Bulan Suci Ramadan
Inilah Shalat Sunnah Utama Dikerjakan Rasulullah Setiap Hari, Pahalanya Sama dengan Wajib
Rasulullah tidak pernah meninggalkan shalat sunnah setiap harinya, apa saja ibadah yang dilakukan rutin?
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA -- Mumpung masih dalam bulan Ramadhan, marilah kita memperbanyak ibadah shalat sunnah.
Ibadah sunnah itu termasuk didalamya shalat sunnah. Ada berapa banyak shalat sunnah yang dilakukan rutin untuk melengkapi yang wajib?
Seorang muslim yang berpikiran positif, niscaya akan berusaha menyempurnakan ibadah kepada Allah dengan shalatnya.
Cara membuat shalat itu sempurna adalah dengan menjaga agar shalat wajib dilakukan on time (di awal waktu) dan dengan berjamaah.
Baca juga: Cara Melaksanakan Shalat Dhuha, Dilengkapi dengan Doa dan Manfaat Dasyat yang Didapatkan
Baca juga: Bacaan Niat Shalat Tarawih, Shalat Witir Diserta dengan Doa Kamilin dengan Arab dan Latinnya
Karena adanya kemungkinan hal tersebut belum bisa ditunaikan sepenuhnya, maka ia mencari cara penyempurnaan itu dengan melakukan shalat-shalat sunnah.
Bahkan, seandainya shalat wajib sudah bisa dilaksanakan tepat waktu dan berjamaah, masih terbuka kemungkinan bagi kita untuk melakukan upaya penyempurnaan itu.
Rasulullah SAW, melalui teladan dalam kehidupan sehari-hari, sudah menyediakan fasilitas bagi kita untuk berupaya ke arah penyempurnaan ibadah kita dengan menetapkan pelbagai pilihan shalat sunnah yang beragam.
Berdasar dalil-dalil yang kuat ada tiga shalat sunnah yang dapat kita lakukan secara rutin, yakni:
- Rawatib, shalat sunnah yang dikerjakan antara azan dan iqamah, kecuali yang pelaksanaannya setelah shalat wajib;
- Dhuha, dikenal sebagai shalat tanda syukur dan gembira kepada Allah;
- Shalat tahajud, shalat malam yang dilaksanakan sesudah tengah malam dan setelah tidur.
Pilihan-pilihan Shalat Sunnah Rawatib
Shalat rawatib terkait dengan shalat Magrib, Isya dan shalat Jumat, lebih afdol dilaksanakan di rumah.
Itu jika masjid/surau tempat shalat wajib berjamaah itu dilakukan letaknya dekat rumah.
Jika letaknya cukup jauh, atau misalnya di tempat kerja atau saat bepergian, tentu saja tidak perlu menunggu pulang ke rumah dulu, melainkan dikerjakan di masjid/mushala itu juga.
Baca juga: Kedudukan Pahala Salat Tasbih dan Sunah Rawatib, Begini Penjelasan Buya Yahya
Jika kita sedang bepergian, maka tidak disunnahkan shalat sunnah rawatib kecuali shalat sunat fajar dan witir (HR Bukhari-Muslim).
Shalat sunnah rawatib ini dapat dibedakan atas dasar frekuensi pelaksanaannya oleh Nabi. Suri teladan yang diberikan selama beliau hidup menjadi rujukan bagaimana hal itu dikerjakan sekarang.
Dari situ kita membedakan apa yang disebut shalat sunnah muakkadah (sangat intens dilaksanakan) dan ghairu muakkadah (tidak terlalu intens dilaksanakan Rasulullah SAW).
Pembedaan itu dapat dipahami sebagai kualifikasi tingkatan shalat sunnah tersebut.