Rey, Cara Baru Berasuransi Dengan Ekosistem Teknologi dan Layanan Kesehatan

CEO and Co-Founder Rey, Evan Tanotogono menjelaskan bahwa Rey memiliki visi menghadirkan model baru berasuransi

Warta Kota/ Budi Sam Law Malau
Dua anak muda, yaitu Evan Tanotogono (CEO and Co-Founder) dan Bobby Siagian (CTO and Co-Founder) yang memotori hadirnya Rey, sebuah start-up health insurtech berbasis aplikasi di Indonesia saat launching di Kemang, Jaksel, Minggu (12/9/2021). Rey berfokus pada asuransi kesehatan, jiwa, dan penyakit kritis. 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA -- Sebuah start-up health insurtech berbasis aplikasi hadir di Indonesia yakni Rey.

Rey berfokus pada asuransi kesehatan, jiwa, dan penyakit kritis. 

Ide Rey dimotori oleh dua anak muda, yaitu Evan Tanotogono (CEO and Co-Founder) dan Bobby Siagian (CTO and Co-Founder).

CEO and Co-Founder Rey, Evan Tanotogono menjelaskan bahwa Rey memiliki visi menghadirkan model baru berasuransi.

Yaitu memadukan produk asuransi jiwa dan kesehatan yang dirancang khusus, dengan ekosistem layanan kesehatan yang terintegrasi secara digital.

Mulai dari pemeriksaan gejala mandiri berbasis artificial intelligence (AI), telekonsultasi dengan dokter, hingga pemesanan dan pengiriman obat sesuai resep dokter.

"Berbeda dari asuransi konvensional, platform Rey menawarkan paduan produk asuransi dan layanan kesehatan yang dikemas dalam program Membership berbasis langganan atau subscription," kata Evan saat melaunching Rey di Kemang, Jakarta Selatan, Minggu (12/9/2021).

Pola ini katanya serupa dengan layanan streaming film dan lagu online.

Sistem berlangganan tambah Evan bertujuan untuk menyederhanakan pengalaman berasuransi dengan harga yang lebih terjangkau, yaitu mulai dari Rp69 ribu/bulan.

"Setelah berlangganan, Member Rey dapat menikmati akses ke ekosistem layanan kesehatan kapan dan dimanapun tanpa dikenakan biaya tambahan," katanya.

Adapun kemunculan Rey berawal dari keinginan untuk turut berkontribusi meningkatkan penetrasi asuransi jiwa dan kesehatan di Indonesia melalui pendekatan yang baru dan berbeda.

Rey memang hanya berfokus pada produk-produk asuransi kesehatan, jiwa, dan penyakit kritis saja.

Namun, dijalankan dengan inovasi secara end-to-end mulai dari distribusi digital, integrasi dengan layanan kesehatan baik online maupun offline, serta pemanfaatan fitur-fitur wellness.

“Banyak pain points yang kami lihat di industri asuransi jiwa dan kesehatan di Indonesia, yang sifatnya mengakar. Sehingga pendekatan yang Rey lakukan bukan sekadar mendigitalisasi bagian dari proses yang sudah lama ada, melainkan mendesain ulang bagaimana seharusnya asuransi kesehatan, jiwa, dan penyakit kritis ditawarkan di Indonesia,” tutur Evan.

Ia menjelaskan masalah lain yang menjadi peluang bagi perusahaan health insurtech seperti Rey untuk meningkatkan penetrasi asuransi digital di Indonesia, adalah perubahan yang terjadi dalam masyarakat sejak pandemi Covid-19, yaitu cara menangani kesehatan.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved