Virus Corona
IDI: Jika pada Desember-Januari Tidak Ada Kenaikan Kasus, Pandemi Covid-19 Masuk Fase Endemi
Adib berharap protokol kesehatan terus diterapkan, serta cakupan vaksinasi dipercepat dan diperluas.
WARTAKOTALIVE, JAKARTA - Ketua umum terpilih Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) M Adib Khumaidi menilai, jika pelandaian kasus Covid-19 di Indonesia terus berlangsung, maka status pandemi dapat berubah menjadi endemi.
Adib berharap protokol kesehatan terus diterapkan, serta cakupan vaksinasi dipercepat dan diperluas.
Hal itu disampaikan Adib dalam dialaog FMB9 yang digelar virtual, Selasa (2/11/2021).
Baca juga: Zona Merah Covid-19 di Indonesia Nihil Tujuh Pekan, Oranye Kosong, Kuning Berkurang Jadi 500
"Kita bisa melihat pada Bulan November Desember, kita lihat naik atau tidak."
"Jika naik kita bersiap."
"Tapi kalau dari Desember -Januari itu tidak ada kenaikan dan cenderung melandai, masuk ke dalam kondisi yang disebut dengan endemi," tutur Adib.
Baca juga: Dilimpahkan ke JPU, Munarman Segera Disidang di Pengadilan Negeri Jakarta Timur
Testing dan skrining harus tetap ditingkatkan, agar penyebaran Covid-19 dapat ditekan.
"Kita berharap dengan testing yang tetap, dipertahankan skrining, adalah upaya untuk restriksi supaya tidak ada penyebaran ditambah lagi vaksinasi," jelas Adib.
Dokter spesialis Orthopedi ini pun menyoroti cakupan vaksinasi yang belum maksimal.
Baca juga: Kapolri Rotasi 173 Pati dan Pamen, Kapolda Kalteng Gantikan Argo Yuwono Jadi Kadiv Humas
Untuk itu, perlu dukungan dan peran tokoh agama, tokoh masyarakat, dan pejabat pemerintah untuk mendorong cakupan vaksinasi.
"Kemudian dibantu dengan tenaga kesehatan, maka ini akan segera terealisasi
untuk cakupan vaksinasi, serta paling penting adalah distribusi," paparnya.
Kasus aktif Covid-19 di Indonesia kini sebanyak 11.919 orang per 1 November 2021, dan sebanyak 143.423 orang meninggal.
Berikut ini sebaran kasus Covid-19 di Indonesia per 1 November 2021, dikutip TribunTangerang dari laman Covid19.go.id:
DKI JAKARTA
Jumlah Kasus: 861.624 (20.3%)
JAWA BARAT
Jumlah Kasus: 705.873 (16.6%)
JAWA TENGAH
Jumlah Kasus: 485.175 (11.4%)
JAWA TIMUR
Jumlah Kasus: 398.299 (9.4%)
KALIMANTAN TIMUR
Jumlah Kasus: 157.953 (3.7%)
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Jumlah Kasus: 155.862 (3.7%)
BANTEN
Jumlah Kasus: 132.344 (3.1%)
RIAU
Jumlah Kasus: 128.462 (3.0%)
BALI
Jumlah Kasus: 113.888 (2.7%)
SULAWESI SELATAN
Jumlah Kasus: 109.689 (2.6%)
SUMATERA UTARA
Jumlah Kasus: 105.840 (2.5%)
SUMATERA BARAT
Jumlah Kasus: 89.773 (2.1%)
KALIMANTAN SELATAN
Jumlah Kasus: 69.828 (1.6%)
NUSA TENGGARA TIMUR
Jumlah Kasus: 63.639 (1.5%)
SUMATERA SELATAN
Jumlah Kasus: 59.868 (1.4%)
KEPULAUAN RIAU
Jumlah Kasus: 53.844 (1.3%)
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
Jumlah Kasus: 52.006 (1.2%)
LAMPUNG
Jumlah Kasus: 49.569 (1.2%)
SULAWESI TENGAH
Jumlah Kasus: 47.025 (1.1%)
KALIMANTAN TENGAH
Jumlah Kasus: 45.542 (1.1%)
KALIMANTAN BARAT
Jumlah Kasus: 41.132 (1.0%)
ACEH
Jumlah Kasus: 38.319 (0.9%)
KALIMANTAN UTARA
Jumlah Kasus: 35.772 (0.8%)
SULAWESI UTARA
Jumlah Kasus: 34.621 (0.8%)
PAPUA
Jumlah Kasus: 34.202 (0.8%)
JAMBI
Jumlah Kasus: 29.742 (0.7%)
NUSA TENGGARA BARAT
Jumlah Kasus: 27.714 (0.7%)
PAPUA BARAT
Jumlah Kasus: 23.099 (0.5%)
BENGKULU
Jumlah Kasus: 23.098 (0.5%)
SULAWESI TENGGARA
Jumlah Kasus: 20.124 (0.5%)
MALUKU
Jumlah Kasus: 14.571 (0.3%)
SULAWESI BARAT
Jumlah Kasus: 12.323 (0.3%)
MALUKU UTARA
Jumlah Kasus: 12.080 (0.3%)
GORONTALO
Jumlah Kasus: 11.830 (0.3%). (*)