Berita Karawang

Kemendikburistek Apresisi Desa Mulyasari Karawang karena Angkat Nilai Kehidupan yang Hampir Punah

Sikap konsistensi ditampilkan pengurus Desa Mulayasari di Karawang. Meski jaman sudah moderen mereka tetap tonjolkan nilai kehidupan asli daerah.

Penulis: Muhammad Azzam | Editor: Valentino Verry
Warta Kota/Muh Azzam
Pengurus Desa Mulyasari Karawang mampu menerapkan nilai kehidupan asli Indonesia di jaman moderen, dan membuatnya mendapat apresiasi dari Kemendikbudristek. 

WARTAKOTALIVE.COM, KARAWANG - Desa Mulyasari, Kecamatan Ciampel, Kabupaten Karawang, Jawa Barat mendapatkan penghargaan dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).

Penghargaan itu diraih atas penilaian dari penguatan karakter, akumulasi pengetahuan yang menyangkut kekayaan budaya, serta kepemimpinan termasuk di dalamnya nilai gotong royong.

Baca juga: Serial Animasi Lokal Kiko Pamer Petualangan Menarik di Jepang kepada Penonton Tanah Air

Kasi Kesejahteraan Desa Mulyasari, Syaepul mengatakan Kemendikbudristek memberikan penghargaan kepada Desa Mulyasari tentang budaya desa.

Se-Indonesia hanya ada lima desa yang mendapatkan penghargaan termasuk Desa Mulyasari Karawang.

"Jadi Se-Jabar hanya cuman desa Mulyasari yang mewakili Provinsi Jawa Barat,” kata Syaepul, saat ditemui di Kantor Desa Mulyasari, akhir pekan lalu.
“Kita sangat senang sekali, apalagi ini baru tujuh bulan kepemimpinan baru kepala desa Margono," imbuhnya.

Dia melanjutkan Des Mulyasari membangun kembali budaya lama yang hampir punah.

Bahkan pada saat proses penilaian desa mengadakan hajat bumi tiga hari tiga malam du kantor desa dengan mengusung tema Mulyasari Samakta singkatan Sarasa Bumela Ka Rahayat Jeung Nagara pada 14-16 Oktober 2021.

Baca juga: Shin Tae-yong Ungkap Strategi Timnas Indonesia Mengalahkan Malaysia di Piala AFF 2020

Pada acara itu, diadakan ruwatan, festival dongdang, lisungan dan perlombaan permainan anak tradisional seperti bermain karet, kelereng, gangsing.

"Jadi budaya itu dari masyarakat ditampilkan di desa untuk menjadi bahan acuan aset yang lebih bagus lagi dari budaya yang sudah punah kita hidupkan kembali," beber dia.

Syaepul menambahkan respon masyarakat terkait menghidupkan kembali budaya yang hampir itu disambut antusias.

Masyarakat hingga tokoh agama, pemuda dan masyarakat juga mendukung upaya pemerintah desa untuk menghidupkan kembali kebiasaan atau budaya yang hampir punah tersebut.

"Intinya masyarakat gembira dengan semangat dan hebohnya semua dalam mengikuti, begitu pula tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda juga sangat antusias," imbuh dia.

Baca juga: Ciamik, Nonton Aksi Panggung Andy /rif Nyanyi Bareng Nonashae dan Aqi Singgih di Behind A Music

Dia menyebut kegiatan itu akan menjadi agenda rutin di wilayahnya. Bahkan akan ditularkan ke anak-anak keturunan agar tetap mengenali budaya-budaya itu dan bisa mempertahankannya.

"Akan diluncurkan lagi kepada masyarakat, dan jadi agenda rutin setiap tahunnya. Agar anak cucu kita yang akan mewarisi budaya ini yang adat budaya yang dulu punah dihidupkan kembali," tandas dia.

Sebelumnya, Kemendikbudristek memberikan penghargaan sebagai apresiasi pemerintah terhadap warga dan pemerintah desa yang membuat lompatan besar dalam menggerakkan ekosistem budaya di daerahnya.

"Acara ini bentuk apresiasi pemerintah terhadap warga dan pemerintahan desa yang telah membuat lompatan besar dalam menggerakkan ekosistem budaya di daerahnya," ujar Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim, dalam keterangan.

Baca juga: Timnya Kena Bantai, Pelatih Malaysia Akui Permainan Indonesia Sangat Bagus: Mereka Bermain Cepat

Kegiatan itu sebagai program Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek.

“Pemberian penghargaan Desa Budaya ini dapat menjadi inspirasi bagi desa lain dan juga bisa menjadi bahan pembelajaran para siswa dan pelaku pendidikan, merdeka belajar Merdeka budaya,” kata dia.

Desa yang lolos kriteria penilaian juri, berhasil mengangkat berbagai isu yang relevan di masyarakatnya dengan apik. Isu tersebut, meliputi konservasi sumber daya alam, inklusivitas/penguatan hubungan antarmasyarakat, peningkatan ekonomi lokal yang menyangkut bahan lokal dan ramah lingkungan, isu kelompok rentan, isu organisasi perempuan, kepedulian terhadap anak, pembangunan berkelanjutan, pendidikan, literasi dan penguatan karakter, akumulasi pengetahuan yang menyangkut kekayaan budaya, serta kepemimpinan termasuk di dalamnya nilai gotong royong.

Perwakilan kelima desa yang menerima penghargaan dan hadir secara langsung, yaitu Desa Maitara Utara, Kota Tidore Kepulauan, Maluku Utara, Desa Mulyasari, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Desa Pedalaman, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, Desa Tandeallo, Kabupaten Majene, Sulawesi Barat, dan Desa Tanjung Mas, Kabupaten Aceh Singkil, Aceh.

Baca juga: Rahmad Darmawan Belum Puas meski Rans Cilegon Kalahkan Persiba, Harus Pastikan Tiket Semifinal 

“Ini adalah lima desa yang sudah memperlihatkan kesungguhannya dalam pembangunan budaya yang dibuktikan dengan pengerahan sumber daya yang tidak kecil. Kelima desa ini, energi dan sumber dayanya berasal dari desa itu sendiri. Itulah kebanggaan kita," kata dia.

Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid, menyampaikan peran aktif dan kolaborasi antara warga, perangkat desa, dan pendampingan oleh daya desa serta pegiat budaya telah menghasilkan program yang komprehensif.

Menurut dia, Indonesia dibentuk dari desa dan budaya itu letaknya ada di desa. Bukan di kabupaten, kota, provinsi atau bahkan nasional. "Itulah energi sesungguhnya," ucapnya.

Tujuan program Pemajuan Kebudayaan Desa adalah membuka akses informasi, membuka akses jaringan dan membuka akses pasar bagi masyarakat desa. Selain itu, program ini juga bertujuan sebagai wadah ekspresi serta membuka ruang-ruang budaya yang selama ini sudah banyak dilakukan oleh masyarakat desa.

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved