Zulhas Kecam Pihak yang Benturkan Negara dengan Agama

Menurutnya, paradigma yang ingin menjadikan Indonesia sebagai negara agama, atau menawarkan konsep internasional, adalah pikiran yang usang

KOMPAS.com/Haryantipuspasari
Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan menyampaikan pidato sambutannya dalam pembukaan Kongres V PAN di Lapangan MTQ Tugu Persatuan, Kendari, Sulawesi Tenggara, Senin (10/2/2020). 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA -- Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan atau Zulhas menyoroti adanya pihak yang mencoba membenturkan negara dengan agama.

Bahkan kata dia, ada pihak yang menyoal kembali Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia.

“Saya kira ini perlu kita sikapi bersama dalam konsep Indonesia, agama dan negara sama sekali tidak bertentangan,” ujarnya saat Pidato Kebangsaan Zulkifli Hasan berjudul Indonesia Butuh Islam Tengah di Perpusnas, Jakarta Pusat, Sabtu (29/1/2022).

Menurutnya, paradigma yang ingin menjadikan Indonesia sebagai negara agama, atau menawarkan konsep internasional, adalah pikiran yang usang dan tidak menghargai sejarah panjang pendirian bangsa ini. Dia menyebut polarisasi politik dan agama tidak boleh mengarah pada upaya-upaya mengganti format bernegara.

“Konsep bernegara kita sudah final, Indonesia adalah negara yang beragama dan menghormati keberagaman. Bhineka Tunggal Ika. Berbeda-beba tapi kita sepakat menjadi tunggal ika yang satu, yaitu Indonesia,” katanya.

Baca juga: Tumpukan Sampah Penuhi Jalan Raden Fatah, Camat Ciledug: Warga Tangsel Pembuangnya

Baca juga: Cerita Nabilla Gomes Ngidam di Awal Kehamilan, Minta Rujak Cingur Saat Subuh hingga Dipijat Kakinya

Selain memiliki sumber daya alam yang melimpah, modal terbesar Indonesia sebagai bangsa adalah keberagaman.

Indonesia didirikan di atas rasa persatuan yang mengikat, beraneka suku dengan berbagai perbedaan agama, ras, kepentingan antargolongan.

“Dengan rasa persatuan itulah, para founding fathers dan mothers kita membayangkan negeri ini sebagai tanah air yang satu, bangsa yang satu, yang memiliki bahasa persatuan Bahasa Indonesia,” ucapnya.

Baca juga: Masuk Kandidat Calon di Pilkada DKI 2024, Eks Walkot Tangsel Airin Rachmi Diany: Mohon Doanya

Baca juga: Ridwan Kamil Puji Stadion JIS di Depan Anies yang Langsung Tersenyum Senang

“Maka keberagaman bangsa Indonesia merupakan fitrah yang harus kita syukuri bersama. Tidak ada pilihan lain bagi negara dengan keberagaman yang sangat kompleks seperti Indonesia, persatuan harus dirajut,” tambah pria yang juga menjadi Wakil Ketua MPR RI ini.

Dalam kerangka itulah, lanjut dia, para fathers dan mothers Indonesia menyepakati bahwa Pancasila dan UUD 1945 sebagai konsensus bernegara.

Tanpa menjadikan agama sebagai dasar negara, tidak berarti Indonesia menjadi negara yang sekuler, apalagi anti agama.

Baca juga: Nabilla Gomes Deg-degan hingga Cemas Jelang Melahirkan Anak Pertama, Banyak Berdoa Bareng Suami

Baca juga: Alami Kecelakaan Kerja hingga Cacat Permanen, Karyawan XXI Dapat Santunan dari BPJAMSOSTEK Slipi

“Sila pertama Pancasila berbunyi ‘Ketuhanan yang Maha Esa’ adalah bukti bahwa kesadaran agama selalu menjadi pondasi kita bernegara sekaligus menjadi bintang penuntun dalam melaksanakan keempat sila yang lainnya,” ungkapnya.

Karena itu, dia menganggap hubungan antara agama dan negara saling mengisi dalam konsep Indonesia. Tanpa menjadikan sebagai landasan hukum formal, agama telah menjadi falsafah dan landasan yang moral dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

“Maka pikiran untuk menjadikan Indonesia sebagai negara agama hanyalah menunjukkan ketidakpahaman dalam memahamai falsafah bernegara,” imbuhnya.

Dalam kesempatan itu, hadir Menteri Negara BUMN Erick Thohir, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Gubernur Jambi Al Haris dan Wali Kota Bogor Bima Arya. (faf)

Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved