Paralimpiade Tokyo 2020

Seragam Defile Kontingen Indonesia di Paralimpiade Tokyo Usung Tema Keindahan dan Keragaman Budaya  

Kontingen Indonesia mengenakan baju tradisional saat defile dalam upacara pembukaan Paralimpiade Tokyo 2020 di Olympic Stadium, Selasa (24/8/2021).

Penulis: Abdul Majid | Editor: Sigit Nugroho
Tribunnews.com
Kontingen Indonesia mengenakan baju tradisional saat defile dalam upacara pembukaan Paralimpiade Tokyo 2020 di Olympic Stadium, Selasa (24/8/2021). 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Kontingen Indonesia mengenakan baju tradisional saat defile dalam upacara pembukaan Paralimpiade Tokyo 2020 di Olympic Stadium, Selasa (24/8/2021).

Kostum tersebut dimodifikasi dari sejumlah baju tradisional dari budaya Sumatera, Bali, Kalimantan, dan Papua.

Seragam defile tersebut mewakili keindahan dan keragaman budaya Indonesia.

Baju defile menakjubkan kontingen Paralimpiade itu merupakan hasil desain perancang busana asal Solo, Rory Wardana Poesponingrat.

Rory mengangkat tema "Ratna Mutu Manikam" yang artinya sebuah nama kumpulan permata yang berkilau, untuk diwujudkan dalam busana adat daerah.

Pakaian adat modifikasi ini dikenakan oleh dua atlet yang membawa bendera dengan menggunakan kursi roda yakni Hanik Puji Astuti (atlet para-menembak) dan Jaenal Aripin (atlet para-atletik) serta dua pendamping yang mendorong kursi roda kedua pembawa bendera, yakni Ajeng Widha Paramitha dan Purwo Adi Sanyoto.

Pakaian adat yang dikenakan keempat orang di barisan terdepan tersebut memiliki warna khas, yaitu merah-putih yang tampil dengan kesan indah dan menawan serta memiliki ciri khas tersendiri sesuai dengan daerah masing-masing.

Baca juga: Kloter Terakhir Kontingen Indonesia Paralimpiade Tokyo Telah Tiba di Bandara Haneda

Baca juga: Menpora Zainudin Amali Berharap Atlet Para Indonesia Bisa Berprestasi di Paralimpiade Tokyo 2020

Baca juga: Senny Marbun Ketua NPC Indonesia Memuji Fasilitas Paralimpiade dan Dukungan dari KBRI serta NOC

Namun, tetap memiliki konsep yang sama sebagai simbol persatuan yang membawa nasionalisme.

Modifikasi baju adat Sumatera yang dikenakan Hanik Puji Astuti, warna merah yang terbuat dari kain beludru yang dipadukan dengan songket merah dari Pulau Sumatera yang dipadukan dengan benang putih serta ikat kepala yang didesain simpel dan tidak terlalu berat.

Kostum modifikasi dari Bali yang dikenakan Jaenal Aripin, masih menggunakan Udeng Bali putih.

Kostum pria tersebut terbuat dari kain jaguar berwarna merah dengan ornamen bordir emas serta menutupi kain Prada merah putih.

Sementara itu modifikasi pakaian yang membalut tubuh Ajeng Widha merupakan perwakilan dari daerah Kalimantan, dengan warna merah yang terbuat dari kain motif jaguar dengan detail cumi-cumi Kalimantan dan dihiasi dengan manik-manik.

Kemudian ikat kepala menggunakan tiruan Bulu Burung Engga.

Pakaian adat yang dipakai oleh Purwo Adi merupakan hasil modifikasi dari papua yang menggunakan kain beludru merah sebagai pakaian atasan dengan kalung yang terbuat dari tiruan taring babi hutan.

Mahkotanya terbuat dari bulu kasuari tiruan dan cangkang.

Halaman
12
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved