Liga 1 2021
Tampil Apik di Piala Menpora 2021, PSIS Semarang Beri Kesempatan Lebih ke Pemain Muda di Liga 1 2021
PSIS Semarang akan mengoptimalkan pemain muda untuk tampil di Liga 1 2021 yang rencananya akan digelar pada 3 Juli mendatang.
Penulis: Sigit Nugroho | Editor: Sigit Nugroho
WARTAKOTALIVE.COM, SEMARANG - PSSI dan PT Liga Indonesia Baru (PT LIB) sedang bersiap menggelar kompetisi Liga 1 2021.
Jelang digelarnya kompetisi sepak bola kasta tertinggi itu, seluruh klub peserta Liga 1 musim ini pun melakukan persiapan, termasuk PSIS Semarang.
Pada pelaksanaan Liga 1 2021, skuad Laskar Mahesa Jenar itu berencana mengorbitkan pemain-pemain muda binaan mereka.
Hal itu dilakukan, karena pihak klub berkaca dari turnamen pramusim Piala Menpora 2021.
Pada turnamen itu, PSIS banyak mengandalkan pemain muda yang ternyata mampu tampil cukup apik.
Hal itulah yang menjadi pertimbangan CEO PSIS Semarang, Yoyok Sukawi, untuk memberi kesempatan pada pemain-pemain muda mereka pada kompetisi Liga 1 2021 yang rencananya akan bergulir 3 Juli mendatang.
Baca juga: Imran Nahumarury Asisten Pelatih PSIS Semarang Ungkap Dampak Positif Hadirnya Piala Menpora
Baca juga: Asisten Pelatih PSIS Semarang Imran Nahumarury Nilai Piala Menpora 2021 Berdampak Positif ke Pemain
Baca juga: Imran Nahumarury Asisten Pelatih PSIS Semarang Minta Kompetisi Liga 1 Dipusatkan di Pulau Jawa Saja
Dia yakin pemain-pemain muda tersebut mampu bersaing untuk memperebutkan tempat di starting line-up PSIS yang diarsiteki oleh Dragan Djukanovic.
Yoyok menilai bahwa pemain-pemain muda PSIS memiliki kualitas yang mumpuni.
Hal itu bisa dibuktikkan dengan pemanggilan sejumlah pemain muda PSIS untuk memperkuat Timnas Indonesia.
Beberapa pemain muda PSIS yang dipanggil Timnas, antara lain bek sayap Pratama Arhan Alief, striker muda M Bahril Fajar Fahreza, dan kiper Yofandani Damai Pranata.
Sementara pemain jebolan akademi PSIS yang berhasil menembus tim senior, yakni Eka Febri Yogi Setiawan, Riski Fajar, dan Farrel Arya Trisandika.
Yoyok menyebut hal tersebut merupakan sinyal yang positif bagi regenerasi timnya.
Sehingga ketika beberapa pemain seniornya hengkang, PSIS tidak kesulitan mencari pemain pengganti.
"Sebenarnya, kami lepas pemain itu karena sudah berhasil mengorbitkan pemain akademi. Contohnya kami melepas Safrudin dan Abanda, terus terang posisi bek kita menumpuk," kata Yoyok dikutip dari ligaindonesiabaru.com.
“Sekarang masih ada Arhan, Dewa, Hulk, dan yang lain-lain. Kalau yang senior-senior tidak kami lepas, maka yang muda-muda tidak dapat kesempatan bermain," ujar Yoyok.
Alasan itu pula lah yang membuat PSIS tidak memprioritaskan untuk merekrut pemain bintang dari tim lain pada kompetisi musim ini.
“Tahun ini sebisa mungkin kami tahan pemain dari luar. Kami akan maksimalkan pemain binaan kami sendiri. Kami akan orbitkan mereka ke tim utama,” terang Yoyok.
Nilai Plus Minus
Wacana kompetisi sepak bola Indonesia tanpa degradasi mengundang polemik.
Tak hanya di antara petinggi klub serta suporter, para mantan pemain profesional pun ikut memberikan komentar, termasuk COO Bhayangkara Solo FC, Kombes Pol Sumardji.
Padahal, hal itu sudah dibahas di rapat Exco PSSI pada Senin (3/5/2021).
Keputusan ini dipilih karena beberapa anggota Exco melihat kondisi yang masih pandemi Covid-19.
Exco PSSI yakin perubahan peraturan tidak perlu merubah statuta PSSI, karena sifatnya tidak permanen dan hanya khusus untuk kompetisi 2021.
Namun, keputusan resminya akan ditetapkan pada Kongres PSSI yang akan digelar pada Sabtu (29/5/2021).
Baca juga: COO Bhayangkara Solo FC Kombes Pol Sumardji Ingin Liga 1 2021 Bergulir Dengan Format Seperti Biasa
Baca juga: Setuju Kompetisi Dihentikan, COO Bhayangkara Solo FC Sumardji Minta Liga 1 Digelar Usai Lebaran
Baca juga: Sumardji COO Bhayangkara Solo FC Minta Kepastian Liga 1 Dari LIB Sebagai Operator Kompetisi
Sumardji mengatakan bahwa regulasi kompetisi tanpa degradasi memunculkan nilai plus minus.
Menurutnya, sisi positif klub tidak terlalu terbebani dengan bisa menurunkan pemain muda sebanyak-banyaknya.
"Sehingga pemain muda dimungkinkan mendapatkan jam bermain yang lebih. Sehingga permainan mereka semakin meningkat,” kata Sumardji dikutip dari bhayangkarasolofc.id.
Namun, Sumardji juga memiliki penilaian sendiri jika regulasi tanpa degradasi itu benar-benar direalisasikan musim ini.
“Paling terlihat dari sisi negatif, tentu saja kompetisi menjadi kurang berkualitas,” ujar Sumardji.
Kurang Greget
Sementara itu, legenda hidup Persita Tangerang yang juga mantan pemain Timnas Indonesia di era tahun 2000-an, Ilham Jaya Kusuma, kurang setuju Liga 1 tanpa degradasi.
Mantan topskor Liga tahun 2002 bersama Persita Tangerang itu mengatakan bahwa kompetisi tanpa degradasi akan berpengaruh pada kualitas pemain.
Selain itu, motivasi tim-tim untuk bersaing secara kompetitif pun diyakini Ilham akan berkurang.
Menurut Ilham, masalah keuangan pun kurang cocok menjadi alasan menyetujui kompetisi tanpa degradasi.
"Jadi gini. Namanya sudah masuk ke Liga 1, maka tim-tim harus siap berkompetisi," kata Ilham.
Baca juga: Legenda Persita Tangerang Ilham Jaya Kusuma Sebut Greget Liga Berkurang Tanpa Degradasi
Baca juga: Pelatih Persita Tangerang U-18 Ilham Jaya Kusuma Kenang Bobol Gawang Persiraja dalam Waktu 13 Detik
Baca juga: Ilham Jaya Kusuma Kenang Laga Sulit Melawan Persiraja Banda Aceh Pada Eranya
"Ini sepak bola profesional. Kalau tidak siap, mengundurkan diri saja. Untuk saat ini, kompetisi profesional, tidak ada alasan lagi tidak ada dana kurang dan lain-lain," ujar Ilham.
Legenda hidup Persita itu berujar jika persoalan ada di keuangan tim, maka ada jalan lain yang bisa ditempuh, yakni mengubah format kompetisi.
Tujuannya, supaya lebih membantu tim, seperti dibagi ke dalam beberapa wilayah atau sistem bubble.
Hal itu dimaksud oleh Ilham lebih rasional dan tetap menjaga kompetisi tetap kompetitif.
"Bahkan di era dulu ada dibagi ke beberapa wilayah, misalnya wilayah barat, wilayah timur, wilayah tengah," ucap Ilham.
"Jadi dulu ada beberapa grup, juara, dan runner-up grup akhirnya bertemu. Ini bisa membantu keuangan tim. Atau seperti di Liga 2 juga kan per wilayah. Tim lebih hemat. Banyak alternatif lah," tutur Ilham.
Kurang Greget
Selain itu, Ilham mengatakan bahwa aturan degradasi adalah sebuah keharusan.
Menurut Ilham, kompetisi dibuat untuk memajukan sepak bola, dimana di dalamnya akan tersaring pula pemain terbaik untuk mengisi timnas sepak bola Indonesia nantinya.
"Menurut saya pribadi, harus ada persaingan, dari Liga 2 bersaing ke Liga 1. Di Liga 1, bersaing untuk tetap bisa bertahan. Jadi ada degradasinya. Tanpa degradasi, kompetisi sepak bola tidak greget lagi," kata Ilham.
Ilham berujar bahwa tanpa degradasi juga berpengaruh ke motivasi tim-tim yang bermain nantinya.
Hal ini diyakininya bisa berpengaruh pada kualitas pemain ke depannya.
"Kalau disebut kemunduran memang kurang pas mengingat kondisi pandemi seperti ini. Namun, kurang ideal jika tanpa degradasi," ujar Ilham.
Jika sisi negatif tanpa degradasi telah terlihat, Ilham memberikan pandangan perihal dampak positifnya.
Jika kompetisi tanpa degradasi, maka akan menjadi kesempatan bagi pemain muda mengambil jam terbang, serta kesempatan bagi pelatih lokal.
"Namanya tanpa degradasi, untuk apa mahal-mahal pakai pemain asing, dan pelatih asing. Berdayakan yang lokal saja. Optimalkan semua. Sayang anggaran. Namun, risikonya adalah orang akan memandang kompetisi kita mundur," papar Ilham.