Berita Nasional

Fotonya saat Berpenampilan 'Islami' dan Dukung Aksi 212 Jadi Ledekan, Ferdinand: Saya Sudah Sadar

Ferdinand mengatakan dirinya tak masalah dicap sebagai komunis karena menentang rencana aksi 212 tersebut.

Editor: Feryanto Hadi
Twitter Mustofa Nahrawardaya
Ferdinand Hutahaean saat mengenakan peci 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA--Pegiat Media Sosial, Ferdinand Hutahaean menjadi sorotan setelah protes kerasnya atas rencana aksi 212 yang bakal digelar pada 2 Desember 2021 ini.

Ferdinand mengatakan dirinya tak masalah dicap sebagai komunis karena menentang rencana aksi 212 tersebut.

Sebab menurutnya, hal yang paling penting adalah menjaga bangsa ini. 

Pernyataan tersebut dikatakan Ferdinand sebagai sebagai respons terhadap Wakil Sekjen PA 212, Novel Bamukmin yang menyebut penentang reuni 212 sebagai komunis.  

Baca juga: Ikuti Seruan HRS, Reuni 212 Tetap Digelar di Kawasan Monas, Slamet Maarif: Tak Perlu Izin Polisi

“Ilmu congornya cuma bisa ngomong komunis,” tulis Ferdinand Hutahaean di Twitter.

“Ngga apa-apa dicap komunis yang penting bangsa ini kita jaga. Siapa pun pengacau NKRI dan Pancasila akan kita lawan bersama TNI POLRI,” sambung Ferdinand. 

Namun, Ferdinand dianggap tidak konsisten.

Pasalnya, saat masih berada di Partai Demokrat, ia justru membela aksi 212.

Bahkan, beredar foto dirinya mengenakan kopiah.

Pada 2018 lalu, Ferdinand membela aksi 212 dan meminta pemerintahan Jokowi tak memandang aksi itu sebagai ancaman politik.

Baca juga: Rizal Ramli Minta Didukung Jadi Capres 2024, Ruhut Sitompul Tertawa Mengejek, Minta Rizal Ngaca

"Ferdinand Hutahaean, pemerintah seharusnya bisa melihat sisi positif dari aksi tersebut.

 "Jangan dilihat (reuni) 212 itu sebagai ancaman politik untuk Jokowi. Dilihat itu bahwa semangatnya persatuan. Kalau perlu Jokowi hadir di sana, kan itu lebih baik daripada dilakukan upaya-upaya pencegahan," kata Ferdinand kala itu.

Sebab, menurut Ferdinand, tidak ada aturan dan hak-hak pribadi yang dilanggar dalam penyelenggaraan aksi tersebut. Sehingga, ia meminta agar pemerintah justru memberikan fasilitas dan menjaga aksi tersebut agar bisa berjalan lancar dan damai.

"Prinsipnya, bahwa itu reuni. Jadi harus dilihat sebagai semangat persatuan, semangat menyatukan, harus dilihat sisi positifnya bahwa itu untuk mengenang sebuah perjuangan," tutur Ferdinand.

 "Yang penting semua pihak bisa menjaga acara reuni itu dengan baik, tidak mengganggu ketertiban umum, mengganggu hak pengguna jalan. Itu juga perlu dipikirkan. Kita juga minta pemerintah untuk tidak berupaya menghalangi atau menghambat, justru memfasilitasi dan mengatur dengan baik," imbuhnya.

Baca juga: Nasib Pilu Istri Polisi di Tangerang, Diusir dari Rumah Mewahnya gegara Tak Mampu Nyicil Utang

Baca juga: Hati Sukalam Hancur, Peras Keringat Kerja Jadi TKI, Istri di Kampung Selingkuh dengan Oknum Polisi

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved