Hari Sumpah Pemuda
Hari Sumpah Pemuda, Fadli Zon: Pemerintah Kurang Peka Menjaga Warisan Sumpah Pemuda
Hari Sumpah Pemuda, Fadli Zon: Pemerintah Kurang Peka Menjaga Warisan Sumpah Pemuda
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Peran pemuda dalam kemerdekaan Indonesia tercatat jelas dalam sejarah.
Hampir semua figur sentral yang terlibat menggagas negara ini, mulai dari era Kebangkitan Nasional di awal abad ke-20, hingga Proklamasi Kemerdekaan 1945, semua berasal dari kalangan pemuda.
Hal tersebut disampaikan Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra, Fadli Zon.
Dipaparkannya, salah satu momen penting peran pemuda dalam proses pembentukan bangsa dan negara ini adalah Kongres Pemuda II di Jakarta, yang digelar pada 27 dan 28 Oktober 1928.
Hari yang kini diperingati sebagai Hari Sumpah Pemuda.
Pada akhir Kongres Pemuda II, para pemuda dari berbagai latar belakang daerah, suku dan agama, berikrar menyatukan imajinasi mereka mengenai tumpah darah, bangsa, dan bahasa persatuan ke dalam satu konsepsi, yaitu Indonesia.
Ikrar itu kemudian disebut sebagai Sumpah Pemuda.
Baca juga: Gelar Turnamen Esports, DPC PDI Perjuangan Jaksel Ajak Generasi Muda Semarakkan Hari Sumpah Pemuda
Hari ini, kita kembali memperingati peristiwa bersejarah tersebut.
Pemerintah menetapkan Hari Sumpah Pemuda tahun ini mengangkat tema “Bersatu, Bangkit dan Tumbuh”.
Pesan tersebut dinilai Fadli Zon sangat positif.
Sesudah dua tahun dihantam pandemi dan resesi ekonomi, Indonesia memang harus bangkit dan tumbuh kembali.
Namun, untuk bisa bangkit dan tumbuh, Indonesia harus bisa bersatu terlebih dahulu.
Baca juga: Peringatan Hari Sumpah Pemuda, Generasi Muda Harus Siap Hadapi Dunia Digital
"Persatuan itu perlu kepercayaan, trust, dari semua pihak terutama harus dibangun dari atas," jelas Fadli Zon pada Jumat (29/10/2021).
"Pemimpin harus bisa dipercaya rakyat. Lahirlah persatuan antara pemimpin, pemerintah dan rakyat, antara masyarakat sendiri, berbagai daerah, golongan serta menjadikan perbedaan sebagai keniscayaan," paparnya.
Masalahnya para pejabat pemerintah, lanjutnya, justru kerap memproduksi narasi-narasi yang mengarahkan kepada disintegrasi-sosial.