Bulan Suci Ramadan

Hati-hati Ada 5 Perbuatan yang Membuat Puasa Ramadan Tidak Dapat Pahala, Apa Saja?

Puasa Ramadhan tidak hanya menahan lapar dan haus, tetapi juga harus memperbaiki tabiat kita sehari-hari.

freepik.com
ilustrasi -- Jangan sampai puasa Ramadhan Anda sia-sia, ini perbuatan yang bikin puasamu sia-sia 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA -- Pahala puasa tidak akan kita dapatkan bila masih melakukan hal yang maksiat.

Puasa Ramadhan tidak hanya menahan lapar dan haus, tetapi juga harus memperbaiki tabiat kita sehari-hari.

Ramadan memang menjanjikan obral pahala.

Amalan apapun jika dilaksanakan di bulan Ramadan akan mendapatkan pahala berlipat bahkan hingga  hingga 70 kali dibanding di luar bulan Ramadan.

Baca juga: PANDUAN Memilih Menu Buka Puasa dan Sahur Agar Badan Tetap Sehat Selama Bulan Suci Ramadan

Baca juga: LIVE STREAMING Sidang Isbat Penetapan Awal Ramadan 1442 H, Ini Tiga Tahapannya

Selain itu dalam bulan Ramadan banyak momen mendulang pahala tersebut, seperti malam Lailatul Qotar, yakni bagi orang-orang beramal atau melakukan kebaikan di malam itu diyakini akan mendapatkan pahala seperti ibadah 1.000 bulan.

Banyak amalan yang bisa dilakukan untuk mengejar bulan obral pahala tersebut, misanya, perbanyak baca Alquran, iktikaf di masjid terutama di malam-malam ganjil Ramadan di sepuluh hari terakhir Ramadan, dan perbanyak sedekah.

Semuanya itu dalam rangka melengkapi pahala-pahal puasa yang kita kerjakan di Bulan Penuh Berkah tersebut.

Namun, jangan lupa bahwa ada hal-hal yang bisa jadi akan membatalkan seluruh pahala puasa, jika kita tidak hati-hati.

Dikutip Tribunkaltim.co,  ulama KH Sulthon Barmawi menyatakan banyak orang yang berhasil melakukan pahala, tetapi tidak berhasil mendapatkan pahala.

Baca juga: Doa Menyambut Ramadhan 2021 Disertai Latin dan Artinya , Dibaca Saat Magrib

Baca juga: Mana Lebih Baik Pola Salat Tarawih 4-4-3 atau 2-2-2-2-3? Begini Penjelasan PP Muhamaddiyah

"Banyak orang berhasil melakukan puasa dengan menahan ini dari berbagai hal-hal yang membatalkan puasa, tetapi mereka tidak berhasil mendapatkan pahala. Seperti dalam hadits Rasulullah طَشُ كَمْ مِنْ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ اِلاَّ الْجُوْعُ وَ الْعَ artinya, ‘betapa banyak orang-orang yang berpuasa tidak mendapatkan balasan kecuali lapar dan haus’," jelasnya.

Menurutnya, ada lima perkara yang dapat menggugurkan pahala puasa, yakni:

1.Berdusta

Dusta berarti menyampaikan informasi tidak berdasar fakta.

"Sekali dusta, maka akan membuka ribuan dusta lainnya. Oleh karena itu, pertahankan lisan kita,” ujarnya

2. Ghibah

Artinya membicarakan kejelakan orang lain.

3. Adu domba atau Fitnah.

4. Memandang dengan Syahwat.

"Untuk itu, jaga mata kita agar tidak tergerak syahwat," katanya.

5. Sumpah Palsu

"Dan yang kelima, yakni sumpah palsu," tambahnya.

Artikel ini telah tayang di Tribunkaltim.co.di dengan judul 

Berhasil Melaksanakan Puasa Tapi 5 Hal Ini Dapat Membatalkan Pahala Puasa, Simak Penjelasannya!

Pintu Surga Dibuka 

Berderet kemuliaan adsa saat Bulan Ramadhan.

Tak heran jika bulan ini lebih baik dari seribu bulan karena di dalamnya ada malam Nuzulul Qur'an.

Kerap kita dengar jika salah satu tanda kemuliaan di bulan Ramadhan ditandai dengan dibelenggunya setan dan dibukanya pintu surga serta ditutupnya pintu neraka.

Gaung yang sering terdengar saat Ramadhan tiba adalah sebuah ungkapan yang mengatakan bahwa pada bulan nan suci ini pintu-pintu surga dibuka dan setan-setan dibelenggu.

Benarkah demikian?

Ustadz Adi Hidayat Ajarkan Doa Rasulullah SAW untuk Diampuni Dosa-dosa Saat Salat Tarawih

Tapi mengapa godaan berbuat dosa dan maksiat masih saja bertebaran pada bulan Ramadhan dari tahun ke tahun?? Apa maksud dari setan dibelenggu ini?

Tribunnews.com, melansir dari harakah.id,  bahwa para ulama memiliki beberapa pendapat untuk memaknai kalimat hadis yang menyatakan “setan dibelenggu di bulan Ramadhan.

Ungkapan setan dibelenggu, neraka ditutup seolah nge-hits saat bulan Ramadhan ini berasal dari sebuah hadis yang diriwayatkan Abu Hurairah Ra.

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رضى الله عنه أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ

Dari Abu Hurairah Ra bahwasanya Rasulullah Saw bersabda, “Apabila Ramadhan tiba, pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, dan setan dibelenggu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Bolehkah Membunuh Cicak dan Nyamuk? Begini Hadist dan Penjelasan Ustadz Adi Hidayat

Ini 6 Menu Makanan Berbuka Puasa yang Cepat Mengembalikan Energi Tubuh dan Mudah Didapat

Dalam Hadis tersebut dengan jelas disebutkan bahwa setan-setan pada bulan Ramadhan dibelenggu.

Namun pada kenyataannya, sering kita temui dosa-dosa yang masih saja dilakukan pada bulan nan agung ini.

Bahkan, untuk menahan diri ataupun menghindari hal-hal yang dilarang-Nya pun masih terasa sulit dan berat.

Apakah Hadis ini tidak berlaku? Atau apakah Hadis ini tidak benar?

Imam Ustaz H Deden M Ramadhan menyiarkan acara tadarus Alquran secara dalam jaringan (daring) atau online di Masjid Agung Sunda Kelapa, Jakarta Pusat, Selasa (28/4/2020). Sekretaris Dewan Pengurus Masjid Agung Sunda Kelapa, Ismed Hasan Putro menyebut, kegiatan ibadah di lingkungan masjid selama bulan suci Ramadan ditiadakan namun tetap menyiarkan tadarus secara daring guna mencegah penyebaran virus corona (Covid-19). Tribunnews/Irwan Rismawan
Imam Ustaz H Deden M Ramadhan menyiarkan acara tadarus Alquran secara dalam jaringan (daring) atau online di Masjid Agung Sunda Kelapa, Jakarta Pusat, Selasa (28/4/2020). Sekretaris Dewan Pengurus Masjid Agung Sunda Kelapa, Ismed Hasan Putro menyebut, kegiatan ibadah di lingkungan masjid selama bulan suci Ramadan ditiadakan namun tetap menyiarkan tadarus secara daring guna mencegah penyebaran virus corona (Covid-19). (Tribunnews/Irwan Rismawan)

Hadis tersebut diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dalam kitab Shahihain-nya, sehingga bisa dipastikan bahwa hadis ini shahih.

Dalam memaknai kalimat “setan dibelenggu”, para ulama memiliki beberapa pendapat:

Al-Qadhi ‘Iyadh sebagaimana disebutkan dalam kitab Shahih Muslim bi Syarh al-Nawawi menyatakan bahwa bulan Ramadhan merupakan bulan yang penuh berkah, bulan ampunan lagi berlimpah pahala.

Oleh karena itu, setan seolah-olah dibelenggu sehingga intensitas mereka menggoda manusia menjadi berkurang, berbeda dengan yang mereka lakukan pada bulan selain Ramadhan.

Sedangkan As-Sindi dalam Hasyiyah-nya untuk Sunan an-Nasa’i mengatakan bahwa hadis ‘setan dibelenggu’ tidak berarti meniadakan segala bentuk maksiat.

Karena maksiat tidak selalu berasal dari setan saja, namun bisa muncul dari pengaruh jiwa yang buruk dan jahat.

Pendapat lain menyebutkan bahwa yang dibelenggu tidak semua setan. Tapi hanya setan kelas kakap (maradatul jin). Sementara setan-setan lainnya masih bisa bebas.

Jikalau kita temui dosa-dosa yang dilakukan pada bulan ini, maka itu karena bisikan dari setan-setan kelas biasa tersebut.

Terlepas dari berbagai pemaknaan kalimat tersebut, alangkah baiknya jika kita senantiasa meningkatkan ibadah pada bulan yang agung ini sebagai upaya mendekatkan diri kepada-Nya.

Pengertian

Pada bulan itu menurut riwayat yang ada, setan-setan dibelenggu (shuffidatusy syayathin), pintu-pintu surga dibuka, dan pintu-pintu neraka ditutup.

Dalam riwayat lain dengan redaksi sulsilatisy syayathin.

إِذَا دَخَلَ رَمَضَانُ صُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ ، وَفُتِحَتْ أَبُوَابُ الجَّنَةِ ، وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ

Artinya, “Ketika masuk bulan Ramadlan maka syaitan-syaitan dibelenggu, pintu-pintu surga dibuka, dan pintu-pintu neraka ditutup,” (HR Bukhari dan Muslim).

Lantas bagaimana maksud hadits di atas? Banyak para ulama mengajukan penjelasan soal makna hadits tersebut.

Di antara penjelasan yang tersedia adalah yang dihadirkan Abu Hasan Ali bin Khalaf bin Abdul Malik bin Baththal Al-Bakri Al-Qurthubi atau yang lebih dikenal dengan nama Ibnu Baththal.

Menurut Ibnu Baththal, setidaknya ada dua penjelasan yang diajukan para ulama tentang makna sabda Rasulullah saw di atas.

Pertama, ulama yang memahami secara literalis atau sesuai bunyi teks haditsnya.

Pintu surga dibuka, dan setan dibelenggu dipahami dalam pengertian yang sebenarnya (al-haqiqi) sehingga intensitasnya dalam menggoda manusia berkurang pada bulan Ramadhan dibanding dengan bulan lainnya

. وَتَأَوَّلَ الْعُلَمَاءُ فِى قَوْلِهِ ( فُتِحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَسُلْسِلَتِ الشَّيَاطِينُ ) ، مَعْنَيَيْنِ . أَحَدُهُمَا : أَنَّهُمْ يُسَلْسِلُونَ عَلَى الْحَقِيقَةِ ، فَيَقِلُّ أَذَاهُمْ وَوَسْوَسَتُهُمْ وَلَا يَكُونُ ذَلِكَ مِنْهُمْ كَمَا هُوَ فِى غَيْرِ رَمَضَانَ ، وَفَتْحُ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ عَلَى ظَاهِرِ الْحَدِيثِ.

Artinya, “Para ulama menakwil atau menafsirkan sabda Rasulullah saw, ‘Pintu-pintu surga dibuka dan setan-setan dibelenggu’ dengan dua pendekatan.

Pertama, pendekatan dengan makna hakiki, yaitu mereka (setan-setan) dibelenggu dalam pengertian secara hakiki sehingga intensitas mereka menggoda manusia menjadi berkurang, berbeda dengan yang dilakukan pada bulan selain Ramadhan.

Sedangkan ‘dibukanya pintu-pintu surga’ juga dipahami sesuai bunyi teks haditsnya (zhahirul hadits),” (lihat Ibnu Baththal, Syarhu Shahih al-Bukhari, Riyadl-Maktabah ar-Rusyd, cet ke-2, 1423 H/2003 M, juz IV, halaman 20). Kedua, memahami secara majazi.

Dalam konteks ini dibukanya pintu-pintu surga dipahami bahwa Allah SWT membuka pintu-Nya dengan amal perbuatan yang dapat mengantarkan hamba-Nya ke surga seperti shalat, puasa, dan tadarus Al-Qur`an.

Sehingga, jalan menuju surga di bulan Ramdhan lebih mudah dan amal-perbuatan tersebut lebih cepat diterima.

Begitu juga maksud ditutupnya pintu neraka adalah mencegah mereka dari kemaksiatan dan perbuatan-perbuatan yang mengantarkan ke neraka.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa mengingat sedikitnya siksaan Allah kepada hamba-hamba akibat perbuatan buruk mereka, maka Allah melewatkan (memaafkan) perbuatan-pebuatan itu dari beberapa kaum dengan berkah bulan Ramadhan, memberikan ampunan kepada orang yang berbuat keburukan karena adanya orang yang berbuat kebajikan, serta mengampuni pelbagai kesalahan.

Inilah makna tertutupnya pintu neraka.

وَالثَّانِى : عَلَى الْمَجَازِ ، وَيَكوُن ُالْمَعْنَى فِى فَتْحِ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ مَا فَتَحَ اللهُ عَلَى الْعِبَادِ فِيهِ مِنَ الْأَعْمَالِ الْمُسْتَوجِبِ بِهَا الْجَنَّةَ مِنَ الصَّلَاةِ وَالصِّيَامِ وَتِلَاوَةِ الْقُرْآنِ ، وَأَنَّ الطَّرِيقَ إِلَى الْجَنَّةِ فِى رَمَضَانَ أَسْهَلُ وَالْأَعْمَالُ فِيهِ أَسْرَعُ إِلَى اْلقُبُولِ ، وَكَذَلِكَ أَبْوَابُ النَّارِ تُغْلَقُ بِمَا قَطَعَ عَنْهُمْ مِنَ الْمَعَاصِى ، وَتَرْكِ الْأَعْمَالِ الْمُسْتَوْجِبِ بِهَا النَّارَ ، وَلِقِلَّةِ مَا يُؤَاخِذُ اللهُ العِبَادَ بِأَعْمَالِهِمْ السَّيِّئَةِ ، يَسْتَنْفِذُ مِنْهَا بِبَرَكَةِ الشَّهْرِ أَقْوَامًا وَيَهِبُ الْمُسِئَ لِلْمُحْسِنِ ، وَيَتَجَاوَزُ عَنِ السَّيِّئَاتِ فَهَذَا مَعْنَى الْغَلَقِ

Artinya, “Kedua, pendekatan dengan makna majazi. Makna atau pengertian dibukanya pintu-pintu surga adalah sesuatu yang Allah buka untuk hamba-hamba-Nya di bulan Ramadhan berupa amal-amal yang mengantarkan ke surga seperti shalat, puasa, dan tadarus Al-Qur`an.

Jalan menuju surga di bulan Ramadhan lebih mudah dan amal-ibadah di dalamnya lebih cepat diterima. Begitu juga pintu-pintu neraka ditutup dengan sesuatu yang mencegah mereka dari kemaksiatan dan perbuatan-perbuatan yang mengantarkan ke neraka.

Mengingat sedikitnya siksaan Allah kepada hamba-hamba akibat perbuatan buruk mereka, maka Allah melewatkan (memaafkan) perbuatan-pebuatan itu dari beberapa kaum dengan berkah bulan Ramadhan, memberikan ampunan kepada orang yang berbuat keburukan karena adanya orang yang berbuat kebajikan, serta mengampuni pelbagai kesalahan. Inilah makna tertutupnya pintu neraka,” (Lihat Ibnu Baththal, Syarhu Shahih al-Bukhari, juz IV, halaman 20).

Lantas bagaimana dengan dibelenggunya setan?

Menurut Ad-Dawudi dan Al-Mahlab, maksudnya adalah Allah menjaga kaum muslimin atau mayoritas dari mereka dari kemaksiatan dan kecenderungan untuk menuruti bisikan setan.

Bahkan Al-Mahlab memberikan argumentasi bagi kalangan yang memahami dibelenggunya setan dalam pengertian hakiki.

Menurutnya, masuknya para pendurhaka (ahlul ma’ashi) pada bulan Ramadhan dalam ketataan sehingga mereka mengabaikan hawa nafsunya menunjukkan terbelenggunya setan.

وَكَذَلِكَ قَوْلُهُ : ( سُلْسِلَتِ الشَّيَاطِينُ ) ، يَعْنِى : أَنَّ اللهَ يَعْصِمُ فِيهِ الْمُسْلِمِينَ أَوْ أَكْثَرَهُمْ فِى الْأَغْلَبِ عَنِ الْمَعَاصِى وَالْمَيْلِ إِلَى وَسْوَسَةِ الشَّيَاطِينِ وَغُرُورِهِمْ ، ذَكَرَهُ الدَّاوُدِيُّ وَالْمَهْلَبُ . وَاحْتَجَّ الْمَهْلَبُ لِقَوْلِ مَنْ جَعَلَ الْمَعْنَى عَلَى الْحَقِيقَةِ فَقَالَ : وَيَدُلُّ عَلَى ذَلِكَ مَا يُذْكَرُ مِنْ تَغْلِيلِ الشَّيَاطِينِ وَمَرَدَتِهِمْ بِدُخُولِ أَهْلِ الْمَعَاصِى كُلِّهَا فِى رَمَضَانَ فِى طَاعَةِ اللهِ ، وَالتَّعَفُّفِ عَمَّا كَانُوا عَلَيْهِ مِنَ الشَّهَوَاتِ

Artinya, “Begitu juga sabda Rasulullah SAW ‘setan-setan dibelenggu’ maksudnya adalah sesungguhnya dalam bulan Ramadhan Allah menjaga orang-orang muslim atau atau mayoritas mereka secara umum dari kemaksiatan, kecenderungan untuk mengikuti bisikan dan godaan setan. Demikian sebagaimana dikemukakan oleh Ad-Dawudi dan Al-Mahlab.

Al-Mahlab pun memberikan argumentasi yang mendukung kalangan yang memahami makna hadits ini dengan makna hakiki. Ia menyatakan bahwa setan terbelenggu karena para pendurhaka di bulan Ramadhan masuk ke dalam ketatatan kepada Allah dan menjauhkan diri dari hawa nafsunya,”

(Lihat Ibnu Baththal, Syarhu Shahih al-Bukhari, juz IV, halaman 20). Berangkat dari penjelasan di atas, maka soal dibukanya pintu surga, ditutupnya pintu neraka, dan dibelenggunya setan, para ulama berbeda dalam memahaminya.

Ada yang memahami dengan pendekatan makna hakiki sesuai bunyi teks haditsnya, dan ada juga yang memahami dengan pendekatan makna yang terdapat di balik bunyi teksnya (majazi). (nur.or.id)

Sebagian artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Pintu Neraka Ditutup, Setan Dibelenggu Saat Ramadan, Mengapa Masih Ada Kemaksiatan? Ini Kata Ulama, 


Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved