Virus Corona

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi: Dunia Tidak Siap Hadapi Pandemi Berskala Sebesar Seperti Saat Ini

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan, dunia belum pulih dari pandemi Covid-19.

Tribunnews.com
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan, saat ini tidak ada fasilitas kesehatan di negara manapun, termasuk negara maju, yang siap menghadapi pandemi Covid-19. 

WARTAKOTALIVE, JAKARTA - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan, dunia belum pulih dari pandemi Covid-19.

Dirinya mengatakan Varian Delta membuat kasus positif Covid-19 melonjak tajam di berbagai negara.

"Hampir semua negara kenaikan kasus akibat varian Delta, termasuk yang sedang kita hadapi di Indonesia," tutur Retno dalam Congress of Indonesian Diaspora, Sabtu (14/8/2021).

Baca juga: Kasus Covid-19 Terus Melandai, Tempat Tidur Isolasi RS di Jakarta Cuma Terisi 33%, ICU 59 Persen

Retno mengungkapkan, kasus Covid-19 di dunia terus naik mencapai lebih dari 205 juta kasus.

Bahkan, kata Retno, pada 11 Agustus 2021, kasus harian global sudah melewati 700 ribu.

Jumlah ini naik dua kali lipat dari Bulan Juni yang berada di kisaran 300 sampai 400 ribu kasus.

Baca juga: JADWAL Lengkap Sidang Tahunan 2021, Cuma 60 Orang yang Boleh Hadir Langsung

Puncak kasus harian global tertinggi pernah terjadi pada April 2021, yaitu di angka 900.000.

Posisi kasus Covid-19 sekarang semakin mendekati puncak.

Sementara, angka kematian harian akibat Covid-19 secara global mencapai 10 ribu kasus.

Baca juga: PAN: Pandemi Covid-19 Situasi yang Sangat Sulit Bagi Siapapun yang Memerintah

Padahal pada Juli 2021, angka kematian harian di kisaran 8.000.

Puncak kasus kematian harian tertinggi secara global terjadi pada 20 Januari 2021, yaitu di angka 17.504 kasus.

Retno mengatakan dunia belum siap menghadapi pandemi sebesar yang terjadi saat ini.

Baca juga: LOWONGAN Calon Imam Masjid di Uni Emirat Arab Kembali Dibuka, Seleksi Daring pada 25-27 Agustus 2021

"Kita saksikan dunia tidak siap menghadapi pandemi dengan skala sebesar seperti saat ini," ucap Retno.

Menurut Retno, saat ini tidak ada fasilitas kesehatan di negara manapun, termasuk negara maju yang siap menghadapi pandemi ini.

WHO, kata Retno, menyampaikan hanya ada dua cara untuk menghadapi pandemi ini, yaitu membatasi mobilitas manusia dan mempercepat vaksinasi global.

Distribusi Vaksin Terpusat di Negara Maju

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengungkapkan, saat ini distribusi vaksin Covid-19 di dunia masih mengalami kesenjangan yang sangat lebar.

Menurut Retno, selama ini kepemilikan vaksin masih terpusat di negara-negara maju.

"Hal yang juga kita cermati dari pandemi ini adalah tingkat kesenjangan distribusi vaksin yang masih sangat lebar."

Baca juga: Ini Delapan Perwira Calon Komandan Upacara HUT ke-76 RI di Istana Merdeka, 4 Orang Bakal Dipilih

"Walaupun dunia telah menyuntikan lebih dari 4,5 miliar vaksin, namun masih berpusat vaksinasi atau kepemilikan vaksinnya di negara maju," tutur Retno.

Retno membeberkan data WHO, rata-rata 104 dosis vaksin diberikan per 100 orang di negara maju.

Jumlah tersebut, menurut Retno, melebihi jumlah populasi di negara maju.

Baca juga: Wacana Presiden 3 Periode, PKB: Kalau 2024 Pandemi Masih Berlangsung, Politisi Harus Cari Jalan

Sementara, 29 negara berpenghasilan rendah rata-rata hanya memiliki dua dosis vaksin per 100 orang.

Vaksinasi di kawasan Amerika Utara dan Eropa, kata Retno, telah mencapai 87,12 persen dan 91, 21 persen dari jumlah penduduknya.

Sedangkan di Afrika baru 5,46 persen, dan ASEAN mencapai 27,97 persen.

Baca juga: Ahok: Kalau Disuruh Pilih Mau Jadi Apa? Ya Pejabat, karena Bisa Menolong Orang

"Jika ketimpangan ini terjadi teman-teman, terus terjadi, tidak diatasi, maka kita akan sulit membayangkan pandemi ini akan segera selesai," papar Retno.

Menurut Retno, kesenjangan vaksinasi ini diperburuk oleh politisasi vaksin di dunia.

Bahkan, Retno mengungkapkan Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengistilahkan peristiwa ini sebagai 'scandalous inequality' atau 'catastrophic moral failure'.

Baca juga: Ahok: Kalau Reputasi Baik tapi Tidak Ada Pembeli, Saya Sarankan Ganti Bisnis

HO menargetkan setidaknya 10 persen populasi setiap negara telah divaksinasi per September 2021.

Kemudian setidaknya 40 persen per akhir 2021, dan 70 persen pada pertengahan 2022.

Langkah ini dilakukan untuk mencapai target ini diperlukan sebesar 11 miliar dosis vaksin, demi menciptakan herd imunity.

Indonesia Terima 185 Juta Dosis Vaksin dari Luar Negeri

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan, langkah diplomasi terus dilakukan pemerintah untuk mendapatkan pasokan vaksin Covid-19 dari luar negeri.

Menurut Retno, langkah ini dilakukan untuk mencukupi kebutuhan vaksin untuk Indonesia.

"Tentunya diplomasi Indonesia bekerja 'day and night' untuk mengamankan vaksin bagi rakyat Indonesia."

Baca juga: Disebut Menteri Berkinerja Terbaik, Prabowo Risih

"Baik melalui jalur bilateral maupun jalur multilateral," ucap Retno.

Retno mengungkapkan, hingga 13 Agustus 2021, pemerintah telah menerima 185 juta dosis.

Vaksin yang diterima dari luar negeri tersebut dalam bentuk vaksin jadi maupun bentuk vaksin curah.

Baca juga: Survei IPO: Elektabilitas AHY Kalahkan Prabowo, Anies Baswedan Nomor Satu, Ganjar Peringkat Dua

Menurut Retno, upaya mendapatkan pasokan vaksin Covid-19 dari negara lain saat ini tidak mudah.

"Tentu tidak mudah teman-teman untuk mengamankan pasokan vaksin bagi kita."

"Kita masih harus terus bekerja mengamankan pasokan ini hingga betul-betul dapat mencukupi kebutuhan masyarakat," beber Retno.

Baca juga: Kemenkes Pastikan Angka Kematian Pasien Covid-19 Tetap Dilaporkan ke Publik Setiap Hari

Hingga saat ini, kata Retno, Indonesia telah menyuntikan lebih dari 80 juta dosis vaksin. Jumlah tersebut setara 28,6 persen dari total populasi Indonesia.

"Indonesia tercatat Sebagai negara terbesar ke-10 yang telah menyuntikan lebih dari 80 juta dosis vaksin," ungkap Retno.

Selain mengamankan pasokan vaksin, Retno mengatakan pemerintah juga menyuarakan kesetaraan akses vaksin bagi semua negara di dunia.

Langkah ini dilakukan untuk mendorong akses vaksin bagi negara berkembang. (Fahdi Fahlevi)

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved