Berita Video

VIDEO Kisah Adam Pedagang Gorengan, Bandingkan Keuntungan yang Jauh Dibanding Era 1990an

"Kalau dulu kan masih pada murah, modal cuma Rp, 35.000, bisa untung dua sampai tiga kali lipat," tutur dia

Penulis: Miftahul Munir | Editor: Ahmad Sabran

WARTAKOTALIVE.COM, CIRACAS - Adam (48) sudah berjualan gorengan sejak tahun 1990 silam dan memiliki suka duka selama berdagang.

Pada tahun 1990, Adan memulai karirnya sebagai tukang gorengan dengan cara dipikul.

Mengelilingi wilayah Kecamatan Ciracas, Adam selalu pulang keuntungan besar untuk anak istrinya.

Tidak lupa, Adan menyisihkan keuntungan itu untuk ditabungkan agar anak-anaknya bisa sekolah.

Handuk kecil disematkan ke lehernya untuk menghilangkan keringat yang bercucuran dari jidat dan leher.

Pada tahun itu, modal Adam untuk berjualan hanya Rp, 35.000 dan bisa membawa pulang Rp, 80.000-100.000.

Namun, kata Adam, jualan dengan memikul gerobak tentunya menguras tenaga dibanding mangkal menggunakan gerobak.

"Kalau dulu kan masih pada murah, modal cuma Rp, 35.000, bisa untung dua sampai tiga kali lipat," tutur dia kepada Wartakotalive.com, Selasa (24/8/2021).

Sementara itu, kata Adam modal saat ini jauh lebih besar daripada keuntungannya.

Karena setiap hari ia mengeluarkan modal sebesar Rp, 1.250.000 untuk membeli bahan dagangannya.

Keuntungan yang didapat oleh Adam berjualan gorengan paling banyak Rp, 250.000-300.000.

Keuntungan yang didapat, kumpulkan oleh Adam untuk membayar kontrakan dan biaya anak sekolah.

Tapi Adam tidak pernah ada niatan untuk berhenti berjualan demi memenuhi kebutuhan keluarga.

Ketika adam menyadari usianya tidak lagi muda, pada tahun 2010 silam ia memilih berjualan dengan gerobak.

Karena beratnya beban di pundak mengangkat gerobak, Adam terkadang sudah tidak kuat lagi untuk berjalan jauh.

Dengan uang tabungan hasil berjualan pikul, Adam akhirnya membuat gerobak gorengan dorong.

Kini, Adam memiliki pangkalan gorengan sendiri di Gang Prima RT11/01, Kelurahan Cibubur, Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur.

"Perbedaannya itu kalau pakai gerobak lebih bersih ya, kalau dipikul itu kan gorengannya kena debu dan lainnya, sama paling pendapatannya saja yang berbeda," ucap Adam.

Namun, selama pandemi Covid-19 pendapatan Adam berjualan menurun hingga 50 persen.

Sebelum pandemi, Adam bisa menjual seluruh jenis gorengan dengan masing-masing bahan sebanyak 50 Kg.

Namun sejak pandemi Covid-19, Adam mengurangi jumlah bahan baku jualan sebanyak 25 Kg.

Meski sudah mengurangi bahan penjualan, tapi gorengan yang dijajakan Adam tidak setiap hari habis terjual.

Sisa gorengan yang tidak habis dijual Adam, dibagikan kepada para tetangganya atau dimakan sendiri.

"Karenakan itu sudah tidak bisa digoreng lagi, jadi saya bagikan ke tetangga," jelasnya.

Adam menambahkan, setiap tahun bahan pokok untuk jualan gorengan selalu naik.

Tapi ia tidak pernah menaikan harga gorengan yang dijual agar pelanggan tetap membeli.

"Saya jual satunya Rp, 1.500, semua jenis saya jual dengan harga segitu enggak ada beda," ucapnya.(m26)

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved