Erupsi Semeru
Kementerian ESDM Peringatkan Masih Ada Potensi Bahaya Awan Panas dan Banjir Lahar Dingin Semeru
Pada peta KRB Semeru dapat terlihat daerah yang rawan bencana dan daerah yang aman dari bencana.
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melalui Badan Geologi dan Pusat Vulkanologi & Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), memantau langsung kondisi daerah terdampak erupsi Gunung api Semeru di Lumajang, Jawa Timur.
Pada kesempatan itu Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Eko Budi Lelono bersama Kepala PVMBG Andiani juga melakukan koordinasi dengan Pemerintah Daerah, BMKG, dan juga dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lumajang, terkait upaya mitigasi, evakuasi, dan keselamatan masyarakat.
“Dilaporkan tadi pagi terjadi erupsi berupa Awan Panas Guguran (APG) yang intensitasnya sedikit lebih kecil dari sebelumnya," ujar Eko pada terkait update terkini erupsi Gunung Semeru secara virtual, Senin (6/12/2021).
Baca juga: UPDATE Korban Meninggal Akibat Erupsi Semeru Menjadi 15 Orang, Sebanyak 27 Lainnya Masih Hilang
"Kami mendiskusikan langkah-langkah ke depan, apa yang akan dilakukan. Kami kembali menyampaikan peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) yang merupakan upaya mitigasi dari Badan Geologi terkait dengan potensi bahaya dari Gunungapi ini," sambungnya.
Pada peta KRB Semeru dapat terlihat daerah yang rawan bencana dan daerah yang aman dari bencana.
Peta tersebut penting karena kondisi saat ini sangat membutuhkan data terkait jalur evakuasi dan lokasi pengungsian yang aman dari potensi bahaya erupsi.
Andiani mengungkapkan, adapun lokasi-lokasi untuk pengungsian ditentukan berdasarkan rekomendasi Badan Geologi melalui peta KRB yang telah diterbitkan untuk menghindari potensi bahaya yang dapat terjadi selanjutnya.
"Penentuan lokasi pengungsian didasarkan peta KRB yang sudah dikeluarkan oleh Badan Geologi. Peta KRB ini akan dijadikan acuan untuk menentukan lokasi-lokasi yang rawan untuk ditempatkan sebagai lokasi pengungsian," ujar Andiani.
Baca juga: Temui Korban Erupsi Semeru, Jenderal Listyo Sigit: Jangan Sungkan Minta Bantuan Polisi
Dirinya juga menjelaskan bahwa ke depan masih terdapat potensi bahaya awan panas guguran (APG) dan banjir lahar dingin.
Oleh karena itu Badan Geologi masih terus melakukan pengamatan terhadap aktivitas Gunungapi Semeru selama 24 jam setiap harinya.
"Potensi terjadinya APG masih ada tetapi kami sulit untuk menentukan waktu terjadinya,” papar Andiani.
“Maka dari itu kami melakukan monitoring, jadi ketika menjelang APG terjadi, kami memiliki alat-alat yang dapat mencatat getaran-getaran, dan setelah alat tersebut mencatat getaran segera kami sampaikan melalui grup WhatsApp untuk segera disebarluaskan kepada masyarakat,” pungkasnya.
Update jumlah korban
Plt Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul Muhari memaparkan bahwa Pos Komando (Posko) Tanggap Darurat Bencana Awan Panas dan Guguran Gunung Semeru melaporkan bahwa korban meninggal dunia sampai Senin (6/12/2021), pukul 11.10 WIB, akibat erupsi Semeru kembali bertambah menjadi 15 orang.
"Posko juga melaporkan jumlah warga yang masih dinyatakan hilang sebanyak 27 orang. Namun demikian, pengecekan dan validasi data terus dilakukan untuk memastikan status korban tersebut," kata Abdul Muhari dalam siaran pers di laman bnpb.go.id, Senin.