Tawarkan Solusi Atasi Masalah Sampah, Aplikasi Octopus Sinergikan Tiga Pihak
Karena memiliki 3 mobile apps yang mensinergikan tiga pihak, Octopus diyakini akan memiliki nilai tambah bagi semua pemangku kepentingan yang terlibat
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA — Sampah masih menjadi masalah klasik di Indonesia dan belum dikelola secara optimal. Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menyebut ada sekitar 67,8 juta ton timbunan sampah pada tahun 2020.
Jumlah produksi sampah plastik di Indonesia juga menunjukkan tren kenaikan 5 persen tiap tahunnya. Padahal, sampah bisa dikelola dan dimanfaatkan, bahkan bisa bernilai ekonomi tinggi jika diperlakukan dengan benar sejak awal, yaitu mulai dari rumah tangga.
Untuk itulah, aplikasi Octopus hadir menawarkan solusi dalam mengatasi masalah sampah bekas konsumsi (post consumed products).
Menurut Co-Founder Octopus, Hamish Daud, aplikasi ini dibentuk untuk membantu mengatasi masalah sampah yang memungkinkan pengguna/konsumen mengirimkan kemasan bekas pakai untuk didaur ulang menjadi produk yang bernilai jual.
“Kami menyediakan layanan penjemputan untuk kemasan pasca konsumsi melalui aplikasi Octopus. Mimpi kami adalah Octopus menjadi solusi paling efektif untuk Industri dalam mengatasi masalah suplai material daur ulangnya” ujar Hamish dalam pernyataan resminya, Selasa (28/9/2021).

Hamish yang bertindak sebagai Chief of Partnership Octopus menjelaskan, Octopus memiliki 3 mobile apps, yaitu untuk Pengguna (konsumen), Pelestari (kolektor sampah), dan Checkpoints (Usaha Jual Beli Kemasan Bekas). “Ketiga aplikasi ini telah bersinergi dengan sangat baik,” ujarnya.
Hamish menambahkan, Octopus menyediakan data yang berguna untuk industri FMCG (Fast Moving Consumer Goods), serta menyediakan solusi bagi industri kemasan.
Karena memiliki 3 mobile apps yang mensinergikan tiga pihak, Octopus diyakini akan memiliki nilai tambah bagi semua pemangku kepentingan yang terlibat. Lebih lanjut Hamish menjelaskan, 3 aplikasi Octopus memiliki mekanisme kerja sesuai dengan target sasaran pengguna, yaitu:
Pertama, aplikasi untuk Customer/Konsumen (ibu rumah tangga/masyarakat) yang akan mengumpulkan sampah kemasan dan diserahkan ke Pelestari (pemulung) dengan mendapatkan insentif sesuai dengan nilai sampah yang terkumpul.
Kedua, aplikasi untuk Pelestari, yang akan mengambil barang dari konsumen selanjutnya dijual ke Checkpoints.
Ketiga aplikasi untuk Checkpoints (bank sampah/pengepul). Pihak ini akan membeli sampah dari Pelestari dan dijual ke Industri yang telah bekerja sama dengan Octopus.
Lebih lanjut Hamish mengatakan, mayoritas Pelestari ini dulunya pemulung yang diberi pelatihan cara memakai aplikasi dan mengenali sampah kemasan yang sesuai dengan standar industri daur ulang.
Selain pemulung, banyak juga mahasiswa, korban PHK akibat pandemi Covid-19, dan sopir ojek online yang tak sanggup membayar cicilan motor karena lesunya order di tengah wabah virus corona yang kini ikut bergabung menjadi Pelestari.
“Pelestari bekerja dengan jam kerja bebas. Kapan saja mereka ingin bekerja, maka tinggal menyalakan aplikasinya lalu merespons permintaan dari pengguna Octopus yang ingin mengirimkan kemasan daur ulangnya,” imbuh Hamish.
Hamish mengisahkan bagaimana Octopus dapat mengubah kehidupan orang-orang yang terlibat di dalamnya.