang ketiga.

Jika mengambil waktu maksimal, kemungkinan lonjakan kasus diprediksi tinggal 25 hari lagi.

"Kalau ngambil paling panjang 65 hari, tinggal 25 hari lagi, perkiraannya paling lama."

Baca juga: Lili Pintauli Siregar Dinilai Sudah Sangat Tak Layak Jadi Pimpinan KPK

"Mudah-mudahan lebih cepat. Jadi di akhir Februari atau awal Maret puncak dan segera turun," ulas Windhu.

Tanda-tanda penurunan tersebut telah ada di beberapa daerah, misalnya DKI Jakarta. Kenaikan kasus yang begitu cepat, menandakan akan mendekati akhir puncak.

"Jadi setelah itu dia turun."

"Nah, kabar baik adalah bahwa peningkatan kasus sangat tinggi itu tidak disertai dengan peningkatan tajam hospitalisasi dan kematian," bebernya. (Aisyah Nursyamsi)

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved