Inkoppas Sesalkan Adanya Beras Impor Ilegal yang Masukj Dengan Modus Beras Pecah
(Inkoppas) Andrian Lame mengatakan pihaknya menyesalkan adanya beras impor ilegal dengan modus beras pecah.
Penulis: Junianto Hamonangan | Editor: Agus Himawan
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Balai Karantina Pelabuhan Tanjung Priok menyita 250 ton beras asal Kamboja di Behandle Area Pelabuhan NCPT 1 Kalibaru, Cilincing, Jakarta Utara, Kamis (30/12/2021).
Penanggung Jawab Balai Karantina Pelabuhan Tanjung Priok Ruthy Riris Moravia Hutagalung mengatakan ratusan ton beras yang diimpor tersebut tidak sesuai dengan dokumen yang terlampir.
PT LPM yang punya izin sebagai perusahaan importir (PI) tersebut mengimpor jenis beras pecah. Hanya saja saat ditemukan di lokasi tidak sesuai kenyataan.
“Kita tahu beras 100 persen itu artinya pecah seluruhnya. Namun yang kita saksikan beras itu masih ada bulirnya yang kita konsumsi selama ini,” ucap Ruhty.
Ratusan ton beras impor ilegal itu diketahui yang dimuat dalam sebanyak 10 peti kemas berukuran 20 feet yang sudah sandar di pelabuhan pada 22 Desember 2021 kemarin.
Ruthy menuturkan pada saat dibuka peti kemas yang berisi beras impor tersebut, aroma yang dihasilkan juga berbeda dari biasanya. Alhasil kerugian ditaksir mencapai Rp 1,9 miliar.
“Kami sudah sering memeriksa beras pecah dari Pakistan dan India. Itu saat dibuka tidak ada aroma apa-apa. Tapi kalau ini pada saat dibuka, harum sekali, kaya beras pandan wangi,” ujarnya.
Apabila ada terbukti bersalah dalam proses impor yang tidak sesuai dokumen, maka tidak menutup kemungkinan perusahaan tersebut diberi sanksi masuk daftar hitam hingga izin sebagai importir dicabut.
Baca juga: Buwas Ungkap Beras Impor 2018 Masih Ada di Gudang Bulog, Jadi Buat Apa Rencana Impor Beras Lagi
Sementara Ketua Hubungan Antar Lembaga Induk Koperasi Pedagang Pasar (Inkoppas) Andrian Lame mengatakan pihaknya menyesalkan adanya beras impor ilegal dengan modus beras pecah.
“Kan kasihan petani kita yang harusnya menikmati hasil panen mereka kemudian masuk hasil produk mereka ke pedagang kami,” ucapnya.
Kondisi tersebut menyulitkan para petani yang selama ini sudsh bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan beras dalam negeri. Sementara harga yang ditawarkan harus bersaing dengan produk impor.
“Ada oknum yang mencoba menjual dengan harga sama dengan harga dalam negeri. Sehingga bisa menjatuhkan harga petani yang dibeli tengkulak,” ungkapnya.
Andrian menambahkan pihaknya berterima kasih kepada pemerintah dengan mencegah masuknya barang impor ilegal tersebut sehingga para petani masih bisa terlindungi.
“Harapan besar kami kedepannya kami berharap seluruh pasokan beras di pasok petani dalam negeri. Kita mau menjual hasil dalam negeri,” ucapnya.