Berita Duka

Bagi Luhut Binsar, Mendiang Pendiri PDIP Sabam Sirait Adalah Pendekar Demokrasi

Luhut Binsar Panjaitan berharap keluarga Sabam Sirait diberi ketabahan dan kekuatan dalam melepas kepergian kepala rumah tangga itu.

Penulis: Desy Selviany | Editor: Feryanto Hadi
charlessianipar.com
Sabam Sirait, politisi dari PDIP 

WARTAKOTALIVE.COM, PANCORAN -Bagi Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mendiang pendiri PDIP Sabam Sirait merupakan patriot demokrasi dan NKRI.

Hal itu disampaikan Luhut saat memberi sambutan dalam prosesi pemakaman anggota DPD RI itu di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Pancoran, Jakarta Selatan, Minggu (3/10/2021).

"Kita sudah dengar betapa panjang karir politik dari bapak Sabam Sirait. Dari yang saya ketahui beliau seorang patriot yang abdikan diri untuk demokrasi dan NKRI," ujar Luhut.

Dalam sambutannya Luhut berharap legacy Sabam dalam nilai-nilai politik dapat diteruskan oleh anak-anaknya.

Baca juga: Gugatannya ke MA Diremehkan Mahfud MD, Yusril Berang, Bantah Ingin Dongkel Kepemimpinan AHY

Baca juga: STOP Polemik, Juru Bicara Partai Demokrat : Tidak Ada Negosiasi dengan Kubu KLB Deli Serdang

"Teruskan legacy ayahmu seorang pendekar demokrasi dan pejuang yang tak pernah henti perjuangkan derajat Indonesia merdeka ini," tuturnya.

Ia juga berharap keluarga Sabam diberi ketabahan dan kekuatan dalam melepas kepergian kepala rumah tangga itu.

Diketahui Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan hadir dalam pemakaman Sabam Sirait.

Ia tiba di TMP dengan ditemani politisi PDIP Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).

Baca juga: Jokowi Tiba di Sorong, Warga Berlarian ingin Bertemu, Pelanggaran Prokes Tak Terhindarkan

Ahok dan Luhut tiba dengan berjalan kaki memasuki TMP Kalibata. Tak lama kemudian Yasona Laoly tiba di TMP Kalibata.

Sabam Sirait sendiri merupakan peraih Bintang Mahaputera Utama. Hal itulah yang membuatnya berkesempatan dimakamkan di TMP Kalibata.

Sabam Sirait, meninggal dunia di usia 85 tahun, Rabu (29/9/2021) malam di RS Siloam Karawaci pukul 22.37.

Ia lahir di Pulau Simardan, Tanjungbalai, Sumatera Utara, 13 Oktober 1936.

Sabam meninggalkan seorang istri, empat anak dan delapan cucu.

Sabam adalah ayah dari Politisi PDIP Maruarar Sirait.

Empat anak Sabam sudah menikah semuanya dan sudah memiliki cucu dari mereka.

Sebelumnya, menantu Sabam Sirait, Putra Nababan, yang juga politisi PDI Perjuangan mengatakan prosesi pemakaman Sabam Sirait akan dilakukan secara adat batak.

Dalam adat Batak, Sabam dianggap sudah paripurna dan masuk dalam status saur matua.

Baca juga: Risma Marah-marah Lagi, Fadli Zon Menilai Sudah Lampaui Batas, Sarankan Mensos Jalani Terapi

“Tentunya untuk saat ini acara kegiatannya akan dipusatkan di rumah kediaman. Secara adat Batak itu akan dimulai Kamis sore pertemuan-pertemuannya dan Jumat besok prosesi adat Batak juga akan dilakukan secara full,” kata Putra di kediaman dimana jenazah Sabam disemayamkan, Kamis (30/9/2021).

“Karena memang Pak Sabam ini punya 4 anak dan empat anaknya sudah melewati proses adat. Sehingga tugas dan tanggungjawab Pak Sabam sebagai seorang ayah dan seorang Kakek dari sisi adat Batak itu sudah paripurna,” lanjutnya.

Karenanya kata dia keluarga memberikan kesempatan kepada masyarakat guna memberikan penghormatan terakhir untuk Sabam Sirait.

“Pak Sabam ini kan bukan hanya keluarga bahkan bukan hanya PDIP dan juga DPR, DPD, dan juga banyak elemen masyarakat lainnya. Bahkan beliau pernah jadi pimpinan dari PGI (Persatu Gereja Gereja Indonesia) gitu ya,” katanya.

“Keluarga ingin juga memberi kesempatan yang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk bisa memberikan penghormatan kepada Pak Sabam. Dari keluarga sendiri masih ada opsi untuk pemakamannya yakni hari Sabtu atau hari Minggu,” tambah Putra.

Sebelum meninggal pada Rabu (29/9/2021) malam karena penyakit paru-paru kronis, Putra menceritakan, Sabam Sirait cukup aktif di rumah dengan menjalankan tugasnya sebagai anggota DPD RI yang tetap mematuhi protokol kesehatan.

Ia bahkan beberapa kali sempat video call dengan Sabam Sirait yang tengah sibuk untuk rapat kerja bersama Menteri Dalam Negeri dan sejumlah menteri lainnya.

“Jadi memang beliau itu sangat menikmati, meskipun tidak mudah untuk beliau rapat-rapat secara virtual dengan DPR. Namun kemudian itu tadi, penyakit paru-paru kronis ini yang membuat beliau harus dirawat di RS,” 

Upacara Kematian Adat Batak

Dalam adat Batak, pelaksanaan adat bagi orang meninggal, berbeda-beda sesuai dengan tingkat
hagabeon dari orang yang meninggal.

Hagabeon merupakan kehormatan karena tunainya tanggungan dan lengkapnya keturunan.

Dikutip dari hetanews.com, saur matua adalah dimana seseorang meninggal setelah mencapai umur yang tinggi dan semua anaknya sudah menikah secara adat Batak lengkap.

Di beberapa daerah di tanah Batak, tidak cukup hanya menjadi tua dan semua anaknya sudah menikah.

Tetapi semua anaknya sudah berketurunan; itu berarti ia sudah memiliki cucu dari semua anak-anaknya.

Anak-anaknya yang sudah menikah juga sudah melakukan adat yang penuh atau mangadati dalam pernikahannya.

Jadi tidak sembarangan untuk masuk ke dalam tingkat saur matua.

Setelah acara marria raja atau acara saat meminta nasehat dan petunjuk dari seluruh pihak keluarga, maka esok harinya akan melakukan adat dan mompo yaitu orang meninggal akan dimasukkan ke rumah yang tidak dibuat oleh tangannya atau jabujabu na so pinature ni tanganna.

Dalam bahasa yang lebih konkret, jenazah itu akan dimasukkan ke dalam peti mati.

Tentang jenis-jenis kematian bagi orang Batak dibagi menjadi beberapa bagian dan setiap bagian berbeda nilainya.

Dalam adat Batak, orang mati bukan hanya jenazah yang siap untuk dikuburkan.

Tetapi jauh dari situ kematian orang Batak mempunyai makna, melibatkan sistem kekerabatan dan harapan bagi keluarga yang ditinggalkan.

Untuk anak yang meninggal disebut tilaha dan termasuk pemuda yang belum kawin ini belum masuk adat.

Untuk orang yang meninggal tanpa keturunan disebut mate punu.

Untuk orang yang meninggal dunia pada saat tanggungjawabnya masih banyak misalnya anak-anaknya belum kawin disebut mate mangkar

Untuk orang yang meninggal dunia tetapi anaknya sudah ada yang kawin meskipun belum semua, karena masih memiliki anak yang perlu untuk diurus (sisarihononna) disebut sari matua.

Untuk orang yang meninggal dunia tetapi semua anaknya telah menikah dengan adat yang penuh dan sudah mempunyai keturunan ini disebut saur matua.

Dan satu lagi di atas semua itu adalah saur mauli bulung yaitu untuk orang yang meninggal dunia di mana semua anaknya sudah mempunyai cucu.

Dengan kata lain yang meninggal sudah mempunyai cicit atau buyut.

Dalam Batak disebut marnini marnono.

Dan satu kriteria lagi untuk disebut mauli bulung yaitu belum ada keturunannya yang meninggal sebelum orang tua itu meninggal.

Untuk tingkat saur matua dan mauli bulung ini, tidak ada ratap tangis, atau kesedihan, tetapi pesta suka cita.

Karena yang meninggal telah meninggalkan contoh teladan kesempurnaan hidup secara keduniawian.

Meskipun demikian jika ada menangis, diperkenankan untuk luapan emosi sesaat, dan tidak diperkenankan berlama-lama.

Dalam upacara adat kematian untuk saur matua dan mauli bulung, biasanya bisa berlangsung berhari-hari atau sampai sekitar satu minggu, barulah jenazah dimakamkan.

Sedangkan untuk sari matua sendiri, upacara pemakamannya boleh berlangsung selama satu hari saja dan pada hari itu juga atau esoknya jenazah sudah dapat dikebumikan.

Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved